• Pemberdayaan sebagai upaya mendorong dan memungkinkan individu-
individu untuk mengemban tanggung jawab pribadi atas upaya mereka
memperbaiki cara mereka melaksanakan pekerjaan-pekerjaan mereka dan menyumbang pada pencapaian tujuan-tujuan organisasi. (Richard Carver (Clutterbuck 2003:3), managing director coverdale Organization ) • Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- yang menjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan • Pemberdayaan berarti memampukan (to enable), memberikan kesempatan (to allow) atau mengizinkan (to permit) melalui inisiatif sendiri atau yang dipicu oleh orang lain (Mulyadi, 2007). • Pemberdayaan karyawan adalah pemberian wewenang kepada karyawan untuk merencanakan (planning), mengendalikan (controlling) dan membuat keputusan atas pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya, tanpa harus mendapatkan otorisasi secara eksplisit dari manajer diatasnya (Hansen & Mowen 2007). • Gibson (1995) mendefinisikan pemberdayaan karyawan (individual empowerment) sebagai pemberian kesempatan dan dorongan kepada para karyawan untuk mendayagunakan bakat, ketrampilan- ketrampilan, sumberdaya-sumberdaya, dan pengalaman-pengalaman mereka untuk menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu Pengertian pemberdayaan itu ada beberapa macam : • Memberikan Kewenangan dan Pertanggung Jawaban kepada jajaran terdepan dari Organisasi. • Mengajak, memotivasi dan membiarkan orang-orang untuk mengambil tanggung jawab perorangan untuk memperbaiki cara melaksanakan pekerjaan mereka memberikan kontribusi kepada sasaran organisasi. • Mencari cara-cara baru untuk memusatkan daya ketangan-tangan orang yang memerlukan wewenang, tanggung jawab, sumber daya dan hak-hak pada tingkatan yang paling layak untuk menyelesaikan tugasnya. • Pemindahan daya yang terkontrol dari manajemen kepada pegawai untuk tujuan bisnis jangka panjang secara keseluruhan. • Membuat suasana yang memungkinkan orang dapat menggunakan panca indera dan kemampuannya secara maksimal untuk mengejar sasaran umum baik yang berorientasi manusia maupun yang beorientasi keuntungan Manfaat Empowerment • Organisasi bisa lebih responsif terhadap tuntutan pasar dan kompetisi yang menghendaki kecepatan dan fleksibilitas. • Organisasi bisa lebih datar hingga lebih responsif dan efisien. • Pegawai bisa mensupervisi dirinya sendiri dan lebih bisa melaksanakan koordinasi dan kerja lintas sektoral, lebih terintegrasi dalam prosesnya melayani pelanggan / relasi bisnis. • Manajemen puncak bisa lebih konsentrasi kemasalah strategis. • Bisa mencurahkan seluruh sumber daya yang dapat membantu meningkatkan daya kompetisi. • Bisa memenuhi harapan yang lebih tinggi dari pegawai terdidik. • Pemberdayaan juga bisa merupakan ajang kaderisasi karena para staf yang berbakat menjadi manager dan pimpinan akan tampak. • Pegawai akan lebih inovatif atau kreatif serta akan memberikan komitmennnya untuk memajukan perusahaan, yang pada akhirnya para pegawai akan lebih loyal kepada perusahaan tempat mereka bekerja. Menurut Bowen Dan Lawler, ada 3 macam cara yang bisa dilakukan,, • Suggestion Involvement yaitu pegawai diajak untuk menyumbangkan ide melalui program sumbang saran atau Gugus Kendali Mutu • Job Involvement yaitu pegawai memiliki kebebasan yang memadai didalam memutuskan bagaimana cara melaksanakan pekerjaan dan mendapatkan umpan balik. • High Involvement yaitu pegawai hingga tingkat rendah memiliki rasa keterlibatan didalam pencapaian performansi organisasi secara total. Informasi tentang semua aspek dari performansi bisnis disebar keseluruh unit organisasi. Ketrampilan pegawai dikembangkan secara intensif dibidang kerja sama, pemecahan masalah, operasi bisnis serta keterlibatan dalam pembuatan keputusan manajemen untuk unit kerjanya. filosofi pemberdayaan adalah proses yang dicanangkan oleh manajemen yang menangkap pemikiran dan keinginan semua orang didalam organisasi agar mereka mampu berkembang dan bisa menggunakan semua bakat dan kemampuan mereka untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi, sasaran-sasaran pekerjaan dan karier mereka. Bowen dan Lawler dalam artikelnya “The empowerment of service workers:what, why, how, and when,”Sloan Management Review, Spring 1992, volume 33 no.3., menyebut bahwa pemberdayaan bukanlah : • 1.Delegasi. • David Oates menggariskan perbedaan antara delegasi dan pemberdayaan. ”Delegasi,” katanya, ” dilakukan oleh manajer. Pemberdayaan, jika berjalan dengan baik, dilakukan oleh bawahan.” • Jack Furrer, direktur pendidikan manajemen di perusahaan farmasi multinasional Ciba-Geigy di Swiss itu, sependapat : ”seringkali delegasi sama dengan dumping. Kadang-kadang ia lebih positif dan berupa suatu keseimbangan antara pengarahan dan otonomi. Tetapi biasanya ia masih tidak memiliki unsur dukungan seperti yang dilibatkan oleh pemberdayaan.” • 2. Tanggung Jawab. • Tanggung awab sendiri bukanlah pemberdayaan, kata Paul Evans, profesor perilaku organisasional di sekolah bisnis Perancis INSEAD. ” pemberdayaan bukanlah sekedar masalah menyodorkan tanggung jawab lebih besar di suatu organisasi,” katanya. ” adalah goblok dan gila untuk melakukan hal itu pada orang-orang yang tidak memiliki ketrampilan-ketrampilan dan kompetensi- kompetensi untuk memegang kendali atas pekerjaan mereka.” John Nevin, CEO Firestone, ”Jika Anda ingin membuat gila seseorang, cara paling mudah untuk melakukannya adalah dengan memberi rasa tanggung jawab yang dalam, tetapi tanpa otoritas.” • Meskipun demikian, Evans dari INSEAD lebih menyukai istilah Perancis ”Responsabilization” daripada ”empowerment.” yang disebut belakangan itu, katanya, ”mengandung ciri keamerika-amerikaan yang paling jelek. Jika orang harus menggunakan istilah itu, saya lebih suka menggunakan istilah Perancisnya, yang tidak begitu emotif dan menerumuskan.” • 3. Trik Pemangkasan ongkos. • ”Apakah orang-orang diberdayakan untuk mengembangkan bisnisnya atau mereka diminta untuk memangkas ongkos-ongkos dan membuahkan keuntungan-keuntungan jangka pendek?” tanya Bernard Taylor dari Henley Management College. ”Orang-orang tidak bodoh,” katanya: • Mereka membutuhkan suatu visi mengenai masa depan dan suatu jaminan bahwa pekerjaannya masih akan tetap ada dalam beberapa tahun mendatang. Ini menuntut komitmen untuk mengembangkan bisnis. Tetapi sekarang ini perusahaan-perusahaan mengalami masalah besar dalam memotivasi karyawan mereka dan membujuk mereka agar membangun komitmen. Itu terjadi karena serikat-serikat buruh sudah dibuat tidak berdaya, restrukturisasi besar-besaran telah mengakibatkan PHK besar-besaran, perusahaan-perusahaan diperdagangkan seperti komoditas, dan para manajer serta karyawan tidak tahu dari menit yang satu ke menit berikutnya apakah mereka masih memiliki pekerjaan. Pemberdayaan seringkali diperkenalkan dalam konteks mentalitas pendudukan masa perang. Michael Osbaldeston, chief executive Ashridge Management College, menegaskan di depan peserta konferensi tahun 1993 mengapa ia menganggap pemberdayaan telah menjadi begitu penting akhir-akhir ini: • Kecepatan perubahan yang semakin tinggi, turbulensi lingkungan, cepatnya respon persaingan dan akselerasi permintaan-permintaan pelanggan menuntut kecepatan dan fleksibilitas tanggapan yang tidak sudah tidak cocok dengan cara kerja organisasi dengan model kontrol dan komando gaya lama itu. • Organisasi-organisasi sendiri tengah berubah. Akibat dari downsizing(perampingan), delayering(pemangkasan hierarki struktural), dan desentralisasi berarti bahwa metode-metode kuno pencapaian koordinasi dan kontrol tidak lagi sesuai. Upaya mencapai kinerja dalam situasi dan kondisi baru ini menuntut agar staff mengemban tanggung jawab yang jauh lebih besar. • Organisasi-organisasi menuntut kerja yang lebih lintas fungsi(cross functional), kerja sama lebih padu di antara bidang- bidang, integrasi lebih baik dalam proses-proses jika organisasi yang bersangkutan ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan. Kerja sama seperti itu bisa dicapai lewat pemberdayaan. • Bakat manajerial yang benar-benar bagus semakin dipandang langka dan mahal. Menggunakannya untuk supervisi langsung terhadap staff yang mampu mengelola diri sendiri justru menambah kesulitan-keslitan yang sudah ada. Di pihak lain, pemberdayaan memungkinkan bakat manajerial untuk lebih difokuskan pada tantangan-tantangan eksternal dan bukan pada problem solving internal. • Pemberdayaan bisa mengungkapkan sumber-sumber bakat manajerial, yang dulunya tidak dikenali, dengan menciptakan situasi dan kondisi dimana bakat bisa tumbuh subur. • Staff tidak lagi disiapkan untuk menerima sistem-sistem kontrol dan komando yang kuno itu. Semakin luasnya ketersediaan pendidikan, penekanan lebih besar pada pengembangan sepanjang hidup, dan tujuan kepastian keamanan kerja dan peningkatan yang mantap telah menyumbang pada situasi di mana pekerjaan dinilai berdasarkan kesempatan-kesempatan pengembangan yang ditawarkan, bukan sebagai pekerjaan itu sendiri. Organisasi-organisasi yang gagal memenuhi aspirasi- aspirasi ini tidak akan memperoleh kinerja yang mereka tuntut dan staf terbaik mereka akan terus-menerus dibuat tak berdaya. Leadership Pyramid Shows Vision Values Empowerment and Encouragement