Anda di halaman 1dari 34

KEBIJAKAN AKREDITASI RUMAH SAKIT

DRG. FARICHAH HANUM, M.KES


DIREKTUR MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN

WORKSHOP PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS BAGI SURVEIOR AKREDITASI RS


Jakarta, 28 Oktober 2019
Fokus Pembangunan
PN III : Peningkatan SDM Berkualitas &
Berdaya Saing
Program Prioritas & Kegiatan Prioritas dalam
PN III : Peningkatan SDM Berkualitas & Berdaya Saing
Proyek Prioritas & Kegiatan Prioritas dalam Program
Prioritas Peningkatan Akses & Mutu Pelayanan
Kesehatan
Draft RPJMN 2020-2024
INDIKATOR PEMBANGUNAN KESEHATAN (NARASI)

Baseline 2024

1. Imunisasi dasar lengkap pada anak usia 57,9


(Riskesdas,
80 90*
12- 23 bulan (%)
2018)

2. Fasilitas kesehatan tingkat 40


pertama terakreditasi (%)
85
(Kemkes, 2018)
100*
Meningkatnya 3. RS terakreditasi (%) 63 95
(Kemkes, 2018)
kinerja sistem 100*
kesehatan & 4. Puskesmas dengan jenis tenaga 23
kesehatan sesuai standar (%)
83
(Kemkes, 2018)
Meningkatnya
pemerataan akses 5. Puskesmas tanpa dokter (%) 15 0
(Kemkes, 2018)
pelayanan
kesehatan 6. Puskesmas dengan ketersediaan 86
obat esensial (%) (Kemkes, 2018)
96
berkualitas
7. Obat memenuhi syarat (%) 80,9 92,3
(BPOM, 2018)

8. Makanan memenuhi syarat (%) 71 90


(BPOM, 2018)
PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN
TARGET RENSTRA 2020-2024
SASARAN INDIKATOR RENSTRA
2020 2021 2022 2023 2024

Persentase FKTP
65 70 80 90 100
Meningkatnya terakreditasi
akses dan
kualitas fasilitas
pelayanan
kesehatan dasar Persentase RS terakreditasi 80 85 90 95 100
dan rujukan
PEMBINAAN MUTU DAN AKREDITASI
PELAYANAN KESEHATAN
TARGET RENSTRA 2020-2024
SASARAN INDIKATOR RENSTRA
2020 2021 2022 2023 2024
Jumlah Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Rujukan yang
1028 751 1050 1169 891
memenuhi persyaratan survei
akreditasi
Jumlah Fasilitas Pelayanan
Meningkatnya Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
4478 4009 4720 6110 5706
Fasilitas yang memenuhi persyaratan survei
Pelayanan akreditasi
Kesehatan yang Jumlah Fasilitas Pelayanan
siap diakreditasi Kesehatan Lain yang memenuhi 151 228 307 399 500
persyaratan survei akreditasi
Persentase Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang melakukan
20 40 50 60 70
pengukuran mutu pelayanan
kesehatan
Jangkauan Pelayanan Kesehatan belum merata
01 terutama di daerah DTPK
TANTANGAN
PELAYANAN
KESEHATAN 02 Mutu pelayanan kesehatan

03 Kelas RS tidak menggambarkan kompetensi yang


sebenarnya
“Kebijakan perumahsakitan
harus berkontribusi
menyelesaikan persoalan yang
04 Era UHC, Globalisasi, Disrupsi

menjadi prioritas nasional”


MENTERI KESEHATAN
Cakupan Kesehatan Semesta (UHC)
WHO 13TH GENERAL PROGRAM OF WORK
REPUBLIK INDONESIA

“promote health, keep the world safe, serve the vulnerable”

“ Cakupan Kesehatan
Semesta (universal
health coverage/UHC)
1 milyar orang mendapatkan
manfaat Universal Health
Coverage (Cakupan
menjamin seluruh Kesehatan Semesta);
masyarakat mempunyai
akses untuk kebutuhan 1 milyar orang terlindungi
pelayanan kesehatan dari keadaan darurat
promotif, preventif, kesehatan; dan
kuratif dan rehabilitatif
yang berkualitas dan 1 milyar orang menikmati
efektif hidup lebih baik dan sehat.
UNIVERSAL HEALTH COVERAGE (UHC)
Universal health coverage merupakan sistem kesehatan yang memastikan setiap warga dalam
populasi memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif bermutu dengan biaya terjangkau ( WHO)

Pentahapan cakupan universal sangat dipengaruhi oleh dukungan politik konsensus penduduk, dan kemampuan keuangan suatu negara.
“Without quality,
universal health
coverage (UHC)
remains an empty
promise.”

Pelayanan kesehatan yang bermutu


rendah berbahaya bagi pasien,
membuang uang dan waktu.

https://www.thelancet.com/action/showPdf?pii=S2214-109X%2818%2930394-2
THE LANCET Global Health ( 2018)
PENELITIAN TENTANG MUTU PELAYANAN KESEHATAN
DI 137 NEGARA

8,6 Juta
kematian yang dapat dicegah

5 Juta 3,6 Juta


kematian akibat Kematian akibat
mutu pelayanan rendah tidak memanfaatkan
pelayanan kesehatan

Sumber: Kruk ME, et al. Mortality due to low-quality health systems in the universal health coverage era: a systematic
analysis of amenable deaths in 137 countries. Lancet.2018
KEBIJAKAN DAN STRATEGI MUTU NASIONAL
(National Quality Policy & Strategy)

The Eight Elements of the National Quality Policy & Strategy Process

Defining and aligning Developing local Stakeholder


with national health Definition of mapping and
goals and priorities Quality engagement

Selection of Situational analysis to


improvement
methods and
? determine the state of
quality and guide the policy
interventions
Development and
Clarification of Development of Selection of Quality
Governance and Health Management Indicators and core
Organizational Information measures
Structures for Systems and data
Quality systems
Referensi : WHO Handbook
STRATEGI PENINGKATAN MUTU
2020 - 2024 STRATEGI SASARAN
•Pemerataan Fasyankes dasar
dan rujukan yang bermutu Terlaksananya
melalui intervensi peningkatan akreditasi
mutu
fasyankes yang
merata
Meningkatkan •Penyempurnaan sistem
akreditasi (Standar dan
pemerataan Instrumen Akreditasi, Sistem
pelayanan Informasi, Penyelenggaraan
Survei) Terlaksananya
kesehatan dasar
pengukuran mutu
dan rujukan yang
•Mengkorelasikan antara pelayanan
bermutu bagi
insentif dengan mutu kesehatan di
masyarakat
•Penguatan Sistem Manajemen fasyankes
Mutu (registrasi, lisensi,
sertifikasi)
Logframe Ditjen Yankes
UPAYA PENINGKATAN MUTU RUMAH SAKIT

REGISTRASI &
LISENSI
SESUAI
PMK 56/2014
12
INDIKATOR
MUTU
Sarana RUMAH
SAKIT PENILAIAN
Prasarana AKREDITASI
Alat Kesehatan
TATA KELOLA
DAN
Sumber Daya
Kesehatan KEPEMIMPINAN
Ijin
Akreditasi
Operasional
• Registrasi • Lisensi • Menilai dan memberikan pengakuan
• Otorisasi yang diberikan Pemerintah bahwa organisasi telah memenuhi standar
kepda individu / organisasi utk yang ditetapkan
melakukan praktek profesinya • Standar akredtasi : kondis optimal & dapat
•  Organisasi telah memenuhi standar dicapai serta dirancang utk mendorng
minimal kesehatan dan keselamatan upaya peningkatan mutu berkelanjutan
Ijin Penetapan dalam organisasi
Reakreditasi
pendiriaan Kelas
INTERVENSI PENINGKATAN MUTU

PNPK, PPK, CP, algoritma


Audit medik dan audit klinis

Registrasi, perizinan,
AKREDITASI
Edukasi pasien, survey
kepuasan pasien, shared
decision making

Manajemen resiko, Pelaporan


sumber : WHO. Handbook for national quality policy and strategy.2017 insiden keselamatan pasien
MENGAPA RS PERLU AKREDITASI?

FILOSOFIS YURIDIS
Bentuk perlindungan pemeritah dala
m memenuhi hak setiap WN terhada UU 44/ 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 4
p pelayanan yang diberikan fasilitas k 0 ayat 1; Dalam upaya peningkatan mutu p
esehatan secara layak elayanan, RS wajib dilakukan akreditasi sec
(UUD 45, ps 28 dan 34) ara berkala minimal tiga (3) tahun sekali

SOSIOLOGIS Survei menggunakan standar akreditasi menjadi satu k


esatuan sebagai upaya peningkatan mutu & berfokus
pada keselamatan pasien dan masyarakat
KEBIJAKAN AKREDITASI RUMAH SAKIT
UU No. 44/2009 : Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan RS wajib
terakreditasi secara berkala 3 tahun sekali

Permenkes 34 Tahun 201


RS wajib terakreditasi berkala setiap 3 (tiga) tahun dan,
7 tentang Akreditasi Rum
paling lama setelah beroperasi 2 (dua) tahun sejak me
ah Sakit
mperoleh izin operasional untuk pertama kali.

Permenkes 56 Tahun 201 Setiap Rumah Sakit yang telah mendapatkan izin opera
4 tentang Klasifikasi dan sional harus diregistrasi dan diakreditasi, akreditasi m
Perizinan RS erupakan persyaratan untuk perpanjangan izin operasi
onal dan perubahan kelas

Permenkes 99 tahun 201


5 sebagai perubahan dari Persyaratan yang harus dimiliki FKRTL antara lain adalah
Permenkes 71 Tahun 201 sertifikat akreditasi
3 tentang Jaminan
Kesehatan Nasional
EVALUASI DAMPAK PROSES AKREDITASI
TERHADAP PENINGKATAN MUTU
Hal dievaluasi :
• Tatakelola,
• Orientasi pasien
• Sumber daya
• Manajemen
fasilitas dan
obat
• Pelayanan klinis,
HAIs, transfusi
• Tindakan dan
operasi

Menunjukan bahwa pada RS nasional maupun internasional yang


menyiapkan akreditasi peningkatan mutu secara umum
Kurun waktu tahun 2012 – 2016 pada 9 RS di Indonesia
CAPAIAN AKREDITASI RUMAH SAKIT DI INDONESIA

CAPAIAN AKREDITASI RUMAH SAKIT STATUS AKRTEDITASI NASIONAL CAPAIAN AKREDITASI INTERNASIONAL
KARS
RUMAH SAKIT ACHS
INTERNASI
3%
ONAL
BELUM 20%
PERDANA 34%
TERAKREDITASI
16%
PARIPURNA 36%

UTAMA 12%

MADYA 12%

DASAR 6% JCI
TERAKRE 77%
DITASI
0 200 400 600 800 1000
84%

JUMLAH RUMAH SAKIT 2856 PERDANA 796 KARS INTERNASIONAL 8


TERAKREDITASI 2400 DASAR 150 JCI 31
BELUM TERAKREDITASI 456 MADYA 292 ACHS 1
UTAMA 295 JUMLAH 40
PARIPURNA 862
JUMLAH TERAKREDITASI 2395

DATA RS ONLINE, WEB KARS 27 OKTOBER 2019


PENGELOLAAN LIMBAH
Dalam Standar Nasional Akreditasi RS
PENGELOLAAN LIMBAH DALAM
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RS

- Perizinan (IPLC, TPS Limbah B3, Izin


Pengolah Limbah B3, dan lain-lain)
- Kerja Sama Pengelolaan Limbah Dengan
Pihak Ke-3
- Manajemen Risiko Fasilitas dan Limbah
- Pengendalian Risiko Infeksi Dari
Pengelolaan Limbah Infeksius dan B3
- Pemeriksaan Kualitas Air Limbah Secara
Berkala
32
PENUTUP
1. Menyediakan akses pelayanan kesehatan yang bermutu adala
h tugas bersama semua pihak
2. Akreditasi rumah sakit merupakan salah satu upaya untuk me
mbangun tata kelola organisasi dan tata kelola klinik yang baik
agar terbentuk budaya mutu dan keselamatan pasien
3. Mutu dan keselamatan pasien merupakan proses perbaikan be
rkelanjutan melalui siklus PDSA
4. Distribusi SDM akan mendorong terjadinya perbaikan distribusi
kompetensi faskes
5. Perlu terus dilakukan perbaikan tata kelola rumah sakit termas
uk tata kelola SDM
TERIMA KASIH
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav 4- Jakarta Selatan

www.yankes.kemkes.go.id @ditjenyankes

www.facebook.com/ditjen.yankes @ditjenyankes

Anda mungkin juga menyukai