Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

World Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan


meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran dan aborsi
yang tidak aman. Sekitar satu perempuan meninggal setiap satu menit (WHO,
2004). Mortalitas dan morbiditas pada ibu hamil dan bersalin masih menjadi
masalah di negara indonesia. Berdasarkan Survey Kesehatan dan Rumah Tangga
(SKRT) Tahun 2005, Angka KematianIbu (AKI) di Indonesia masih berada pada
angka 262/100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat satu orang ibu
bersalin yang meninggal dunia. Penyebab kematian ibu di Indonesia yang utama
adalah perdarahan, preeklampsia-eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi dan
infeksi. Kontribusi dari penyebab kematian ibu tersebut masing-masing adalah
perdarahan 45,2%, preeklampsia-eklampsia 12,9%, aborsi yang tidak aman
11,1%, serta sepsis 9,6%, persalinan lama 6,5%, anemia 1,6% dan penyebab
kematian tidak langsung 14,1%. Salah satu penyebab kematian tersebut adalah
Preeklampsia dan eklampsia yang bersama infeksi dan perdarahan, diperkirakan
mencakup 75-80% dari keseluruhan kematian maternal. Kejadian preeklampsia-
eklampsia dikatakan sebagai masalah kesehatan masyarakat apabila angka
kematian kasus preeklampsia-eklampsia mencapai 1,4%-1,8%. Preeklampsia
merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian ibu disamping perdarahan
pasca persalinan dan infeksi. Berdasarkan hasil audit medik maternal di Bali (per
100.000 kelahiran hidup), angka kematian ibu melahirkan pada tahun 2006
sebesar 80,44% dimana preeklampsia meraih posisi ketiga dengan persentase
4,35%. Preeklampsia merupakan penyebab dari 30-40% kematian bayi di
Indonesia. Preeklampsia hingga saat ini masih merupakan suatu penyulit pada ibu
dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas. Walaupun dewasa ini kemajuan
dibidang perawatan antenatal dan neonatal telah berkembang dengan pesat tetapi
preeklampsia masih merupakan penyebab tingginya angka morbiditas dan
mortalitas dari ibu dan janinnya. Hingga saat ini belum ada suatu cara yang ideal
untuk dapat memprediksi secara dini terjadinya preeklampsia. Hal ini disebabkan

28
oleh karena etiologi dan patogenesis yang pasti dari preeklampsia masih belum
jelas, hingga preeklampsia disebut sebagai the disease of theories.

Asuhan antenatal penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap


berjalan normal selama kehamilan. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari
seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan
dengan kehamilan serta dapat mengancam jiwanya. Tujuan utama dari asuhan
antenatal adalah untuk mempersiapkan ibu dan bayinya dalam keadaan sehat
dengan cara membangun hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi tanda
bahaya yang mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan
pendidikan kepada ibu (Pusdiknakes, 2002). Sindroma Preeklampsia ringan
dengan hipertensi, edema dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak
diperhatikan oleh ibu hamil yang bersangkutan sehingga tanpa disadari dalam
waktu singkat dapat timbul Preeklampsia berat bahkan eklampsia. Diagnosa dini
Preeklamsia yang merupakan tingkat pendahuluan Eklampsia serta
penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu
dan janin. Perawatan kehamilan secara teratur dan rutin sangat penting dalam
usaha mencegah Preeklampsia, dalam hal ini harus dilakukan penanganan
semestinya. Walaupun timbulnya Preeklampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya,
namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan dan
pengawasan yang baik pada ibu hamil. Peran bidan pada kasus ibu antenatal dan
intranatal dengan Preeklampsia meliputi sebagai pemberi asuhan kebidanan
langsung kepada klien yang mengalami preeklampsia, sebagai pendidik
memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai
peneliti yaitu dimana bidan berupaya meneliti asuhan kebidanan kepada ibu
antenatal dan intranatal dengan preeklampsia melalui metode ilmiah.

Berdasarkan hal-hal diatas kami penulis tertarik untuk mengangkat


masalah kebidanan utama yaitu asuhan kebidanan intranatal pada Ny.Y di Rumah
Sakit Umum Daerah M. Zein Painan.

28
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Kebidanan secara
komprehensif pada Ibu Hamil Ny. “Y” dengan Preeklampsia Berat
dan Faktor Risiko (Usia dan Paritas) di Ruang Bersalin Rumah Sakit
Umum Daerah M. Zein Painan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu:
1. Melakukan pengkajian secara lengkap pada ibu hamil “Ny. Y”
dengan Preeklampsia Berat dan Faktor Risiko (Usia dan Paritas)
di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein Painan
Tahun 2017.
2. Menginterpretasikan data asuhan kebidanan serta merumuskan
diagnosa kebidanan, masalah, dan kebutuhan pada ibu hamil “Ny.
Y” dengan Preeklampsia Berat dan Faktor Risiko (Usia dan
Paritas) di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein
Painan Tahun 2017.
3. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada ibu hamil
“Ny. Y” dengan Preeklampsia Berat dan Faktor Risiko (Usia dan
Paritas) di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein
Painan Tahun 2017.
4. Menetapkan tindakan segera pada ibu hamil “Ny. Y” dengan
Preeklampsia dan Faktor Risiko (Usia dan Paritas) di Ruang
Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein Painan Tahun 2017.
5. Menyusun rencana asuhan kebidanan secara pada ibu hamil “Ny.
Y” dengan Preeklampsia Berat dan Faktor Risiko (Usia dan
Paritas) di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein
Painan Tahun 2017.
6. Melakukan perencanaan secara efisien dan aman pada ibu hamil
“Ny. Y” dengan Faktor Risiko (Usia dan Paritas) di Rumah Sakit
Umum Daerah M. Zein Painan Tahun 2017.

28
7. Mengevaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil
“Ny. Y” dengan Preeklampsia Berat dan Faktor Risiko (Usia dan
Paritas) di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein
Painan Tahun 2017.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi pihak Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein Painan.
Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi bidan di
ruang bersalin Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein Painan. untuk
lebih meningkatkan asuhan kepada ibu hamil dengan Preeklampsia
Berat dan faktor risiko (Umur dan Paritas).
1.3.2 Bagi Penulis
Penulis dapat mengaplikasikan ilmu Asuhan Kebidanan Kehamilan
yang didapatkan di kelas ke lahan praktik, serta dapat menambah
wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan Preeklampsia Berat
dan faktor risiko (umur dan paritas).

1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Dalam membuat Laporan Seminar ini, penulis mengambil kasus di ruang
bersalin Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein Painan Tahun 2017. Sedangkan
waktu pelaksanaan pengambilan kasus ini dilaksanakan pada tanggal 5
september2017.

1.5 Metode Pelaksanaan


a. Data primer
1) Wawancara
Salah satu metode yang digunakan penulis untuk mendapatkan data
adalah dengan wawancara dimana penulis mendapatkan keterangan
atau informasi secara lisan dari pasien yang menjadi sasaran penelitian
yang telah memenuhi kriteria (responden), serta berinteraksi langsung
terhadap responden (Notoatmodjo,2010).

28
Jadi data diambil langsung dari responden melalui suatu pertemuan
dan percakapan. Wawancara dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode wawancara auto anamnesis yaitu anamnesis yang digunakan
kepada pasien langsung. Jadi data yang diperoleh adalah data primer,
karena langsung dari sumbernya.
2) Pengkajian Fisik
Penulis melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada klien
mulai dari kepala sampai kaki dengan teknik inspeksi, perkusi, palpasi,
dan auskultasi.
3) Pemeriksaan Penunjang
Menurut Prawirohardjo untuk menegakkan diagnosa Preeklampsia
berat harus dilakukan pemeriksaan penunjang, yaitu pemeriksaan
protein urin. Di Rumah Sakit Umum Daerah M. Zein Painan
pemeriksaan protein urinnya dilakukan di laboratorium.
b. Data Sekunder
1) Studi Pustaka
Penulis mencari, mengumpulkan, dan mempelajari referensi yang
relevan berdasarkan kasus yang dibahas yakni asuhan ibu hamil
dengan Preeklampsia berat dan Faktor risiko (umur dan paritas) dari
beberapa buku dan informasi dari internet.
2) Studi Dokumentasi
Studi dilakukan dengan mempelajari status klien yang bersumber dari
data catatan dokter, bidan, maupun sumber lain yang menunjang
seperti hasil pemeriksaan dan diagnosa sementara.

28
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PREEKLAMSIA BERAT

2.1 Pengertian Preeklamsia Berat

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema


akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul
akibat kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3).

Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin
dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak
menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih
( Rustam Muctar, 1998 ).

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan


proteinuria yang timbul karena kehamilan (Ilmu Kebidanan : 2005).

Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan


timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau
disertai udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan Patologi Kebidanan
: 2009).

Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang di tandai dengan


timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih di sertai proteiuria dan/atau edema
pada kehamilan 20 minggu atau lebih.(Asuhan Kebidanan IV:2010)

28
Pre-eklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan
berat bila satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :

1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg
atau lebih.
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kualitatif.
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium.
5. Edema paru dan sianosis.
(Ilmu Kebidanan : 2005)

2.2 Etiologi Preeklamsia Berat

Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak
teori – teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada
memberikan jawaban yang memuaskan. Tetapi terdapat suatu kelainan yang
menyertai penyakit ini yaitu :

a. Spasmus arteriola
b. Retensi Na dan air
c. Koagulasi intravaskuler

Walaupun vasospasme mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini,


akan tetapi vasospasme ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai
eklampsia (Obstetri Patologi : 1984)

Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah
iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal
yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan
banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-
faktor yang ditemukan sering kali sukar ditemukan mana yang sebab mana yang
akibat (Ilmu Kebidanan : 2005).

28
2.3 Gejala Dan Tanda Preeklamsia Berat

Gejala dan tanda preeklamsi berat : tekanan darah sistolik>160mmHg;


peningkatan kadar enzim hati atau /ikterus; trombosit<100.000mm3; oliguria<400
ml/24jam;proteinuria>3gr/liter; nyeri epigastrium; skotoma dan gangguan visus
lain atau nyeri frontal yang berat; pendarahan berat; pendarahan retina; odem
pulmonum.

Penyulit lain juga bias terjadi,yaitu kerusakan organ-organ tubuh seperti gagal
jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan pembekuan darah,sindroma
HELLP, bahkan dapat terjadi kematian janin,ibu, atau preeklamsi tak segera
diatasi dengan segera diatasi.

Di tinjau dari umur selama kehamilan dan perkembangan gejala-gejala


preeklamsia berat selama perawatan di bagi menjadi : (1)perawatan aktif yaitu
kehamilan segera di akhiri atau di terminasi ditambah pengobatan medicinal;
(2)perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap di pertahankan di tambah
pengobatan medicinal.

2.4 Patofisiologis Preeklamsia Berat

Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus.
Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi
tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan
berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan
dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air
dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).

Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis
pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme
dan iskemia (Cunniangham,2003).

28
Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon
terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan) yang
dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan
perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit
kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis
hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati.
Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskuler,
meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh perifer.
Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trobositopeni.
Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat
bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005). Perubahan pada organ :

1. Perubahan kardiovaskuler

Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada


preeklamsia dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan
dengan peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang
secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia
kehamilan atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik /
kristaloid intravena, dan aktifasi endotel disertai ekstravasasi kedalam
ekstravaskuler terutama paru (Cunningham,2003).

2. Metablisme air dan elektrolit.

Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak


diketahui penyebabnya . jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada
penderita preeklamsia dan eklampsia dari pada wanita hamil biasa atau penderita
dengan hipertensi kronik. Penderita preeklamsia tidak dapat mengeluarkan dengan
sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi
glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah.
Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada
preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya
dalam batas normal (Trijatmo,2005).

28
3. Mata

Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain
itu dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain
yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia
adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adaanya
perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau
didalam retina (Rustam,1998).

4. Otak

Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia
pada korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan
(Trijatmo,2005).

5. Uterus

Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada


plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan
oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi
peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjad
partus prematur.

6. Paru-Paru

Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh


edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi
pnemonia atau abses paru (Rustam, 1998).

2.5 Penatalaksanaan Preeklamsia Berat

Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala


preeklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :

a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah


pengobatan medisinal.

28
1. Perawatan aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita
dilakukan pemeriksaan fetal assesment (NST dan USG). Indikasi :
a) Ibu
1) Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
2) Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia,
kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan
meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam
perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada
perbaikan)
b) Janin
1) Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG)
2) Adanya tanda IUGR (janin terhambat)
3) Laboratorium
4) Adanya “HELLP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan
fungsi hepar, trombositopenia)
2. Pengobatan mediastinal
Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah :
a) Segera masuk rumah sakit.
b) Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap
30 menit, refleks patella setiap jam.
c) Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL
(60-125 cc/jam) 500 cc.
d) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
e) Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4).
1) Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4) IV (20% dalam 20 cc) selama 1
gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5
menit). Diikuti segera 4 gram di pantat kiri dan 4 gr di pantat
kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm.
Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan xylocain 2% yang
tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.

28
2) Dosis ulang : diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian
dosis awal lalu dosis ulang diberikan 4 gram IM setiap 6 jam
dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
3) Syarat-syarat pemberian MgSO4
1. Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1
gr (10% dalam 10 cc) diberikan IV dalam 3 menit.
2. Refleks patella positif kuat.
3. Frekuensi pernapasan lebih 16 x/menit.
4. Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5
cc/KgBB/jam) 4. MgSO4 dihentikan bila :
5. Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, refleks
fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP,
kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian
karena kelumpuhan otot pernapasan karena ada serum 10 U
magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks
fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-
15 mEq/liter dapat terjadi kelumpuhan otot pernapasan dan
> 15 mEq/liter terjadi kematian jantung.
4) Bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4 :
1. Hentikan pemberian MgSO4
2. Berikan calcium gluconase 10% 1 gr (10% dalam 10 cc)
secara IV dalam waktu 3 menit
3. Berikan oksigen
4. Lakukan pernapasan buatan
5. MgSO4 dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan
sedah terjadi perbaikan (normotensi).
5) Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema
paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan
furosemid injeksi 40 mg IM.
6) Anti hipertensi diberikan bila :
1. Desakan darah sistolik > 180 mmHg, diastolik > 110 mmHg
atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah

28
tekanan diastolik <105 mmHg (bukan < 90 mmHg) karena
akan menurunkan perfusi plasenta.
2. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada
umumnya.
3. Bila diperlukan penurunan tekanan darah secepatnya dapat
diberikan obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan
kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang dapat dipakai 5
ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan
dengan tekanan darah.
4. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan
tablet antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam,
maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian
sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral
(syakib bakri,1997)
b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medisinal.
1. Indikasi : bila kehamilan paterm kurang 37 minggu tanpa disertai
tanda-tanda inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
2. Pengobatan medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada
pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan IV,
cukup intramuskular saja dimana gram pada pantat kiri dan 4 gram
pada pantat kanan.
3. Pengobatan obstetri :
a) Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
b) MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda
preeklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
c) Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan
medisinal gagal dan harus diterminasi.
d) Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih
dulu MgSO4 20% 2 gr IV.

28
4. Penderita dipulangkan bila :
a) Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda preeklampsia
ringan dan telah dirawat selama 3 hari.
b) Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklamsia ringan :
penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai preeklampsia
ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).

2.6 Faktor Resiko

Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo (2005), faktor resiko


pre- eklamsia berat adalah :

1. Riwayat Preeklampsia
2. Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibody
penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga
meningkatkan resiko terjadinya Preeklampsia
3. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali
berturut-turut (2 minggu)
4. Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang
mempunyai bayi kembar atau lebih.
5. Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensu kronik,
diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerate seperti reumatik arthritis
atau lupus.

2.7 Komplikasi

1) Komplikasi pada ibu


a. Atonia uteri
b. Sindrom hellp(hemolysis,elevated liver enzymes,low platelet count)
c. Ablasi retina
d. Gagal jantung
e. Syok dan kematian

28
2) Komplikasi pada janin
a. Pertumbuhan janin terhambat
b. Prematuritas
c. Kematian janin
d. Solusio plasenta

2.8 Pencegahan Preeklamsia Berat

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-


tanda dini preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan
semestinya. Kita perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan
adanya faktor-faktor predisposisi seperti yang telah diuraikan di atas. Walaupun
timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya
dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan
pengawasannya yang baik pada wanita hamil. Penerangan tentang manfaat
istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti
berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan
dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah
lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan
perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat
penderita tanpa memberikan diuretika dan obat antihipertensif, memang
merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik.

28
BAB III

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PATOLOGIS

Ny. Y G1P0A0H0 USIA KEHAMILAN 38-39 MINGGU UMUR 22 TAHUN

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH M. ZEIN PAINAN, PESISIR SELATAN.

S = SUBJEKTIVE O = OBJEKTIVE A = ANALISIS P = PLANNING


Hari/tanggal : jum’at/ 08-08-17  KU : baik Ny.Y G1P0A0H0 hamil 38-39 1. Memberitahu ibu dan
 Kesadaran : composmentis minggu, umur 22 tahun, janin keluarga hasil
Pukul : 09.00
 Status emosional : stabil hidup, tunggal, intra uterin, let- pemeriksaan yaitu
1 Ibu mengatakan HPHT 05-  Tanda Vital kep, puka dengan pre-eklamsia TD: 170/130 mmHg,
12-2016 berat. N: 82 x/menit, R:24
TD : 170/130 mmHg
2 Ibu mengatakan ini x/menit, S: 36,5oc,
Nadi : 82 x/menit
kehamilan pertama BB: 64 kg, LILA:24
Suhu : 36,50C
3 Ibu mengatakan sakit cm, protein urin +3.
Pernapasan : 24 x/menit
pinggang menjalar ke ari- E :  Ibu sudah
BB : 64 kg
ari mengetahui tentang
TB : 153 cm
4 Keluar air sejak jam 04.00 keadaannya.
LiLA : 24 cm
pagi
 Inspeksi
Dalam batas normal 2. Memberi kie pada ibu
 Palpasi tentang keluhan  yang
Payudara : simetris, areola dirasakan yaitu ibu
hiperpigmentasi, papila merasa pusing ibu
menonjol, kolostrum ada. dapat mengatasinya
Abdomen : dengan bangun secara
L1 : TFU 3 jari dibawah px, perlahan dari posisi
kemungkinan bokong istirahat, ambil posisi
L2 : puka miring kiri saat
L3: let-kep berbaring. Ibu juga
L4 : konvergen merasa sakit nyeri
Mc. Donald : 25 cm bagian atas ibu dapat
TBBJ : 2170 gram mengatasinya dengan
DJJ : (+) / 136-140 x / menit tidak makan makanan
 Pemeriksaan penunjang : yang kecut, pedas.
Hb : 13,5 gr E : Ibu sudah paham
Protein urine : +++ dan dapat
Hema : 41% menjelaskan kembali
tentang cara
Trombo : 266.000/mm3 mengatasi keluhan
yang dirasakan ibu.

3. Menganjurkan ibu
untuk melakukan diit,
ibu dapat
mengkonsumsi
makanan tinggi
protein dan rendah
karbohidrat.
E : Ibu telah
mengerti dan akan
melakukan diit
rendah karbohidrat.

4. Memberi kie pada ibu


tentang pola aktifitas
dan istirahat yaitu ibu
dapat mengurangi
aktifitas yang
memberatkan dan ibu
dapat memperbanyak
istirahat, supaya
ketidaknyamanan
yang ibu rasakan bisa
sedikit teratasi.
E : Ibu sudah
mengerti dan dapat
menjelaskan kembali
tentang pola aktifitas
dan istirahat.

5. Memberikan
pertolongan pertama
yaitu memasang
infuse dengan cairan
Dextrose 5% dengan
kecepatan 15-20 tetes
/ menit kemudian beri
MgSO4 2 gr.

6. Berkolaborasi dengan
dokter obgyn.

7. Melakukan
dokumentasi di buku
KIA ibu, buku
register dan rekam
medik.
BAB IV

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY. Y G1P0A0H0

USIA KEHAMILAN 38-39 MINGGU DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT

DI RSUD dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN

Hari/Tanggal : Selasa, 05 September 2017

Pukul : 08.10 WIB

I. PENGKAJIAN DATA
A. Biodata

Istri Suami

Nama Ny. Y Tn. R

Umur 22 tahun 23 tahun

Agama Islam Islam

Suku/Bangsa Minang / Indonesia Minang / Indonesia

Pendidikan SMA SMA

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga wiraswasta

Alamat Surantiah

B. Data Subjektif
a. Keluhan Utama :
Sakit pinggang menjalar ke ari-ari dan keluar air sejak jam 04.00 pagi.

b. Riwayat perkawinan :
kawin 1 kali, pertama kali kawin umur 20 tahun dengan suami sekarang
sudah 1 tahun.
c. Riwayat haid
a. Menarche umur : 13 tahun
b. Siklus : 30 hari
c. Teratur / tidak : teratur
d. Lamanya : 5-7 hari
e. Banyaknya : ± 3-4 kali ganti pembalut/hari
f. Dysmenorrhea : tidak
g. HPHT : 05 – 12 - 2016
h. Taksiran Partus : 12 – 09 – 2017

d. Riwayat Obstetri :

Persalinan Nifas
Hamil
Umur Jns BB
ke- Tanggal Penolong komplikasi JK Laktasi Komplikasi
khamiln prsalinan Lahir

Hamil
ini

e. Riwayat kontrasepsi yang digunakan

Jenis Pasang Lepas


No
Kontraseps Tg Ole Tempa Keluha Tgl Ole Tempa Alasa
.
i l h t n . h t n

- - - - - - - - - -

f. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis seperti
jantung, penyakit keturunan seperti asma, diabetes mellitus dan
penyakit menular seperti hepatitis, TBC, HIV/AIDS dan penyakit
lainnya serta tidak ada riwayat kembar.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dari pihak keluarga tidak pernah menderita penyakit
kronis seperti jantung, penyakit keturunan seperti asma, diabetes
mellitus dan penyakit menular seperti hepatitis, TBC, HIV/AIDS dan
penyakit lainnya serta tidak ada riwayat kembar.

g. Riwayat Kehamilan Sekarang


a. Selama hamil ibu periksa di : BPM
b. Mulai periksa sejak kehamilan : 11 minggu
c. Frekuensi periksa
1) Trimester I : 2 kali
2) Trimester II : 3 kali
3) Trimester III : 2 kali
d. Imunisasi TT : Lengkap
e. Keluhan selama hamil

No Keluhan Umur Tindakan Dan Oleh Ket.


Kehamila Terapi
n

1. Mual 11 minggu KIE, makan sedikit Bidan Masalah


tapi sering, hindari teratasi
makanan yang
berbau menyengat,
B6, Kalk, Asam
folat, Fe.

h. Pola Kebutuhan Sehari-hari


a. Nutrisi

Makanan Minuman

Jenis Nasi, Lauk-pauk, sayur Air putih, teh


2 kali sehari

Frekuensi 1 piring 7-8 kali sehari

Porsi Tidak ada 1 gelas

Masalah Tidak ada

b. Eliminasi
1) BAB
a) Frekuensi : 1 kali sehari
b) Konsistensi : lembek
c) Warna : kuning kecokelatan
d) Masalah : Tidak ada

2) BAK
a) Frekuensi : 4-5 kali sehari
b) Warna : kuning keruh
c) Bau : khas urin
d) Masalah : Tidak ada

c. Personal hygiene
1) Frekuensi mandi : 2 kali sehari
2) Frekuensi gosok gigi : 2 kali sehari
3) Frekuensi ganti pakaian : sesuai kebutuhan

d. Aktivitas
Ibu mengatakan selama hamil masih dapat melakukan pekerjaan rumah
tangga seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah dan lain-lain.
e. Tidur dan istirahat
1) Siang hari : 1-2 jam
2) Malam hari : 7-8 jam
3) Masalah : Tidak ada

f. Pola seksual
Masalah : Tidak ada

i. Data psikososial dan Spiritual


a. Tanggapan ibu terhadap keadaan kehamilannya : cemas
b. Tanggapan keluarga terhadap kehamilannya : Senang
c. Ketaatan ibu dalam beribadah : Shalat 5 waktu
d. Pemecahan masalah dari ibu : Suami
e. Pengetahuan ibu terhadap kehamilannya : Orang tua dan Bidan
f. Budaya yang dipercayai selama kehamilan : tidak ada
g. Lingkungan yang berpengaruh
1) Ibu tinggal bersama : Suami
2) Hewan peliharaan : Tidak ada
h. Hubungan sosial ibu dengan keluarga : Baik
i. Jumlah penghasilan : Mencukupi
j. Penentu pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
k. Yang menanggung biaya ANC dan persalinan : Suami

C. Data Subjektive
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Berat badan
1) Sebelum hamil : 62 kg
2) Sekarang : 64 kg
d. Tinggi badan : 153 cm
e. LILA : 24 cm
f. Tanda Vital
1) Tekanan Darah : 170/90 mmHg
2) Respirasi : 20 kali/menit
3) Nadi : 82 kali/menit
4) Suhu : 36,5 oC

2. Pemeriksaan fisik
a. inspeksi
1) Kepala : mecocepal, kulit kepala bersih, tidak ada massa atau benjolan dan
tidak nyeri tekan.
2) Rambut : hitam pendek, tidak rontok
3) Muka : bulat, wajah pucat, terdapat cloasama gravidarum, tidak ada bekas
luka dan terdapat oedema.
4) Mata : simetris, sklera tidak ikterik , konjungtiva tidak anemis maupun
tanda-tanda infeksi
5) Hidung : mancung, ada secret, tidak ada polip maupun tanda-tanda infeksi.
6) Mulut : bibir lembab, gigi bersih, gusi merah muda, tidak caries, lidah
bersih, tidak ada stomatitis dan tidak ada pembesaran tonsil.
7) Telinga : simetris, tidak ada serumen dan tidak ada gangguan pendengaran.
8) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan jugularis
tidak ada nyeri tekan maupun nyeri telan
9) Dada : tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada wheezing dan bunyi
jantung normal.
10) Payudara : simetris, puting susu menonjol, hiperpigmentasi areola, tidak
ada massa/benjolan dan tidak nyeri tekan.
11) Abdomen : sudah ada pembesaran, ada striae alba dan linea nigra, tidak ada
bekas luka atau operasi.
b. Palpasi Leopold
1) Leopold I : TFU 3 jari dibawah px, pada TFU teraba bundar dan tidak
melenting kemungkinan bokong janin.
2) Leopold II : pada punggung kanan ibu teraba keras panjang memapan
kemungkinan punggung janin, pada punggung kiri ibu teraba tonjolan-
tonjolan kecil kemungkinan ekstremitas janin.
3) Leopold III : pada bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan
melenting, kemungkinan kepala janin. Kepala sudah sedikit masuk PAP.
4) Leopold IV : konvergen.
Mc. Donal : 25 cm
TBBJ : 2.170 gr

c. Auskultasi
DJJ : 136 – 140 x / menit.
Frekuensi / irama : teratur
Intensitas : sedang

d. perkusi
reflek patella kanan : (+)
reflek patella kiri : (+)

e. Pemeriksaan panggul luar


1) Distansia spinarum : Tidak dilakukan
2) Distansia kristarum : Tidak dilakukan
3) Conjugata eksterna : Tidak dilakukan
4) Lingkar panggul : Tidak dilakukan
f. pemeriksaan penunjang
1) Hb : 13,5 gr
2) Protein urine : +++
3) Leko : 11.200 / mm3
4) Hema : 41 %
5) Trombo : 266.000 / mm3

II. INTERPRETASI DATA


a. Diagnosa Kebidanan
Ny. Y G1P0A0H0 umur 22 tahun, UK 38-39 minggu, janin hidup, tunggal, intra
uterin, let-kep, pu-ka dengan pre-eklamsia berat.

1. Data subjektif
a) Ibu mengatakan namanya Ny. Yolanda Sari
b) Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama dan belum pernah
keguguran
c) Ibu mengatakan umurnya 22 tahun
d) Ibu mengatkan HPHT-nya tgl : 05 – 12 – 2016
e) Ibu mengatakan sakit pinggang menjalar keari-ari dan keluar air
sejak jam 04.00 pagi.
2. Data objektif
a. Keadaan umum : sedang
b. Kesadaran : composmentis
c. Status emosional : stabil
d. Tanda vital sign :
Tekanan darah: 170/130 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36,5 0c
e. BB sebelum hamil : 62 kg
f. BB setelah hamil : 64 kg
g. UK : 38-39 minggu Tinggi badan : 153 cm
h. LILA : 24 cm
i. DJJ : 136-140 x/mnt
j. TFU : 3 jari di bawah px
k. Pemeriksaan fisik : kaki, tangan dan wajah ibu bengkak, wajah ibu
pucat.
l. Protein urine : +++
m. HB : 13,5 gr%

b. Masalah
Ibu khawatir akan kesehatannya apalagi keadaan bayinya.
1. Data subjektif
Ibu mengatkan ia sangat takut jika dirinya jatuh sakit apalagi sampai harus
dirawat di Rumah Sakit karena ia tidak mungkin membiarkan merepotkan
mertuanya untuk mengerjakan rumah karena ia sudah tua. Selain itu, ia
juga mengkwatirkan keadaan janinnya karena ini hamil pertama dan
sangat diharapkan.
2. Data objektif
Ibu terlihat cemas dan khawatir, lemah dan tidak bersemangat.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

Diagnosa potensial yang mungkin akan terjadi adalah eklamsia.

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA

Pasang infuse dengan cairan Dextrose 5% dengan kecepatan 15-20 tetes / menit
kemudian beri MgSO4 2 gr dan menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan
yang bergizi, serta suplemen Ca dan Mg, lebih banyak beristirahat, jangan terlalu
banyak bekerja selanjutnya berkolaborasi dengan dokter obsgyn.

V. PERENCANAAN
1. Beri tahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
2. Berikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga
3. Berikan pertolongan segera
4. Dokumentasi

VI. PELAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaanya harus segera di
tangani secara intensif menggigat terdapat tanda dan gejala pre-eklamsia
berat sedangkan bayinya masih dalam keadaan normal. Ditandai dengan :
Tekanan darah : 170/130 mmHg
BB sebelum hamil : 62 kg
BB setelah hamil : 64 kg
DJJ : 136 - 140 x/mnt
Pemeriksaan fisik : kaki, tangan dan wajah ibu bengkak, wajah ibu
pucat.
Protein urine : +++
HB : 13,5 gr%
2. Memberikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga denagan cara
meyakinkan ibu dan keluarga bahwa perawatan medis yang ditanggani
oleh dokter ahli akan lebih baik karena peralatan dan sarana praserana
yang tersedia juga komlit dan memadai sehingga komplikasi yang
mungkin akan terjadi pada ibu dan janinnya dapat ditangani, selain itu
menyarankan keluarga untuk tetap tenang dan selalu mendukung ibu
dengan cara berdoa.
3. Menerapkan BAKSO KUDA dalam tindakan merujuk yaitu menyertakan
bidan untuk menemani ibu jika terjadi kegawatdaruratan, dipersiapkan
pula peralatan yang memadai untuk proses perujukan, mempersiapkan
kendaraan untuk perujukan serta surat rujukan beserta obat-obatan yang
mungkin akan diperlukan. Selain itu juga disertakan keluarga untuk
menemani ibu dan memberikan semangat pada ibu, tidak lupa uang atau
biaya serta doa yang tulus demi kesembuhan sang ibu dan tidak lupa juga
donor darah (persediaan darah).
4. Memberikan pertolongan pertama yaitu memasang infuse dengan cairan
Dextrose 5% dengan kecepatan 15-20 tetes / menit kemudian beri MgSO 4
2 gr.
5. Melakukan dokumentasi di buku KIA ibu, buku register dan rekam medik.

VII. EVALUASI
1. Ibu paham dengan keadaanya ditandai dengan mau menerima penjelasan
dari bidan.
2. Ibu dan keluarga bersedia dan mau menandatangani surat bukti rujukan
yang akan dilaksanakan.
3. Ibu terlihat masih khawatir dengan keadaanya meskipun sudah diberikan
dukungan mental.
4. Pertolongan pertama untuk ibu telah dilakukan.
5. Data telah ditulis di buku KIA, register dan rekam medaik.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pre-eklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai


dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Ai Yeyeh.R, 2011).
Sedangkan menurut Rozihan (2007), Pre-eklampsia berat ialah penyakit dengan
tanda-tanda khas seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), pembengkakan jaringan
(edema), dan ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang timbul karena
kehamilan.

Faktor pertama adalah genetik, jika ibu atau mertua kita memiliki riwayat
preeklampsia, kita juga berisiko mengalaminya pada satu kali atau lebih
kehamilan, yang kedua adalah adanya kelainan pembuluh darah. Penyempitan
pembuluh darah bisa mengakibatkan suplai darah ke organ-organ vital seperti
ginjal dan hati jadi berkurang.

Preeklamsia biasanya terjadi pada kehamilan pertama. Penyebab pasti 


preeklamsia hingga saat ini belum diketahui dengan jelas. Diduga karena kondisi
plasenta yang tidak tertanam dengan baik, kekurangan oksigen atau ada gangguan
pada pembuluh darah si ibu. 

Komplikasi yaitu Komplikasi pada ibu (Atonia uteri, Sindrom hellp


(hemolysis,elevated liver enzymes,low platelet count), Ablasi retina, Gagal
jantung, Syok dan kematian, sedangkan Komplikasi pada janin (Pertumbuhan
janin terhambat, Prematuritas, Kematian janin, Solusio plasenta.

3.2 Saran

Pre-eklamsia berat memiliki beberapa faktor penyebab seperti faktor


genetik namun pelaksanaannya harus diawai dengan baik oleh tenaga kesehatan
supaya dapat ditanggulangi dan tidak terjadi eklamsia yang dapat membahayakan
kesehatan ibu dan janin.

Anda mungkin juga menyukai