Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

Oleh
Chintia Hardyanti
Ayu Ananda Pembimbing
Dr. Alinda, Sp. A
Pendahuluan
 Epilepsi merupakan salah satu penyakit saraf kronik kejang
berulang muncul tanpa diprovokasi
 Penyebabnya adalah kelainan bangkitan listrik jaringan
saraf yang tidak terkontrol baik sebagian maupun seluruh
bagian otak
 Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para
orang tua bahkan bayi yang baru lahir
 Angka kejadian epilepsi pada pria lebih tinggi
dibandingkan pada wanita
 Menurut World Health Organization (WHO) sekira 50 juta
penduduk di seluruh dunia mengidap epilepsi
Definisi
 Kumpulan gejala dan tanda-tanda klinis yang muncul
secara paroksismal yang disebabkan oleh cetusan listrik
neuronal abnormal (abnormal neuronal discharge) yang
ditimbulkan oleh cetusan yg sinkron dari segolongan
neuron (synchronous discharges of neuronal network)
yang terutama terletak pada korteks serebri
Lanjutan
 Serangan atau bangkitan epilepsi (epileptic seizure) 
manifestasi klinis yang serupa dan berulang secara
paroksismal, yang disebabkan oleh hiperaktivitas listrik
sekelompok sel saraf di otak yang spontan dan bukan
disebabkan oleh suatu penyakit otak akut (“unprovoked”)
Epidemiologi
 Angka kejadian epilepsi masih tinggi terutama di negara berkembang.
 Pasien laki-laki umumnya sedikit lebih banyak dibandingkan perempuan
 Prevalensi total yang dihitung berdasarkan jumlah penduduk dalam suatu
populasi yang pernah menderita epilepsi diperkirakan sekitar 2-5% 
sehingga diperkirakan sebanyak 1 diantara 20 penduduk dalam suatu
populasi akan mengalami kejang pada suatu saat dalam hidupnya dan 1
diantara 200 akan mengalami epilepsi
 Sedangkan pada populasi anak diperkirakan 0,3-0,4% diantaranya
menderita epilepsi
Etiologi
 Serangan epilepsi dapat timbul jika terjadinya
pelepasan aktivitas energi yang berlebihan dan
mendadak dalam otak, sehingga menyebabkan
terganggunya kerja otak

1. Idiopatik
2. Kriptogenik
3. Simtomatik
Faktor Pencetus
 Faktor sensoris: cahaya yang berkedip-kedip, bunyi-
bunyi yang mengejutkan, air panas.
 Faktor sistemis: demam, penyakit infeksi, obat-obat
tertentu misalnya golongan fenotiazin, klorpropamid,
hipoglikemia, kelelahan fisik
 Faktor mental: stres dan gangguan emosi.
Patofisiologi
Stimulasi Mekanis / Kimiawi

Sel Glia

Na+ POMPA
K+ K+ ION

Jejas /kel.Gen Gangguan


metabolik
LEPAS MUATAN Na – K – ATPase
BERLEBIHAN

Oksigen
Eksitasi Glukose

Asetil kolin
As. glutamat

Zat Transmiter

Inhibisi
GABA
Gliserin

Tidak menjalar ke sekitar Menjalar sampai jarak tertentu Menjalar ke seluruh


Kejang (-) (kejang fokal) otak (kejang umum)
Patofisiologi
 Secara umum, epilepsi terjadi kerena menurunnya
potensial membran sel saraf akibat proses patologik dalam
otak, gaya mekanik, atau toksik, yang selanjutnya
menyebabkan terlepasnya muatan listrik dari sel saraf
tersebut.
 Beberapa penelitian menunjukkan peranan asetilkolin
sebagai zat yang menurunkan potensial membran
postsinaptik dalam hal telepasnya muatan listrik
 Bila asetilkolin sudah cukup tertimbun di permukaan otak,
maka pelepasan muatan listrik sel-sel saraf kortikal
dipermudah.
Patogenesa
 Pada epilepsi idiopatik, tipe grand mal, secara primer muatan
muatan listrik dilepaskan oleh nuklei intralaminares talami,
yang dikenal sebagai inti centrecephalic.
 Pada grandmal, dimana etiologinya belum diketahui, terjadi
lepas muatan listrik dari inti-inti intralaminar talamik secara
berlebih.
 Perangsangan talamokortikal yang berlebihan ini menghasilkan
kejang seluruh tubuh dan sekaligus menghalangi sel-sel saraf
yang memelihara kesadaran menerima impuls aferen dari
dunia luar sehingga kesadaran hilang.
Klasifikasi menurut International League
Against Epilepsy (ILAE) tahun 1981
I. Kejang Parsial (fokal, lokal)
II. Kejang Generalisata (konvulsif
atau nonkonvulsif)
III. Kejang tak tergolongkan
I. Kejang Parsial (fokal, lokal)
 Kejang parsial sederhana
 Kejang parsial kompleks
 Kejang parsial yang berkembang menjadi
bangkitan umum
II. Kejang Generalisata (konvulsif atau nonkonvulsif)
1.Kejang lena (Absence)
- Kejang lena tidak khas
2. Kejang mioklonik
3. Kejang klonik
4. Kejang tonik
5. Kejang tonik-klonik
6. Kejang atonik

III. Kejang tak tergolongkan


Diagnosis
 Anamnesis
 pemeriksaan fisik  keadaan umum, kesadaran,
suhu tubuh, tanda rangsang meningeal, pemeriksaan
neurologik lengkap, serta tanda peningkatan tekanan
intrakranial
Diagnosis
Lab & pemeriksaan penunjang
 EEG (Gold standard)
 Radiologi
 CT Scan kepala dengan kontras
 MRI kepala
 Laboratorium: (atas indikasi)
 Untuk menyingkirkan metabolik
 GDS
 Elektrolit
 Kecurigaan infeksi SSP akut
 Lumbal pungsi
Pengobatan Epilepsi
 Diagnosis pasti epilepsi merupakan dasar utama
untuk pemberian obat anti epilepsi (OAE).
 Antikonvulsan tidak diberikan pada serangan
pertama, karena serangan tersebut belum tentu
disebabkan oleh epilepsi, sedangkan pengobatan
antikonvulsan harus diberikan untuk beberapa tahun.
Pemilihan obat : Tergantung pada jenis epilepsinya

Kejang Umum (generalized seizures)


Kejang
parsial Tonic-clonic Abscense Myoclonic,
atonic
Drug of Karbamazepin Valproat Etosuksimid Valproat
choice Fenitoin Karbamazepin Valproat
Valproat Fenitoin

Alternat Lamotrigin Lamotrigin Clonazepam Klonazepam


ives Gabapentin Topiramat Lamotrigin Lamotrigin
Topiramat Primidon Topiramat
Tiagabin Fenobarbital Felbamat
Primidon
Fenobarbital
ALGORITMA Diagnosa positif
TATALAKSANA
EPILEPSI Mulai pengobatan dg satu OAE
Pilih berdasar klasifikasi kejang
dan efek samping

Ya Sembuh ? Tidak

Efek samping dapat ditoleransi ? Efek samping dapat ditoleransi

Ya Tidak Ya Tidak

Tingkatkan dosis Turunkan dosis


Kualitas hidup Turunkan dosis Tambah OAE 2
optimal ?

Pertimbangkan,
Sembuh?
Ya Tidak Hentikan OAE1
Atasi dg tepat Tetap gunakan Ya Tidak
OAE2
Lanjutkan
terapi
lanjut
lanjut
lanjutan

Lanjutkan Tidak sembuh


terapi
Efek samping dapat ditoleransi ?
Tidak kambuh
Selama > 2 th ? Tidak Ya

ya tidak Hentikan OAE yang tdk efektif, Tingkatkan dosis


Tambahkan OAE2 yang lain OAE2, cek interaksi,
Cek kepatuhan
Hentikan Kembali ke
pengobatan Assesment Sembuh ?
awal
Ya Tidak

Lanjutkan terapi Rekonfirmasi diagnosis,


Pertimbangkan pembedahan
Atau OAES lain
Status Epileptikus
 Status epileptikus (SE) adalah kejang yang terjadi lebih
dari 30 menit atau adanya dua bangkitan atau lebih dimana
diantara bangkitan-bangkitan tadi tidak terdapat
pemulihan kesadaran. Keluhan utama biasanya adalah
Kejang lama atau berulang.
 Komplikasi SE sering muncul bila pasien terlambat dibawa
ke dokter atau mendapatkan tatalaksana yang tidak
adekuat. Beberapa bentuk komplikasi yang dapat muncul
di antaranya adalah: asidosis metabolik, aspirasi dan
trauma kepala.
Epilepsi Refrakture
 Bila OAE sudah mendapatkan terapi yang tepat/sesuai
dengan jenis epilepsinya dan mendapat dosis yang
optimal tapi serangan masih belum teratasi, maka
dapat kita sebut sebagai epilepsy refrakter atau
epilepsy yang sulit diobati.
Indikasi Bedah Epilepsi
Indikasi dilakukannya bedah epilepsi adalah:
1. Epilepsi refrakter
2. Menggangu kualitas hidup
3. Manfaat operasi lebih besar dibanding resiko
Edukasi
 Edukasi mengenai penyakit dan pengobatannya,
termasuk kepatuhan minum obat dan efek samping
obat.
 Edukasi mengenai fungsi dalam kehidupan sehari-hari
o Pasien dapat beraktifitas normal seperti anak-anak lain
seusianya, termasuk berolahraga.
o Pada aktifiatas tertentu, seperti berenang, sebaiknya
pasien ditemani orang lain.
o Aktifitas yang ekstrem, kurag tidur, stres psikis
sebaiknya dihindari.
Pemantauan
 Pemantauan dilakukan untuk mengetahui kepatuhan
minum obat, respons terhadap obat, dan timbulnya
efek samping obat (bila perlu dilakukan pemeriksaan
darah tepi dan fungsi hati)
 Juga perlu dilakukan evaluasi neurologik ulang secara
berkala.
Prognosis
 Prognosis umumnya baik, 70 – 80% pasien yang
mengalami epilepsy akan sembuh, dan kurang lebih
separo pasien akan bisa lepas obat
 20 - 30% mungkin akan berkembang menjadi epilepsi
kronis  pengobatan semakin sulit  5 % di
antaranya akan tergantung pada orang lain dalam
kehidupan sehari-hari
 Pasien dg lebih dari satu jenis epilepsi, mengalami
retardasi mental, dan gangguan psikiatri dan
neurologik  prognosis jelek
 Penderita epilepsi memiliki tingkat kematian yg lebih
tinggi daripada populasi umum
Lanjutan prognosis…
Penyebab kematian pada epilepsi :
 Penyakit yg mendasarinya dimana gejalanya
berupa epilepsi misal : tumor otak, stroke
 Penyakit yg tidak jelas kaitannya dg epilepsi yg ada
misal : pneumonia
 Akibat langsung dari epilepsi : status epileptikus,
kecelakaan sebagai akibat bangkitan epilepsi dan
sudden un-expected death
Keadaan yang Menyerupai
Epilepsi
1. Vertigo Paroksismal Benigna
2. Serangan Napas Terhenti Sejenal (Breath-
Holding Spell)
3. Sinkop
4. Tic dan Masturbasi
5. Gangguan Tidur  night terror atau pavor
nocturnus, tidur berjalan (somnambulism atau
sleepwalking), kelumpuhan waktu tidur (sleep
paralysis) dan mioklonus nokturnal

Anda mungkin juga menyukai