PENDAHULUAN
28
oleh karena etiologi dan patogenesis yang pasti dari preeklampsia masih belum
jelas, hingga preeklampsia disebut sebagai the disease of theories.
28
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Kebidanan secara
komprehensif pada Ibu Hamil Ny. “Y” dengan Preeklampsia Berat
dan Faktor Risiko (Usia dan Paritas) di Ruang Bersalin Rumah Sakit
Umum Daerah M. Zein Painan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu:
1. Melakukan pengkajian secara lengkap pada ibu hamil “Ny. Y”
dengan Preeklampsia Berat dan Faktor Risiko (Usia dan Paritas)
di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein Painan
Tahun 2017.
2. Menginterpretasikan data asuhan kebidanan serta merumuskan
diagnosa kebidanan, masalah, dan kebutuhan pada ibu hamil “Ny.
Y” dengan Preeklampsia Berat dan Faktor Risiko (Usia dan
Paritas) di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein
Painan Tahun 2017.
3. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada ibu hamil
“Ny. Y” dengan Preeklampsia Berat dan Faktor Risiko (Usia dan
Paritas) di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein
Painan Tahun 2017.
4. Menetapkan tindakan segera pada ibu hamil “Ny. Y” dengan
Preeklampsia dan Faktor Risiko (Usia dan Paritas) di Ruang
Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein Painan Tahun 2017.
5. Menyusun rencana asuhan kebidanan secara pada ibu hamil “Ny.
Y” dengan Preeklampsia Berat dan Faktor Risiko (Usia dan
Paritas) di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein
Painan Tahun 2017.
6. Melakukan perencanaan secara efisien dan aman pada ibu hamil
“Ny. Y” dengan Faktor Risiko (Usia dan Paritas) di Rumah Sakit
Umum Daerah M. Zein Painan Tahun 2017.
28
7. Mengevaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil
“Ny. Y” dengan Preeklampsia Berat dan Faktor Risiko (Usia dan
Paritas) di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein
Painan Tahun 2017.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi pihak Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein Painan.
Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi bidan di
ruang bersalin Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein Painan. untuk
lebih meningkatkan asuhan kepada ibu hamil dengan Preeklampsia
Berat dan faktor risiko (Umur dan Paritas).
1.3.2 Bagi Penulis
Penulis dapat mengaplikasikan ilmu Asuhan Kebidanan Kehamilan
yang didapatkan di kelas ke lahan praktik, serta dapat menambah
wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan Preeklampsia Berat
dan faktor risiko (umur dan paritas).
28
Jadi data diambil langsung dari responden melalui suatu pertemuan
dan percakapan. Wawancara dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode wawancara auto anamnesis yaitu anamnesis yang digunakan
kepada pasien langsung. Jadi data yang diperoleh adalah data primer,
karena langsung dari sumbernya.
2) Pengkajian Fisik
Penulis melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada klien
mulai dari kepala sampai kaki dengan teknik inspeksi, perkusi, palpasi,
dan auskultasi.
3) Pemeriksaan Penunjang
Menurut Prawirohardjo untuk menegakkan diagnosa Preeklampsia
berat harus dilakukan pemeriksaan penunjang, yaitu pemeriksaan
protein urin. Di Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein Painan
pemeriksaan protein urinnya dilakukan di laboratorium.
b. Data Sekunder
1) Studi Pustaka
Penulis mencari, mengumpulkan, dan mempelajari referensi yang
relevan berdasarkan kasus yang dibahas yakni asuhan ibu hamil
dengan Preeklampsia berat dan Faktor risiko (umur dan paritas) dari
beberapa buku dan informasi dari internet.
2) Studi Dokumentasi
Studi dilakukan dengan mempelajari status klien yang bersumber dari
data catatan dokter, bidan, maupun sumber lain yang menunjang
seperti hasil pemeriksaan dan diagnosa sementara.
28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PREEKLAMSIA BERAT
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin
dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak
menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih
( Rustam Muctar, 1998 ).
28
Pre-eklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan
berat bila satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg
atau lebih.
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kualitatif.
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium.
5. Edema paru dan sianosis.
(Ilmu Kebidanan : 2005)
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak
teori – teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada
memberikan jawaban yang memuaskan. Tetapi terdapat suatu kelainan yang
menyertai penyakit ini yaitu :
a. Spasmus arteriola
b. Retensi Na dan air
c. Koagulasi intravaskuler
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah
iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal
yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan
banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-
faktor yang ditemukan sering kali sukar ditemukan mana yang sebab mana yang
akibat (Ilmu Kebidanan : 2005).
28
2.3 Gejala Dan Tanda Preeklamsia Berat
Penyulit lain juga bias terjadi,yaitu kerusakan organ-organ tubuh seperti gagal
jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan pembekuan darah,sindroma
HELLP, bahkan dapat terjadi kematian janin,ibu, atau preeklamsi tak segera
diatasi dengan segera diatasi.
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus.
Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi
tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan
berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan
dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air
dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis
pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme
dan iskemia (Cunniangham,2003).
28
Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon
terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan) yang
dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan
perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit
kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis
hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati.
Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskuler,
meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh perifer.
Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trobositopeni.
Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat
bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005). Perubahan pada organ :
1. Perubahan kardiovaskuler
28
3. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain
itu dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain
yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia
adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adaanya
perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau
didalam retina (Rustam,1998).
4. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia
pada korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan
(Trijatmo,2005).
5. Uterus
6. Paru-Paru
28
1. Perawatan aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita
dilakukan pemeriksaan fetal assesment (NST dan USG). Indikasi :
a) Ibu
1) Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
2) Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia,
kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan
meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam
perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada
perbaikan)
b) Janin
1) Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG)
2) Adanya tanda IUGR (janin terhambat)
3) Laboratorium
4) Adanya “HELLP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan
fungsi hepar, trombositopenia)
2. Pengobatan mediastinal
Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah :
a) Segera masuk rumah sakit.
b) Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap
30 menit, refleks patella setiap jam.
c) Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL
(60-125 cc/jam) 500 cc.
d) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
e) Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4).
1) Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4) IV (20% dalam 20 cc) selama 1
gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5
menit). Diikuti segera 4 gram di pantat kiri dan 4 gr di pantat
kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm.
Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan xylocain 2% yang
tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.
28
2) Dosis ulang : diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian
dosis awal lalu dosis ulang diberikan 4 gram IM setiap 6 jam
dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
3) Syarat-syarat pemberian MgSO4
1. Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1
gr (10% dalam 10 cc) diberikan IV dalam 3 menit.
2. Refleks patella positif kuat.
3. Frekuensi pernapasan lebih 16 x/menit.
4. Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5
cc/KgBB/jam) 4. MgSO4 dihentikan bila :
5. Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, refleks
fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP,
kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian
karena kelumpuhan otot pernapasan karena ada serum 10 U
magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks
fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-
15 mEq/liter dapat terjadi kelumpuhan otot pernapasan dan
> 15 mEq/liter terjadi kematian jantung.
4) Bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4 :
1. Hentikan pemberian MgSO4
2. Berikan calcium gluconase 10% 1 gr (10% dalam 10 cc)
secara IV dalam waktu 3 menit
3. Berikan oksigen
4. Lakukan pernapasan buatan
5. MgSO4 dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan
sedah terjadi perbaikan (normotensi).
5) Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema
paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan
furosemid injeksi 40 mg IM.
6) Anti hipertensi diberikan bila :
1. Desakan darah sistolik > 180 mmHg, diastolik > 110 mmHg
atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah
28
tekanan diastolik <105 mmHg (bukan < 90 mmHg) karena
akan menurunkan perfusi plasenta.
2. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada
umumnya.
3. Bila diperlukan penurunan tekanan darah secepatnya dapat
diberikan obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan
kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang dapat dipakai 5
ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan
dengan tekanan darah.
4. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan
tablet antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam,
maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian
sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral
(syakib bakri,1997)
b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medisinal.
1. Indikasi : bila kehamilan paterm kurang 37 minggu tanpa disertai
tanda-tanda inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
2. Pengobatan medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada
pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan IV,
cukup intramuskular saja dimana gram pada pantat kiri dan 4 gram
pada pantat kanan.
3. Pengobatan obstetri :
a) Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
b) MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda
preeklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
c) Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan
medisinal gagal dan harus diterminasi.
d) Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih
dulu MgSO4 20% 2 gr IV.
28
4. Penderita dipulangkan bila :
a) Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda preeklampsia
ringan dan telah dirawat selama 3 hari.
b) Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklamsia ringan :
penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai preeklampsia
ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).
1. Riwayat Preeklampsia
2. Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibody
penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga
meningkatkan resiko terjadinya Preeklampsia
3. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali
berturut-turut (2 minggu)
4. Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang
mempunyai bayi kembar atau lebih.
5. Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensu kronik,
diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerate seperti reumatik arthritis
atau lupus.
2.7 Komplikasi
28
2) Komplikasi pada janin
a. Pertumbuhan janin terhambat
b. Prematuritas
c. Kematian janin
d. Solusio plasenta
28
BAB III
3. Menganjurkan ibu
untuk melakukan diit,
ibu dapat
mengkonsumsi
makanan tinggi
protein dan rendah
karbohidrat.
E : Ibu telah
mengerti dan akan
melakukan diit
rendah karbohidrat.
5. Memberikan
pertolongan pertama
yaitu memasang
infuse dengan cairan
Dextrose 5% dengan
kecepatan 15-20 tetes
/ menit kemudian beri
MgSO4 2 gr.
6. Berkolaborasi dengan
dokter obgyn.
7. Melakukan
dokumentasi di buku
KIA ibu, buku
register dan rekam
medik.
BAB IV
I. PENGKAJIAN DATA
A. Biodata
Istri Suami
Alamat Surantiah
B. Data Subjektif
a. Keluhan Utama :
Sakit pinggang menjalar ke ari-ari dan keluar air sejak jam 04.00 pagi.
b. Riwayat perkawinan :
kawin 1 kali, pertama kali kawin umur 20 tahun dengan suami sekarang
sudah 1 tahun.
c. Riwayat haid
a. Menarche umur : 13 tahun
b. Siklus : 30 hari
c. Teratur / tidak : teratur
d. Lamanya : 5-7 hari
e. Banyaknya : ± 3-4 kali ganti pembalut/hari
f. Dysmenorrhea : tidak
g. HPHT : 05 – 12 - 2016
h. Taksiran Partus : 12 – 09 – 2017
d. Riwayat Obstetri :
Persalinan Nifas
Hamil
Umur Jns BB
ke- Tanggal Penolong komplikasi JK Laktasi Komplikasi
khamiln prsalinan Lahir
Hamil
ini
- - - - - - - - - -
f. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis seperti
jantung, penyakit keturunan seperti asma, diabetes mellitus dan
penyakit menular seperti hepatitis, TBC, HIV/AIDS dan penyakit
lainnya serta tidak ada riwayat kembar.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dari pihak keluarga tidak pernah menderita penyakit
kronis seperti jantung, penyakit keturunan seperti asma, diabetes
mellitus dan penyakit menular seperti hepatitis, TBC, HIV/AIDS dan
penyakit lainnya serta tidak ada riwayat kembar.
Makanan Minuman
b. Eliminasi
1) BAB
a) Frekuensi : 1 kali sehari
b) Konsistensi : lembek
c) Warna : kuning kecokelatan
d) Masalah : Tidak ada
2) BAK
a) Frekuensi : 4-5 kali sehari
b) Warna : kuning keruh
c) Bau : khas urin
d) Masalah : Tidak ada
c. Personal hygiene
1) Frekuensi mandi : 2 kali sehari
2) Frekuensi gosok gigi : 2 kali sehari
3) Frekuensi ganti pakaian : sesuai kebutuhan
d. Aktivitas
Ibu mengatakan selama hamil masih dapat melakukan pekerjaan rumah
tangga seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah dan lain-lain.
e. Tidur dan istirahat
1) Siang hari : 1-2 jam
2) Malam hari : 7-8 jam
3) Masalah : Tidak ada
f. Pola seksual
Masalah : Tidak ada
C. Data Subjektive
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Berat badan
1) Sebelum hamil : 62 kg
2) Sekarang : 64 kg
d. Tinggi badan : 153 cm
e. LILA : 24 cm
f. Tanda Vital
1) Tekanan Darah : 170/90 mmHg
2) Respirasi : 20 kali/menit
3) Nadi : 82 kali/menit
4) Suhu : 36,5 oC
2. Pemeriksaan fisik
a. inspeksi
1) Kepala : mecocepal, kulit kepala bersih, tidak ada massa atau benjolan dan
tidak nyeri tekan.
2) Rambut : hitam pendek, tidak rontok
3) Muka : bulat, wajah pucat, terdapat cloasama gravidarum, tidak ada bekas
luka dan terdapat oedema.
4) Mata : simetris, sklera tidak ikterik , konjungtiva tidak anemis maupun
tanda-tanda infeksi
5) Hidung : mancung, ada secret, tidak ada polip maupun tanda-tanda infeksi.
6) Mulut : bibir lembab, gigi bersih, gusi merah muda, tidak caries, lidah
bersih, tidak ada stomatitis dan tidak ada pembesaran tonsil.
7) Telinga : simetris, tidak ada serumen dan tidak ada gangguan pendengaran.
8) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan jugularis
tidak ada nyeri tekan maupun nyeri telan
9) Dada : tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada wheezing dan bunyi
jantung normal.
10) Payudara : simetris, puting susu menonjol, hiperpigmentasi areola, tidak
ada massa/benjolan dan tidak nyeri tekan.
11) Abdomen : sudah ada pembesaran, ada striae alba dan linea nigra, tidak ada
bekas luka atau operasi.
b. Palpasi Leopold
1) Leopold I : TFU 3 jari dibawah px, pada TFU teraba bundar dan tidak
melenting kemungkinan bokong janin.
2) Leopold II : pada punggung kanan ibu teraba keras panjang memapan
kemungkinan punggung janin, pada punggung kiri ibu teraba tonjolan-
tonjolan kecil kemungkinan ekstremitas janin.
3) Leopold III : pada bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan
melenting, kemungkinan kepala janin. Kepala sudah sedikit masuk PAP.
4) Leopold IV : konvergen.
Mc. Donal : 25 cm
TBBJ : 2.170 gr
c. Auskultasi
DJJ : 136 – 140 x / menit.
Frekuensi / irama : teratur
Intensitas : sedang
d. perkusi
reflek patella kanan : (+)
reflek patella kiri : (+)
1. Data subjektif
a) Ibu mengatakan namanya Ny. Yolanda Sari
b) Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama dan belum pernah
keguguran
c) Ibu mengatakan umurnya 22 tahun
d) Ibu mengatkan HPHT-nya tgl : 05 – 12 – 2016
e) Ibu mengatakan sakit pinggang menjalar keari-ari dan keluar air
sejak jam 04.00 pagi.
2. Data objektif
a. Keadaan umum : sedang
b. Kesadaran : composmentis
c. Status emosional : stabil
d. Tanda vital sign :
Tekanan darah: 170/130 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36,5 0c
e. BB sebelum hamil : 62 kg
f. BB setelah hamil : 64 kg
g. UK : 38-39 minggu Tinggi badan : 153 cm
h. LILA : 24 cm
i. DJJ : 136-140 x/mnt
j. TFU : 3 jari di bawah px
k. Pemeriksaan fisik : kaki, tangan dan wajah ibu bengkak, wajah ibu
pucat.
l. Protein urine : +++
m. HB : 13,5 gr%
b. Masalah
Ibu khawatir akan kesehatannya apalagi keadaan bayinya.
1. Data subjektif
Ibu mengatkan ia sangat takut jika dirinya jatuh sakit apalagi sampai harus
dirawat di Rumah Sakit karena ia tidak mungkin membiarkan merepotkan
mertuanya untuk mengerjakan rumah karena ia sudah tua. Selain itu, ia
juga mengkwatirkan keadaan janinnya karena ini hamil pertama dan
sangat diharapkan.
2. Data objektif
Ibu terlihat cemas dan khawatir, lemah dan tidak bersemangat.
Pasang infuse dengan cairan Dextrose 5% dengan kecepatan 15-20 tetes / menit
kemudian beri MgSO4 2 gr dan menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan
yang bergizi, serta suplemen Ca dan Mg, lebih banyak beristirahat, jangan terlalu
banyak bekerja selanjutnya berkolaborasi dengan dokter obsgyn.
V. PERENCANAAN
1. Beri tahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
2. Berikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga
3. Berikan pertolongan segera
4. Dokumentasi
VI. PELAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaanya harus segera di
tangani secara intensif menggigat terdapat tanda dan gejala pre-eklamsia
berat sedangkan bayinya masih dalam keadaan normal. Ditandai dengan :
Tekanan darah : 170/130 mmHg
BB sebelum hamil : 62 kg
BB setelah hamil : 64 kg
DJJ : 136 - 140 x/mnt
Pemeriksaan fisik : kaki, tangan dan wajah ibu bengkak, wajah ibu
pucat.
Protein urine : +++
HB : 13,5 gr%
2. Memberikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga denagan cara
meyakinkan ibu dan keluarga bahwa perawatan medis yang ditanggani
oleh dokter ahli akan lebih baik karena peralatan dan sarana praserana
yang tersedia juga komlit dan memadai sehingga komplikasi yang
mungkin akan terjadi pada ibu dan janinnya dapat ditangani, selain itu
menyarankan keluarga untuk tetap tenang dan selalu mendukung ibu
dengan cara berdoa.
3. Menerapkan BAKSO KUDA dalam tindakan merujuk yaitu menyertakan
bidan untuk menemani ibu jika terjadi kegawatdaruratan, dipersiapkan
pula peralatan yang memadai untuk proses perujukan, mempersiapkan
kendaraan untuk perujukan serta surat rujukan beserta obat-obatan yang
mungkin akan diperlukan. Selain itu juga disertakan keluarga untuk
menemani ibu dan memberikan semangat pada ibu, tidak lupa uang atau
biaya serta doa yang tulus demi kesembuhan sang ibu dan tidak lupa juga
donor darah (persediaan darah).
4. Memberikan pertolongan pertama yaitu memasang infuse dengan cairan
Dextrose 5% dengan kecepatan 15-20 tetes / menit kemudian beri MgSO 4
2 gr.
5. Melakukan dokumentasi di buku KIA ibu, buku register dan rekam medik.
VII. EVALUASI
1. Ibu paham dengan keadaanya ditandai dengan mau menerima penjelasan
dari bidan.
2. Ibu dan keluarga bersedia dan mau menandatangani surat bukti rujukan
yang akan dilaksanakan.
3. Ibu terlihat masih khawatir dengan keadaanya meskipun sudah diberikan
dukungan mental.
4. Pertolongan pertama untuk ibu telah dilakukan.
5. Data telah ditulis di buku KIA, register dan rekam medaik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faktor pertama adalah genetik, jika ibu atau mertua kita memiliki riwayat
preeklampsia, kita juga berisiko mengalaminya pada satu kali atau lebih
kehamilan, yang kedua adalah adanya kelainan pembuluh darah. Penyempitan
pembuluh darah bisa mengakibatkan suplai darah ke organ-organ vital seperti
ginjal dan hati jadi berkurang.
3.2 Saran