Anda di halaman 1dari 15

Oleh :

Nendry Yustika Nandalike, S.Ked

Pembimbing :
dr. Bambang Kurniawan, Sp.OG

DEPARTMENT OBSTETRIC DAN GINECOLOGY


RS. PERTAMINA BINTANG AMN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2019
 Perdarahan kebidanan adalah masalah
yang mengancam jiwa dan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas ibu, dan
sebuah insiden yang baru-baru ini
meningkat di negara-negara maju.

 Transfusi darah adalah salah satu


metode yang paling penting untuk
manajemen kondisi ini, terutama
pada pasien dengan status kritis.
 Baik persalinan pervaginam dan prosedur
bedah sesar sering disertai perdarahan
dengan jumlah yang relatif lebih besar, yang
dapat diatasi dengan penggantian volume.

 Sebuah metode yang akurat untuk


memprediksi wanita hamil yang memiliki
risiko tinggi untuk transfusi peripartum,
diperlukan untuk meningkatkan manajemen
kehamilan terkait komplikasi dan
mengoptimalkan alokasi sumber daya
institusi perawatan kesehatan.
 Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor risiko pra-
kehamilan dan kehamilan untuk
transfusi peripartum.
 Dengan Menggunakan informasi data
base KNHIP.

NHSE : program wawancara kesehatan dan


pemeriksaan fisik

NHSP-IC : Pemeriksaan fisik,antropometri


kesehatan, dan skrining perkembangan
 Untuk mengevaluasi faktor resiko
kehamilan untuk transfusi peripartum
menggunakan data klaim KNHI dengan
mengidentifikasi semua wanita nulipara
yang telah melahirkan antara1 januari
2010 dan 31 desember 2014 untuk
mengamati informasi transfusi di
periode peri partum.
 Dari 2.094.332 pengiriman yang dicatat
dalam data base.

 Sebanyak 1.980.126 wanita yang


memenuhi kriteria inklusi, 36.868 wanita
ditransfusikan seminggu sebelum
melahirkan sampai 1 bulan setelah
kelahiran dan 1.943.258 wanita tidak
ditransfusi.
 Dalam penelitian ini, mengevaluasi
faktor risiko transfusi peripartum pada
wanita hamil dan ditemukan usia ibu,
kehamilan ganda, jenis kelamin janin,
operasi caesar, kelahiran prematur, dan
preeklamsia dikaitkan dengan
peningkatan risiko transfusi
peripartum, temuan yang konsisten
dengan hasil dari studi sebelumnya.
 Berat neonatal, BBLR, dan LGA juga
dikaitkan dengan peripartum transfusi.
Selain itu, faktor pra-kehamilan, yang
melibatkan lingkar pinggang, kadar
hemoglobin rendah, glukosa puasa, dan
kebiasaan merokok saat ini memiliki
hubungan dengan peripartum transfusi.

 Wanita dengan kelainan plasenta, seperti


solusio dan previa, memiliki peningkatan
risiko transfusi postpartum.
 Studi ini menawarkan manfaat bagi dokter untuk
memprediksi dan skrining wanita dengan risiko
lebih tinggi untuk mendapatkan transfusi
peripartum, terutama karena berfokus tidak
hanya pada intrapartum tetapi juga faktor risiko
pra-kehamilan.

 Meskipun banyak variabel yang diidentifikasi


tidak dapat dicegah, wanita hamil dengan faktor-
faktor risiko ini dapat dikelola terlebih dahulu
serta dimonitor.
 Mengingat keterbatasan kemampuan untuk
menyaring PPH, dokter harus fokus
mengembangkan dan menegakkan strategi untuk
memprediksi yang tinggi risiko transfusi
peripartum.

 Wanita yang ada di risiko yang lebih tinggi untuk


transfusi peripartum harus diidentifikasi, dan risiko
transfusi itu sendiri harus dijelaskan.

 Selanjutnya, jika rumah sakit tidak memiliki


persedianan pasokan transfusi darah yang cepat,
perlu dikonsultasikan dengan pasien tentang
pemindahan ke RS dengan tipe yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai