Anda di halaman 1dari 19

PERSEPSI SOSIAL

&
ATRIBUSI SOSIAL
Persepsi: proses pencarian informasi untuk dipahami.
Pencarian informasi melalui proses pengindraan, sementara
proses memahami melalui proses kognisi/ kesadaran.
Persepsi selalu terkait dengan objek persepsi. Bila objek
persepsi berupa benda disebut thing perception atau non-
social perception.
Bila objek persepsi berupa orang maka disebut social
perception ataupun persepsi sosial.

Perbedaan mempersepsi benda dan orang.


Benda: pasif, persepsi objektif.
Orang: memiliki kemampuan, perasaan, harapan seperti
halnya orang yang mempersepsi. Orang yang dipersepsi dapat
berbuat sesuatu terhadap orang yang mempersepsi, sehingga
hasil persepsi sering tidak sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Orang yang dipersepsi dapat memberi pengaruh
kepada orang yang mempersepsi.
Persepsi Sosial
 Suatu proses yang kita gunakan untuk mencoba
memahami orang lain

 Mengapa orang lain bertingkahlaku tertentu


dalam suatu situasi, bagaimana perilaku mereka
nanti dalam situasi berbeda.
 Bisa tepat, bisa keliru
Persepsi sosial : sering bersifat subjektif karena tergantung
pada subjek yang mempersepsi.
- Perilaku membunuh dapat dianggap tindakan jahat namun
dapat dipandang sebagai tindakan seorang pahlawan.
- Sapaan seorang pria kepada rekan wanitanya dengan
menyentuh punggungnya dapat dianggap sebagai pelecehan
seksual oleh wanita, walaupun pria yang bersangkutan hanya
menganggapnya sebagai keramahtamahan biasa saja.
Subjektivitas karena dipengaruhi oleh : 1) keadaan orang yang
dipersepsi, 2) keadaan sosial yang melatarbelakangi, 3) keadaan
orang yang mempersepsi.

Objektif vs Subjektif
Person Perception (persepsi orang)
Objeknya lebih abstrak, lebih hipotetis sehingga orang cenderung memiliki
persepsi yang sama, misalnya persepsi terhadap foto orang.

Interpersonal Perception (persepsi dalam relasi antar pribadi)


Banyak faktor yang berpengaruh seperti: motif, perilaku kita sendiri
terhadap orang lain, perbedaan kepribadian, kemampuan sosial, tingkat
kecerdasan.
Komunikasi Nonverbal
 Persepsi sosial sangat tergantung pada komunikasi ( verbal dan
non verbal)
 Komunikasi non-verbal jauh lebih bermakna dalam persepsi sosial.
Contohnya:
# Jika kita bertelepon dan yang menerima adalah mesin penjawab
otomatis (answering machine) maka kita hanya menerima informasi
dan tidak dapat menyimpulkan tentang emosi, sifat dari penerima
telepon.
# Namun ketika dua orang bertatap muka, sekalipun mereka tidak
berbicara namun tetap berkomunikasi melalui bahasa non-verbal:
senyum, kedipan mata, mimik wajah dan sebaginya. Nada suara,
tekanan suara, tarikan nafas akan menentukan makna lebih dari
sekedar informasi yang diterima.
 Komunikasi non-verbal: komunikasi antarindividu tanpa melibatkan
isi bahasa lisan, namun mengandalkan bahasa-bahasa non-lisan
melalui ekspresi wajah, kontak mata, bahasa tubuh
 Perilaku nonverbal relatif tak bisa dikekang, shg ketika orang
mencoba menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya, tetap
tampil melalui ekspresi2 nonverbal
• Ekspresi wajah sbg petujuk emosi
seseorang
WAJAH adalah GAMBARAN JIWA (Cicero) 
mempelajari suasana hati dan perasaan
seseorang melalui ekspresi wajah.
Terdapat 6 emosi dasar manusia yang dipelajari
sejak kecil: marah, takut, bahagia, sedih,
terkejut, jijik  variasi ekspresi misal: senang
campur sedih, terkejut campur takut.
Penilaian kita thd emosi sso tergantung konteks
dimana ekspresi wajah tersebut muncul dan
kondisi situasional

• Kontak mata sbg penanda non verbal


MATA jendela hati  belajar banyak ttg perasaan orang lain dari
tatapan matanya.
Tatapan mata yang dalam dan lama  rasa suka / pertemanan
Menghindari kontak mata  tdk ramah, tidak menyukai kita, pemalu
Tatapan dingin  kemarahan
• Bahasa tubuh: Gestur, Postur, Gerakan
Emosi sering direfleksikan dalam posisi, postur,
gerakan tubuh  bahasa tubuh (body
language)
- Bhs tubuh seringkali mengungkapkan keadaan
emosional sso.
- Semakin banyak pola gerakan tubuh dan makin Perbedaan orientasi
banyak bagian tubuh digerakkan menyimpan tubuh, perbedaan
makna tersendiri. kondisi emosi
“ sikap tubuhnya mengancam”
“ ia menyambut dengan tangan terbuka”
- Gestur (sikap tubuh) memberi informasi ttg
perasaan sso. Maknanya terkait dengan budaya.
Sentuhan
• Sentuhan dapat ditafsirkan bermacam2.
Mungkin sbg bentuk afeksi, minat seksual,
dominasi, perhatian bahkan mungkin agresi.
• Tergantung bbrp faktor: siapa yang melakukan,
sifat kontak fisik (singkat/lama, halus/kasar,
bagian yang disentuh), konteks situasi.
• Sentuhan yg tepat akan membangkitkan
perasaan positif.
Atribusi: memahami penyebab
perilaku orang lain
Dengan atribusi sosial manusia memperkirakan apa yang
menyebabkan orang lain berperilaku tertentu. Hal yang
dipertanyakan dalam proses atribusi sosial antara lain:
Apa yang ada di balik perilakunya ?
Orang seperti apa dia ?
Bagaimana sifat-sifatnya ? dsbnya

Heider: dasar untuk mencari penjelasan adalah


menggunakan akal sehat (common sense), sehingga
ditemukan ada dua golongan yang menjelaskan perilaku:
Atribusi internal: berasal dari orang yang bersangkutan
Atribusi eksternal: berasal dari lingkungan/ luar diri orang
yang bersangkutan
Ilustrasi: Anak memperoleh nilai rapor jelek
Penjelasan secara atribusi internal: karena anak itu malas,
banyak bermain, bodoh dsbnya.
Penjelasan secara atribusi eksternal: karena orang tuanya
bercerai, gurunya tidak menarik ketika mengajar, soalnya sulit
dsbnya.

TEORI2 ATRIBUSI

Teori Penyimpulan Terkait (Correspondence Inference)


Teori ini berfokus pada target dan berpandangan bahwa perilaku
orang lain merupakan sumber informasi yang kaya. Kalau kita
mengamati perilaku orang lain dengan cermat, kita dapat
mengambil berbagai kesimpulan. Tetapi seringkali perilaku yang
nampak tidak sama dengan yang ada dalam diri orang tersebut.
Untuk itu perlu lebih cermat lagi dalam pengamatan, dengan
memperhatikan hal sebagai berikut:
• Perilaku yang timbul karena kemauan orang itu sendiri
perlu lebih diperhatikan daripada perilaku karena
peraturan/ perintah orang lain. Misalnya kasir yang
cemberut dan satpam yang ramah lebih mencerminkan
keadaan dirinya daripada kasir yang harus tersenyum
atau satpam yang harus galak.
• Perilaku yang membuahkan hasil yang tidak lazim lebih
mencerminkan atribusi perilaku daripada yang hasilnya
berlaku umum. Misalnya, wanita yang mau dengan pria
yang gendut, tidak tampan, miskin tetapi penuh
perhatian lebih diandalkan cintanya daripada wanita
yang suka pada pria tampan, kaya dan berpendidikan
tinggi.
• Perilaku yang tidak biasa lebih mencerminkan atribusi
daripada perilaku umum.
Teori Sumber Perhatian Dalam Kesadaran
(Consious Attentional Resources)
Teori ini menekankan proses yang terjadi didalam
kognisi orang yang melakukan persepsi (pengamat).
Gilbert dkk (1988): atribusi harus melewati kognisi.
Dalam kognisi terjadi tiga tahap
Kategorisasi: pengamat menggolongkan dulu
perilaku dari orang yang diamati dalam jenis dan
golongan tertentu sesuai dengan skema kognisi
pengamat
Karakterisasi: pengamat memberi atribusi pada
pelaku berdasarkan pada kategorisasi di atas
Koreksi: merubah atau memperbaiki kesimpulan
yang ada pada pengamat tentang perilaku
Teori Atribusi Internal dan Eksternal (Kelley, 1972; Kelley &
Michela, 1980)
Tiga hal yang harus diperhatikan apakah suatu perilaku beratribusi
internal atau eksternal.
1)Konsensus: apakah perilaku cenderung dilakukan orang dalam
situasi sama. Semakin banyak orang yang melakukan, semakin
tinggi konsensus. Sebaliknya semakin sedikit orang melakukannya
maka semakin rendah konsensus.
2)Konsistensi: apakah pelaku yang bersangkutan cenderung
berperilaku (bereaksi) yang sama terhadap stimulus yang sama
dalam situasi yang berbeda-beda ? Jika ya konsistensi tinggi, jika
tidak konsistensi rendah
3)Distingsi (Kekhususan): apakah pelaku ybs cenderung
melakukan perilaku yang sama terhadap stimulus atau situasi yang
berbeda-beda. Jika ya, distingsi rendah , jika tidak distingsi tinggi.
Atribusi Atribusi Atribusi
internal eksternal Internal
Eksternal
Konsensus Rendah Tinggi Rendah
Konsistensi Tinggi Tinggi Tinggi
Distingsi Rendah Tinggi Tinggi

Ilustrasi:
Bayangkan Anda melihat seorang pelayan di sebuah
restoran menggoda pelanggan.
Mengapa pelayan bertingkah laku spt itu?
Apakah ia seorang yang suka menggoda (internal)? Atau
Pelanggan memang memiliki pembawaan antraktif
(eksternal) ?
Asumsi 1
1. Ternyata pelayan lain juga menggoda pelanggan
ATRIBUSI
(konsensus tinggi) EKSTERNAL
2. Pelayan telah menggoda pelanggan ini Pelanggan memang
sebelumnya (konsistensi tinggi) sangat atraktif
3. Pelayan belum pernah menggoda pelanggan
lain (distingsi tinggi)

Asumsi 1
1. Tidak ada satupun pelayan lain yang menggoda ATRIBUSI INTERNAL
pelanggan tersebut (konsensus rendah) Pelayan orang yang
2. Anda telah melihat pelayan telah menggoda gemar menggoda
pelanggan ini sebelumnya (konsistensi tinggi)
3. Anda juga pernah melihat pelayan ini pernah
menggoda pelanggan lain sebelumnya (distingsi
rendah)
Kesalahan Atribusi
Baron & Byrne (2003) bersumber pada:
• Kesalahan atribusi fundamental (fundamental atribution
error)
Kecenderungan untuk mengatribusikan perilaku orang lain
pada faktor internal (disposisional), meskipun faktor-faktor
eksternalnya (situasional) jelas-jelas ada dan mungkin
berpengaruh seperti adat, tradisi, kebiasaan masyarakat
Mengurangi bias:
Cobalah tempatkan diri Anda pada diri orang yang sedang
Anda atribusi, cobalah melihat sudut pandang orang
tersebut. Setelah itu mungkin Anda menyadari bahwa
dalam perspektif mereka ada banyak faktor eksternal yang
berperan dalam membentuk tingkahlaku mereka
•Efek pelaku-pengamat (the actor-observer effect),

Atribusi tergantung pada posisi orang apakah sebagai pelaku


atau pengamat. Kesalahan ini disebabkan orang melihat
perilaku orang lain karena faktor dari dalam diri orang tersebut,
sedangkan perilaku dirinya sendiri disebabkan oleh faktor luar.
Misalnya:
jika ada orang lain jatuh tersandung batu, maka dikatakan
orang lain tersebut tidak hati-hati. Tetapi jika kita sendiri yang
jatuh, maka kita akan menyalahkan orang yang meletakkan
batu di tengah jalan tersebut.
Mengurangi bias:
Cobalah membayangkan diri Anda sebagai orang tersebut dan
tanyakan pada diri Anda sendiri: “Mengapa saya melakukan
hal itu”?  Menyadari bahwa ada faktor eksternal yang
mempengaruhi tingkahlaku Anda, disamping faktor internal.
• Pengutamaan diri sendiri (self serving bias)
“Saya memang bagus, kamu hanya beruntung”
Setiap orang cenderung mengatribusikan kesuksesan kita pada
faktor internal (kemampuan diri, kerja keras) dan mengatribusikan
kegagalan pada faktor eksternal (nasib, kekuatan di luar diri).

Terlalu berlebihan mengukur kontribusi dalam kerja kelompok,


kurang introspeksi thd kegagalan.

Di kalangan pelajar: mendapatkan nilai jelek mereka sering


menyalahkan pihak lain (atribusi eksternal) : soal terlalu sulit,
gurunya tidak jelas. Sementara siswa yang mendapatkan prestasi
baik menganggap bahwa semua itu karena faktor dari dalam
dirinya (atribusi internal) seperti: pandai, rajin belajar
Mengurangi bias:
Dengan menyadari bahwa kesuksesan Anda tidak selamanya
berasal dari faktor internal Anda, kegagalan Anda mungkin
juga disebabkan oleh faktor dari dalam diri Anda.
Analisa Kasus hukum
Bagaimana terjadinya
bias/subjektivitas dalam
proses hukum /peradilan
mengacu pada persepsi sosial
dan atribusi sosial

Anda mungkin juga menyukai