Anda di halaman 1dari 5

Fakultas Ekonomi & Bisnis

Program Studi Magister Management

Nama : Efran Muftadi


Npm : 221176081
Dosen : Hendri Dunan
MK : Teori & Perilaku Organisasi

1. Konsep inti yang terkandung dalam leadership adalah influence, agar influence dalam kepemimpinan
dapat berjalan efektif diperlukan power. Jelaskan jenis power apa yang paling penting yang
diperlukan baik dalam organisasi bisnis maupun dalam organisasi publik yang memungkinkan
seseorang dapat memimpin suatu organisasi.

2. Pada saat ini organisasi bisnis maupun organisasi publik yang berpandangan maju banyak
menggunakan teori gaya kepemimpinan transformasional, jelaskan apa kelebihannya teori ini dengan
teori- teori sebelumnya. Berikan contoh kangkrit dalam implementasinya.

3. Menurut perspektif organisasi modern, konflik diperlukan karena dapat berimplikasi terhadap
efektifitas organisasi, karena itu konflik harus dikelola secara efektif. Jelaskan bagaimana mengelola
konflik dalam organisasi.

4. Jelaskan faktor-faktor eksternal dan internal yang menentukan prestasi kelompok.

5. Jelaskan tingkatan analisis atas permasalahan yg terjadi dalam organisasi.

6. Jelaskan pendekatan yang dilakukan dalam mempelajari perilaku organisasi.

Jawaban:
1. Penggunaan kekuasaan oleh seorang pemimpin dalam menimbulkan dua dampak yaitu dampak positif
dan dampak negatif. Penggunaan kekuasaan yang efektif akan meningkatkan motivasi bawahannya
sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik, jika penggunaan kekuasaan yang tidak efektif oleh
seorang pemimpin akan mengakibatkan dampak negatif sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan
baik.
a. Kekuasaan Balas Jasa (Reward Power)
Kekuasaan jenis ini merupakan kekuasaan yang menggunakan balas jasa atau reward untuk
mempengaruhi seseorang untuk bersedia melakukan sesuatu sesuai keinginannya, Kekuasaan ini dapat
berupa gaji, upah, bonus, promosi, pujian, pengakuan atau penempatan tugas yang lebih menarik.
Namun melalui kekuasaan ini seorang pemimpin juga dapat menunda pemberian reward tersebut
sebagai hukumancjika bawahannya tidak melakukan apa yang telah diperintahkan.
b. Kekuasaan Paksaan (Coercive Power)
Kekuasaan ini lebih cenderung ke penggunaan ancaman atau hukuman untuk mempengaruhi seseorang
agar bersedia melakukan sesuatu sesuai keinginannya. Kekuasaan paksaan ini adalah kebalikan atau
sisi negatif dari kekuasaan balas jasa. Contoh yang diberlakukan jika tidak mengikuti perintah yang
diintruksikan, antara lain pemberian surat peringatan, penurunan gaji, penurunan jabatan dan bahkan
pemberhentian kerja atau PHK.
c. Kekuasaan Rujukan (Referent Power)
Kekuasaan rujukan ini merupakan kekuasaan yang diperoleh atas dasar kekaguman, keteladanan,
kharisma dan kepribadian dari seorang pemimpin. Contohnya si A yang memimpin banyak orang
karena kepribadiannya dan karismanya.
d. Kekuasaan Sah (Legitimate Power)
Kekuasaan ini berasal dari posisi resmi yang dijabat oleh seseorang, baik itu dalam suatu organisasi,
birokrasi ataupun pemerintahan. Kekuasaan sah adalah kekuasaan yang diperoleh dari konsekuensi
hirarki dalam organisasi. Seseorang yang menduduki posisi itu memiliki hak dan wewenang untuk
memberikan perintah dan intruksi kepada bawahannya dan bawahannya berkewajiban untuk
menjalankan intruksi yang telah diberikan.
e. Kekuasaan Keahlian (Expert Power)
Kekuasaan Keahlian ini muncul karena adanya keahlian ataupun keterampilan yang dimiliki oleh
seseorang. Acap kali seseorang yang memiliki pengalaman dan keahlian tertentu memiliki kekuasaan
ahli dalam suatu organisasi meskipun orang tersebut bukanlah manajer atau pemimpin. Individu-
individu yang memiliki keterampilan/keahlian tersebut biasanya dipercayai oleh Manajernya untuk
membimbing karyawan lainnya dengan benar.
2. Transformational leadership atau kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang
dilakukan pemimpin dengan memotivasi dan memberdayakan orang-orang yang menjadi tanggung
jawabnya untuk bekerja sama mewujudkan visi perusahaan.
Secara definitif, kepemimpinan transformasional adalah bentuk nilai, keyakinan, dan kebutuhan yang
termasuk di dalamnya perubahan sebagai bentuk terobosan baru. Seorang pemimpin dengan gaya
transformasional diyakini bisa mempengaruhi kinerja karyawan secara keseluruhan. Seorang pemimpin
yang menerapkan transformational leadership biasanya memiliki pandangan visioner dan juga mampu
memfasilitasi karyawan atau bawahannya untuk mengasah skill yang diperlukan.
kelebihan kepemimpinan transformasional :
a. Pengaruh Ideal
Seseorang yang memiliki gaya transformational leadership adalah teladan bagi para karyawannya.
Pemimpin tersebut akan bertindak sesuai dengan peraturan yang dibuat dan cenderung memberikan
pengaruh yang ideal. Hal inilah yang membuat banyak karyawan kagum dan hormat kepadanya.
b. Mempertimbangkan Individu
Seorang pemimpin transformasional adalah orang yang selalu mendukung karyawannya untuk
mengembangkan dan mengeluarkan seluruh potensi yang ada di diri mereka. Pemimpin tersebut akan
sadar bahwa karyawan juga harus turut terlibat dalam mencapai visi perusahaan.
Biasanya orang dengan tipe kepemimpinan ini adalah orang yang mempertimbangkan individu.
Pemimpin ini tidak akan ragu untuk mengadakan pertemuan one on one dengan karyawannya untuk
membangun relasi atau sekedar mendengarkan opini mereka.
c. Motivasi Inspirasional
Kelebihan lainnya dari transformational leadership adalah bisa memberikan motivasi inspirasional.
Artinya, pemimpin tersebut bisa mendorong karyawannya untuk bersama-sama mencapai visi.
Mereka adalah orang yang akan memberikan energi sama kepada para karyawannya. Sehingga setiap
kalimat yang diucapkan adalah kalimat inspirasional yang bisa memotivasi karyawannya.
d. Stimulasi Intelektual
Satu lagi kelebihan transformational leadership adalah bisa memberikan stimulasi intelektual. Artinya,
pemimpin tersebut akan mendorong karyawannya untuk berpikir dengan pola out of the box serta
berani mengambil risiko.
Mereka juga mampu untuk menciptakan lingkungan yang penuh dengan kreativitas. Hal ini tentunya
akan membuat karyawan merasa nyaman dan bisa mempelajari banyak hal baru dalam pekerjaannya.

3. Konflik dalam sebuah organisasi sangat rawan terjadi, proses organisasi yang ketatmenjadikan konflik
tak dapat dihindari. Tapi, konflik dapat diatasi dengan baik jika ada yang mengelola. Dalam dunia bisnis,
proses ini sering disebut manajemen konflik. Manajemen adalah pengelolaan sebuah organisasi atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan konflik adalah proses yang terjadi antara
dua orang atau lebih dengan tujuan menyingkirkan orang lain. Jadi, manajemen konflik adalah sebuah
pendekatan yang dilakukan untuk mengelola konflik, berkomunikasi dengan pelaku konflik, dan menjaga
kepentingan bersama dalam suatu organisasi.
Menurut Howard Ross, seorang pakar, manajemen konflik adalah langkah yang diambil pihak ketiga
dengan tujuan mengarahkan konflik ke hasil tertentu yang mungkin menghasilkan hasil akhir berupa
penyelesaian konflik atau menghasilkan ketenangan atau hasil mufakat. Jadi, konflik bisa jadi tidak
hilang dalam proses organisasi, namun tetap bisa dikelola agar proses organisasi tetap mengarah ke hasil
positif.
Manajemen konflik dilakukan dengan beberapa tujuan, yaitu:
· Mencegah kemungkinan terjadinya konflik.
· Menghindari dari adanya konflik yang terjadi.
· Mengurangi dampak risiko yang diakibatkan oleh adanya konflik.
· Menyelesaikan konflik dalam waktu sesingkat mungkin.
a. Untuk mengelolanya, hal pertama yang dilakukan adalah memahami permasalahan. Mendeteksi
masalah sangat penting. Saat kita salah mendeteksi masalah, bisa jadi proses pengelolaan konflik
yang dilakukan akan gagal total.
b. Selanjutnya, seperti seorang dokter, kita harus mendiagnosa dari mana konflik ini timbul. Siapa
saja yang terlibat, dimana konflik ini terjadi, dan bagaimana cara yang terbaik untuk
mengatasinya.
c. Saat dua hal di atas sudah dijalankan, yang terpenting adalah menyepakati solusi yang tepat bagi
konflik tersebut antara pihak yang berkonflik, serta komitmen dalam melaksanakan solusi yang
disepakati.
d. Selanjutnya, jangan lupakan untuk mengevaluasi berjalannya solusi. Saat semua berkomitmen,
konflik bisa dikelola dengan baik untuk kepentingan bersama.
Proses mengelola konflik, adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang manajer.

4. Faktor Eksternal Yang Dapat Mempengaruhi Kelompok


a. Strategi Organisasi. jika strategi yang diterapkan organisasi dirasakan tepat dan cocok dirasakan
anggota organisasi maka strategi yang sudah ditetapkan itu akan memacu semua anggota untuk
menunjukkan kemampuan yang dimilikinya secara optimal.
b. Struktur Wewenang. jika struktur organisasi telah disusun dengan memperhatikan dengan baik the
right man on the right place at the right time dan satuan perintah (otoritas), dan tanggung jawab telah
berjalan dengan baik maka struktur organisasi tersebutakan memacu anggota organisasi untuk
berkinerja lebih baik dari waktu ke waktu.
c. Peraturan. semua peraturan dari oraganisasi dari level yang paling tinggi sampai yang paling bawah,
bisa kondusif bagi anggota organisasi untuk berkinerja lebih baik dari waktu ke waktu, biasa juga
sebaliknya.
d. Sumber-sumber daya organisasi. Sumber daya yang dimiliki organisasi, mulai dari sumber daya
manusia, sumber daya alam, dana, material, mesin-mesin, pasar, tekhnologi, informasi, jika dimiliki
secara memadai, baik secara kulitas maupun kuantitas, hal itu akan memacu karyawan untuk
berkinerja secara maksimal.
e. Proses seleksi. Seleksi karyawan merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan organisasi
dalam mendapatkan karyawan yang berkinerja tinggi.
f. Penilaian prestasi dan sistem imbalan. Penilaian prestasi kerja karyawan yang memenuhi azas
keadilan bagi semua karyawan akanmemacu karyawan untuk berprestasi. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penilaian: (a) sistem penilaian, (b) penilai, (c) standar kinerja, (d)waktu penilaian.
jika penilaian kinerja dilakukan sudah baik maka sistem imbalan juga harus memenuhi azas keadilan.
g. Budaya organisasi. Organisasi yang memiliki budaya yang kondusif memacu karyawan untuk
berkinerja maksimal, misalnya disipli, inovatif, tepat waktu,dll.
h. Faktor lingkungan fisik. Lingkungan fisik berperang penting dalam menciptakan kondisi karyawan
yang bersemangat atau tidak bersemangat dalam bekerja.
Faktor Internal Yang Dapat Mempengaruhi Prestasi Kelompok
a. Kemampuan fisik. Jika kemampuan fisik prima maka kelompok cenderung bekerja maksimal.
Kemampuan fisik itu bisa yang melekat pada angota-anggota kelompok, yang berwujud, misalnya
fisiknya, maupun yang berupa sarana atau prasarana yang dimiliki kelompok.

b. Kemampuan intelektual. Tingkat pengetahuan, kemauan, kemampuan keterampilan dan


kompetensi yang dimiliki oleh anggota kelompok menentukan kemampuan kelompok untuk
berprestasi atau sebaliknya.

c. Karakteristik kepribadian. Kepribadian sekelompok yang kondusif untuk berprestasi misalnya


terbuka, tahan terhadap kritik, inovatif, suka tantangan, suka perubahan, senang bekerja sama, dll.

5. Kejadian-kejadian atau permasalahan yang terjadi dalam organisasi dapat dianalisis dari tiga tingkatan
analisis, yaitu : tingkat individu, kelompok dan organisasi.
a. pada tingkat individu, kejadian yang terjadi dalam organisasi dianalisis dalam hubungannya dengan
perilaku seseorang dan interaksi kepribadian dalam suatu situasi. Masing-masing orang dalam
organisasi memiliki sikap, kepribadian, nilai dan pengalaman yang berbeda bedayang
mempengaruhinya dalam berperilaku.
b. Pada tingkat kelompok, perilaku anggota kelompok dipengaruhi oleh dinamika anggota kelompok,
aturan kelompok, aturan kelompok dan nilai-nilai yang dianut oleh kelompok.
c. Pada tingkat organisasi, kejadian-kejadian yang terjadi dalam kontek struktur organisasi, struktur
dan posisi seseorang dalam organisasi membawa pengaruh pada setiap interaksi sosial dalam
organisasi.
Struktur organisasi mempengaruhi bagaimana informasi dikomunikasikan dan keputusan tersebut.
Faktor lingkungan eksternal memiliki pengaruh yang kuat pada masing-masing tingkatan analisis.
Misalnya rendahnya produktivitas, karyawan yang malas/tidak masuk kerja. Kelambanan dalam
penyelesaian unjuk rasa dan dipihak lain banyaknya desakan factor lingkungan yang mempengaruhi
efektifitas organisasi, seperti: Tuntutan konsumen akan produk yang berkualitas tinggi, persaingan
yang bersifat global, fluktuasi ekonomi, tuntutan gaya hidup dll

6. Terdapat beberapa pendekatan yang dikembangkan oleh para ahli ilmu perilaku manusia yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Pemahaman tersebut biasanya dikelompokkan atas tiga pendekatan
yaitu pendekatan kognitif, pendekatan penguatan, dan pendekatan psikoanalitis.

a. Pendekatan Kognitif
Pada dasarnya pendekatan kognitif menekankan pada peranan individu dalam hubungannya dengan
lingkungan. Pendekatan ini meliputi kegiatan- kegiatan mental yang sadar seperti: berpikir, mengetahui,
memahami, dan kegiatan konsepsi mental misalnya sikap, kepercayaan, dan pengharapan, yang
kesemuanya itu merupakan faktor yang menentukan di dalam perilaku.

b. Pendekatan Penguatan (Reinforcement Approach)


Berawal dari analisa eksperimen perilaku yang dikemukakan oleh Ivan Pavlov dan Edward Thorndike.
Pavlov melakukan penyelidikan reflek berkondisi (conditioned reflex) atau kondisi klasik (classical
conditioning) pada anjing percobaan. Sedangkan Edward Lee Thorndike juga melakukan penyelidikan
atas beberapa binatang untuk mengetahui proses belajar trial and error . Penyelidikannya terkenal dengan
law of effect dan law of exercise atau law of use and diuse .

Law of effect menyatakan bahwa hubungan antara stimulus (S) dan respon (R) akan meningkat apabila
hubungan itu diikuti oleh keadaan yang menyenangkan. Sebaliknya hubungan itu akan berkurang jika
didiikuti oleh keadaan yang tidak menyenangkan. Sedangkan law of exercise atau law of use and diuse
menyatakan bahwa hubungan antara S dan R dapat juga ditimbulkan atau didorong melalui latihan yang
berulang kali, atau hubungan antara S dan R dapat melemah jika tidak dilatih atau dilakukan berulangkali.
Jika hal tersebut terjadi maka kegunaan R terhadap S tidak dapat dirasakan kegunaannya.

b. Pendekatan Psikoanalitis
Dalam pendekatan ini, dikemukakan bahwa perilaku manusia dikuasai oleh kepribadiannya. Pelopor
pendekatan psikoanalitis adalah Sigmund Freud. Sumbangan Freud dalam bidang psikologi sangat besar,
termasuk konsep tentang tingkat ketidaksadaran dari kegiatan mental. Menurutnya hampir semua
kegiatan mental tidak dapat diketahui dan didekati dengan mudah, namun kegiatan tertentu dapat
mempengaruhi perilaku manusia. Susunan kepribadian seseorang dapat dijelaskan dengan kerangka
ketidaksadaran. Kepribadian merupakan sistem yang dinamis yang memberikan dasar bagi semua
perilaku, didalamnya terdapat tiga subsistem yang saling berhubungan dan seringkali berlawanan
(konflik) yaitu: Id, Ego, dan Superego.
- Konsep Id
Id dilukiskan sebagai harapan atau keinginan yang kuat yang berasal dari insting psikologi manusia
sejak lahir yang memerlukan pemuasan dengan segera tanpa dibatasi alasan etika, moral ataupun
logika. Id merupakan suatu upaya untuk mendapatkan kesenangan, pemuasan, dan penghargaan yang
diwujudkan lewat libido dan agresi. Libido mengarah pada keinginan seksual, makanan dan
kenyamanan, sedangkan agresi mendorong ke arah kerusakan, misalnya keinginan untuk berkuasa,
perang, berkelahi, dan lain-lain termasuk tindakan yang bersifat merusak.

- Konsep Ego
Jika Id digambarkan sebagai sumber ketidaksadaran manusia, maka ego merupakan sumber rasa
sadar, yang mewakili logika dan dihubungkan dengan prinsip-prinsip realitas. Ego merupakan
subsistem yang berfungsi ganda yaitu melayani dan sekaligus mengendalikan dua subsistem yang
lain ( Id dan Superego) dengan cara berinteraksi dengan lingkungan luar. Namun seringkali terjadi
konflik antara ego dengan id, sehingga diperlukan bantuan superego.

- Konsep Superego
Superego merupakan kekuatan moral kepribadian yang merupakan sumber norma atau standar tidak
sadar yang menilai semua aktivitas ego dan mampu menetapkan suatu norma yang memungkinkan
ego memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah. Superego dapat berkembang dari saling
interaksi antara ego dan masyarakat. Kesadaran dalam superego dapat dikembangkan lewat
penyerapan nilai-nilai cultural dan moral dalam masyarakat. Orang tua merupakan faktor penting
dalam pengembangan superego bagi anak-anak, setelah mereka mampu melewati Oedipus complex
sehingga mereka dapat mengidentifikasi sesuatu dengan moral dan nilai dari orang tuanya. Superego
dapat membantu seseorang melawan impuls id, walaupun kadang-kadang superego berlawanan dan
menimbulkan konflik dengan ego.

Anda mungkin juga menyukai