Anda di halaman 1dari 83

PPh Orang Pribadi

Subjek Pajak

• Orang pribadi & warisan yang belum terbagi


• Badan
• Bentuk Usaha Tetap
Subjek Pajak Orang Pribadi

• Subjek PPh OP dlm Negeri


• Warisan yang belum terbagi sbg satu
kesatuan menggantikan yg berhak
• Subjek PPh OP Luar Negeri
• Bentuk Usaha Tetap (BUT) OP
Subjek PPh OP DN

• Orang Pribadi yg bertempat tinggal di Indonesia


• berada di Indonesia lebih dari 183 hari dlm
jangka waktu 12 bulan
• berada di Indonesia & mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia.
Subjek Pajak OP LN

• Orang Pribadi yg tidak bertempat tinggal di


Indonesia
• berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan ;
Bentuk Usaha Tetap OP

• Bentuk usaha yang dipergunakan oleh Subjek


Pajak OP LN (orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan)
• Untuk menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan (pekerjaan bebas) di Indonesia
Lingkup BUT (1)

• tempat kedudukan manajemen,


• cabang perusahaan,
• kantor perwakilan,
• gedung kantor,
• pabrik,
• bengkel,
• pertambangan dan penggalian sumber daya
alam, wilayah kerja pengeboran untuk
eksplorasi pertambangan
• perikanan/pertanian/kehutanan/perkebunan,
Lingkup BUT (2)

• proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan


• pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh
pegawai atau orang lain yang dilakukan dalam
jangka waktu lebih dari 60 hari (kecuali ditentukan
lain dalam tax treaty dengan negara yang
bersangkutan) dalam jangka waktu 12 bulan
• orang atau badan yang bertindak sebagai agen
yang kedudukannya tidak bebas,
• agen atau pegawai perusahaan asuransi yang
tidak didirikan dan tidak berkedudukan di
Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggung risiko di Indonesia
Perbedaan
OP DN OP LN BUT OP
Dikenakan pajak Dikenakan pjk Dikenakan pajak
atas penghasilan atas penghasilan atas Penghasilan
di RI atau di luar yang bersumber di RI dan
RI (world wide di RI Penghasilan
income) Pusat yg
diatribusikan sbg
penghasilan BUT
Penghitungan Penghitungan Penghitungan
PPh dengan tarif PPh dengan tarif PPh dengan tarif
umum (psl 17 sepadan (psl 26) umum (psl 17
OP) basis netto basis brutto Badan) basis
netto
Wajib SPT Tidak Wajib SPT Wajib SPT
Warisan

• Harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal


menjadi subjek pajak dalam negeri sbg
pengganti orang yg meninggal (pewaris)
Mulai & Berakhirnya Kewajiban
Pajak Subjektif OP DN
• Dimulai sejak orang pribadi dilahirkan, berada,
atau berniat tinggal di Indonesia.
• Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
kewajiban pajak subyektifnya mulai timbul
pada hari pertama berada di Indonesia.
• Berakhir pada saat meninggal dunia atau
meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya.
Mulai & Berakhirnya Kewajiban
Pajak Subjektif Warisan yang Belum
Terbagi
• Dimulai pada saat timbulnya warisan yang belum
terbagi (saat meninggalnya pewaris).
• Berakhir pada saat warisan tersebut dibagi kepada
ahli warisnya.
Mulai & Berakhirnya Kewajiban Pajak
Subjektif
WP Luar Negeri
• Dimulai pada saat orang pribadi atau badan di
Luar Negeri menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan atau
menerima/memperoleh penghasilan dari
Indonesia.
• Berakhir pada saat tidak lagi menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan atau
menerima/memperoleh penghasilan dari
Indonesia.
Mulai & Berakhirnya Kewajiban
Pajak Subjektif BUT

• Dimulai pada saat BUT tersebut mulai berada di


Indonesia
• Berakhir pada saat BUT tersebut tidak lagi berada di
Indonesia
Pendaftaran NPWP Kep-161/PJ.2001

WP OP tidak
menjalankan WP OP menjalankan WP Badan
usaha/pekerjaan bebas usaha/pekerjaan bebas

Bila penghasilan
jumlahnya melebihi
PTKP

Wajib mendaftarkan diri


Wajib mendaftarkan diri
untuk memperoleh NPWP
untuk memperoleh NPWP
paling lambat akhir bulan
paling lama 1 bulan
berikutnya
setelah saat usaha mulai
dijalankan
Penghasilan tidak kena pajak
periode 2016 - 2019
Penghasilan tidak kena pajak
periode 2016 - 2019
1. Status Lajang (TK)
1. PTKP TK/0: tidak kawin dan tidak ada tanggungan.
2. PTKP TK/1: tidak kawin dan 1 tanggungan.
3. PTKP TK/2: tidak kawin dan 2 tanggungan.
4. PTKP TK/3: tidak kawin dan 3 tanggungan.
2. Status Menikah (K)
1. PTKP K/0: kawin dan tidak ada tanggungan.
2. PTKP K/1: kawin dan 1 tanggungan.
3. PTKP K/2: kawin dan 2 tanggungan.
4. PTKP K/3: kawin dan 3 tanggungan.
3. Status PTKP Digabung (K/I)
1. PTKP K/I/0: penghasilan suami dan istri digabung dan tidak ada tanggungan.
2. PTKP K/I/1: penghasilan suami dan istri digabung dan 1 tanggungan.
3. PTKP K/I/2: penghasilan suami dan istri digabung dan 2 tanggungan.
4. PTKP K/I/3: penghasilan suami dan istri digabung dan 3 tanggungan.
• *Penting untuk diketahui, konsep tanggungan pajak hanya bisa dibebankan pada suami dan bukan istri.
HUBUNGAN KELUARGA

SEDARAH SEMENDA

AYAH
MERTUA
+
WP
IBU
10 KE ATAS 10 KE ATAS
10 10
SAUDARA KE KE
SAM WP + ISTRI SAM IPAR WP
KANDUNG PING PING

10 KE BAWAH 10 KE BAWAH

ANAK ANAK
KANDUNG TIRI WP

SEDARAH SEMENDA
Status PTKP

• TK/... tidak kawin, ditambah dengan banyaknya


tanggungan anggota keluarga;
• K/... Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan
anggota keluarga;
• K/I/...Kawin, tambahan untuk isteri (hanya seorang) yang
penghasilannya digabung dengan penghasilan suami,
ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota
keluarga;
• PH Wajib Pajak kawin yang secara tertulis melakukan
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan;
• HB/...Wajib Pajak kawin yang telah hidup berpisah
ditambah banyaknya tanggungan anggota keluarga.
Bukan Subjek Pajak

• Badan Perwakilan Negara Asing


• Pejabat perwakilan diplomatik, konsulat,
atau pejabat-pejabat lain dari negara asing
dan orang-orang yang diperbantukan
kepada mereka
• Organisasi-Organisasi Internasional yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan
• Pejabat Perwakilan Organisasi
Internasional yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan
Penghasilan

• Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang


diterima atau diperoleh wajib pajak
• Baik berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia
• Yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
menambah kekayaan wajib pajak
• Dengan nama dan dalam bentuk apapun
Pengelompokan Penghasilan

• Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan


kerja dan pekerjaan bebas, seperti ; gaji,
honorarium, penghasilan dari praktek dokter,
notaris, aktuaris, pengacara, dsb.
• Penghasilan dari usaha dan kegiatan.
• Penghasilan dari modal yang berupa harta
gerak ataupun harta tak gerak seperti ; bunga,
dividen, royalty, sewa, keuntungan penjualan
harta atau hak yang dipergunakan untuk
usaha, dsb.
• Penghasilan lain-lain, seperti ; pembebasan
utang, hadiah, dan sebagainya.
Dari segi cara pengenaan pajak
atas penghasilan

• Penghasilan yang merupakan Objek


Pajak yang dipotong PPh Final
(Pasal 4 ayat (2)).
• Penghasilan yang bukan
merupakan Objek Pajak (Pasal 4
ayat (3))
• Penghasilan yang merupakan Objek
Pajak PPh tidak bersifat Final (Pasal
4 ayat (1))
skema
• TOTAL SELURUH PENGHASILAN ……. A
dikurangi Penghasilan yang merupakan Objek
• Pajak yang dipotong PPh Final (Pasal
4 ayat (2))…………………………………… (B)
• dikurangi Penghasilan yang bukan merupakan
Objek Pajak (Pasal 4 ayat (3))………. (C)
Penghasilan yang merupakan Objek
• = Pajak PPh tidak bersifat Final (Pasal
4 ayat (1))……………………………………….. A-B-C
PPh Final

• Dalam rangka penghitungan SPT


Tahunan, penghasilan yg dikenakan PPh
Final tdk digabung dengan penghasilan
lain (non final)
• PPh final yang dibayar/dipotong tdk
dapat dikreditkan
• Biaya utk menghasilkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang PPh-nya
final tdk dapat dikurangkan
Bukan Objek Pajak (1)

• Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat


• Harta hibahan yg diterima oleh
• Keluarga sedarah dlm grs keturunan lurus 1 derajat
• Pengusaha kecil yg ditetapkan Menteri Keuangan
Sepanjang tdk ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan /
penguasaan
• Warisan
• Harta termasuk setoran tunai yg diterima oleh Badan sbg pengganti
saham / penyertaan modal
• Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
dalam bentuk natura atau kenikmatan dari wajib pajak atau
pemerintah
• Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwi guna, dan asuransi bea siswa
Bukan Objek Pajak (2)

• Dividen diperoleh Perseroan Terbatas dari


penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan
dan berkedudukan di Indonesia,
• Iuran yang diterima dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan
• Penghasilan dana pensiun tersebut dari modal yang
ditanamkan dalam bidang-bidang tertentu,
• Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota
dari perseroan komanditer, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi yang modalnya
tidak terbagi atas saham-saham.
Bukan Objek Pajak (3)

• Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh


perusahaan reksa dana selama 5 tahun
pertama sejak pendirian perusahaan atau
sejak pemberian ijin usaha.
• Penghasilan yang diterima atau diperoleh
perusahaan modal ventura, berupa bagian laba
dari pasangan usaha
Jenis Objek Pajak (1)

• Penggantian atau imbalan sehubungan dengan


pekerjaan atau jasa,
• Laba usaha
• Keuntungan penjualan harta (capital gain):
• Penerimaan kembali pajak yang semula telah
dibebankan sebagai biaya
• Bunga, termasuk premium, diskonto, dan jaminan
karena pengembalian utang.
• Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun
• Royalti,
Jenis Objek Pajak (2)

• Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan


penggunaan harta
• Penerimaan atau perolehan pembayaran secara
berkala, misalnya alimentasi atau tunjangan
seumur hidup yang dibayar secara berulang-ulang
dalam jangka waktu tertentu.
• Keuntungan karena pembebasan utang :
• Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing :
• Premi asuransi yang diterima atau diperoleh
perusahaan asuransi dari para peserta asuransi
(pemegang polis).
Jenis Objek Pajak (3)

• Selisih lebih karena penilaian kembali


aktiva.
• Iuran yang diterima atau diperoleh
perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari wajib pajak yang menjalankan usaha
atau pekerjaan bebas.
• Tambahan kekayaan netto yang berasal
dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak
Skema Pemajakan WP OP

WP Orang Pribadi

Omset 1 th < 600 juta Omset 1 th  600 juta

Boleh melakukan Wajib melakukan


pencatatan pembukuan

Pengh netto = Pengh netto =


Pengh brutto x Norma pengh netto % Pengh brutto – pengurang pengh brutto`

Pengh Kena Pajak = Pengh Kena Pajak =


(Pengh brutto x Norma pengh netto %) (Pengh brutto – Biaya deductible –
- PTKP Kompensasi Kerugian – PTKP)

PPh terutang = Tarif psl 17 x Pengh Kena Pajak


Skema Pemajakan WP OP
Mulai tahun 2007
WP Orang Pribadi

Omset 1 th < 1,8M Omset 1 th  1,8 M

Boleh melakukan Wajib melakukan


pencatatan pembukuan

Pengh netto = Pengh netto =


Pengh brutto x Norma pengh netto % Pengh brutto – pengurang pengh brutto`

Pengh Kena Pajak = Pengh Kena Pajak =


(Pengh brutto x Norma pengh netto %) (Pengh brutto – Biaya deductible –
- PTKP Kompensasi Kerugian – PTKP)

PPh terutang = Tarif psl 17 x Pengh Kena Pajak


Pencatatan

• Pencatatan harus dapat menggambarkan


jumlah peredaran atau penerimaan bruto dan
atau jumlah penghasilan bruto, serta
penghasilan yang bukan obyek pajak atau
penghasilan yang dikenakan PPh Final,
sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang
terutang
pembukuan

• Suatu proses pencatatan yang dilakukan


secara teratur
• Untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta
jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa,
• Yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba
rugi pada setiap tahun pajak berakhir.
pembukuan

• Pembukuan atau pencatatan harus


diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab,
satuan mata uang Rupiah, dan disusun
dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa
asing yang diizinkan oleh Menteri
Keuangan.
• Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip
taat asas dan dengan stelsel akrual atau
stelsel kas.
pembukuan

• Pembukuan kurangnya terdiri dari catatan mengenai


harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung
besarnya pajak yg terutang.
• Catatan tersebut di atas terdiri data yang dikumpulkan
secara teratur tentang ; peredaran atau penerimaan
bruto, dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk
penghasilan yang bukan obyek pajak dan penghasilan
yang dikenakan pajak yang bersifat final.
• Buku, catatan, dokumen lain wajib disimpan selama 10
tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau di
tempat tinggal bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
Norma Penghitungan Penghasilan
Netto
• Pedoman untuk menentukan penghasilan netto WP,
karena wajib pajak tersebut tidak wajib melakukan
pembukuan.
• Wajib Pajak yang boleh menggunakan norma
penghitungan adalah wajib pajak orang pribadi yang
memenuhi syarat-syarat berikut :
• Peredaran bruto dalam 1 tahun tidak mencapai Rp
600.000.000,00. (mulai tahun 2007 menjadi 1,8M)
• Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam jangka
waktu 3 bulan pertama dari tahun buku.
• Menyelenggarakan Pencatatan .
• Dalam hal wajib pajak tersebut tidak menyampaikan
pemberitahuan kepada Dirjen Pajak seperti tersebut di
atas, dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan.
Norma Penghasilan Netto
Kep 536/PJ./2000

• Pengelompokan menurut jenis usaha &


wilayah
• 10 ibu kota propinsi
• Medan - Surabaya
• Palembang - Denpasar
• Jakarta - Manado
• Bandung - Makasar
• Semarang - Pontianak
• Ibu kota propinsi lainnya
• Daerah lainnya
Ex. Lampiran Kep 536/PJ./2000
10 ibu kota
Daerah
Kode Jenis Usaha kota propinsi
lainnya
propinsi lainnya
32200 Industri pakaian jadi kecuali untuk kaki 13,5 13 12,5
32300 Industri kulit & barang dari kulit kecuali utk kaki 17,5 16,5 16
32400 Industri barang keperluan kaki 17 16 15
62200 Perdagangan eceran brg kelontong, supermarket 30 25 20
62420 Perdagangan eceran tekstil, pakaian jadi, hasil 30 25 20
pengolahan kulit termasuk brg keperluan kaki
62422 Perdagangan eceran brg elektronik 30 25 20
62100 Rumah makan dan minum 25 20 20
62920 Jasa akuntansi dan pembukuan 36 35 35
93213 Dokter 45 42,5 40
97110 Reparasi kendaraan bermotor 20 18,5 17,5
97400 Pangkas rambut dan salon kecantikan 30 28 27
Contoh

• Tn Sahrul, status menikah mempunyai 2 orang


anak, mempunyai usaha perdagangan eceran
sepatu berlokasi di Pasar Anyar Bogor
• Dari pencatatan diketahui jumlah peredaran
usaha selama tahun 2005 Rp 100.000.000
contoh

• Tn Paijo status menikah mempunyai 4 orang


anak. Ia seorang dokter bertempat tinggal di
Semarang. Selain itu ia juga memiliki Warung
Tegal yang berlokasi di Yogyakarta
• Penerimaan bruto dari praktek dokter Rp
72.000.000
• Peredaran usaha Warung Tegal Rp
40.000.000
contoh

• Tn Bajuri, status menikah belum


mempunyai anak, berdomisili di Kebon
Sirih Jakarta Pusat mempunyai usaha
bengkel sepeda motor dengan
peredaran usaha setahun Rp 80.000.000
• Untuk menambah penghasilan Ny
Oneng, istri Tn Bajuri membuka usaha
salon dengan penerimaan bruto setahun
Rp 60.000.000
Biaya dapat dikurangkan 1

• Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan


memelihara penghasilan, yaitu biaya-biaya
yang berhubungan langsung dengan kegiatan
usaha yang penghasilannya merupakan objek
pajak
• Penyusutan atas pengeluaran untuk
memperoleh harta berwujud dan amortisasi
atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan
atas biaya lain yang memiliki masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun, sepanjang harta yang
disusutkan atau diamortisasi tersebut
digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan (objek pajak).
Biaya dapat dikurangkan 2

• Iuran kepada dana pensiun yang


pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan
• Kerugian karena penjualan atau pengalihan
harta yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan
• Kerugian dari selisih kurs mata uang asing
• Biaya penelitian dan pengembangan
perusahaan yang dilakukan di Indonesia
Biaya dapat dikurangkan 3

• Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan


dengan memperhatikan kewajaran dan
kepentingan perusahaan
• Piutang yang nyata-nyata tidak dapat
ditagih
• Kompensasi kerugian tahun-tahun yang
lalu (maksimum 5 tahun).
• Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP),
khusus bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
Tidak Dapat Dikurangkan 1

• Pembagian laba dengan nama dan dalam


bentuk apapun, seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan
asuransi kepada pemegang polis dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi.
• Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan
untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, atau anggota
• Pembentukan atau pemupukan dana
cadangan
Tidak Dapat Dikurangkan 2

• Premi asuransi kesehatan, asuransi


kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa yang
dibayar oleh wajib pajak orang pribadi,
kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan
premi tersebut dihitung sebagai
penghasilan bagi wajib pajak orang pribadi
yang bersangkutan (wajib dipotong PPh
Pasal 21).
• Penggantian atau imbalan sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk
natura dan kenikmatan
Tidak Dapat Dikurangkan 3

• Jumlah yang melebihi kewajaran yang


dibayarkan kepada pemegang saham atau
pihak yang memiliki hubungan istimewa
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan
yang dilakukan
• Harta yang dihibahkan, bantuan, sumbangan,
dan warisan, kecuali zakat atas penghasilan
yang nyata-nyata dibayar oleh wajib pajak
orang pribadi pemeluk agama islam dan atau
wajib pajak badan dalam negeri yang dimiliki
oleh pemeluk agama islam kepada Badan Amil
Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk
atau disahkan oleh Pemerintah
Tidak Dapat Dikurangkan 4

• Pajak Penghasilan
• Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi wajib pajak atau orang
yang menjadi tanggungannya
• Gaji yang dibayarkan kepada anggota
perseutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham
• Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikan serta sanksi pidana berupa denda
yang berkenaan dengan pelaksanaan
perundang-undangan di bidang perpajakan
Tidak Dapat Dikurangkan 5

• Pajak Masukan atas Perolehan BKP/JKP


yang tidak dapat dikreditkan karena tidak
sesuai dengan ketentuan
• Biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan yang bukan
merupakan obyek pajak, yang pengenaan
pajaknya bersifat final, pengenaan
pajaknya berdasarkan Norma Penghitungan
Penghasilan Netto dan Norma Penghitungan
Khusus
Tidak Dapat Dikurangkan 6

• PPh yang ditanggung pemberi penghasilan,


kecuali PPh Pasal 26, sepanjang PPh
tersebut ditambahkan sebagai dasar
penghitungan untuk pemotongan PPh PPh
Pasal 26 tersebut
• Kerugian dari harta atau utang yang tidak
dimiliki dan tidak dipergunakan dalam
usaha atau kegiatan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan
yang merupakan Obyek Pajak
Berikut ini laporan laba rugi komersial usaha Tn Abadi selama tahun 2005
Penghasilan dari usaha
Penjualan Rp 130,000,000
Harga pokok penjualan Rp 60,000,000
Laba Kotor Rp 70,000,000
Biaya operasi
Gaji pegawai Rp 9,000,000
Alat tulis kantor Rp 8,000,000
Biaya pemeliharaan bangunan yang disewakan Rp 7,000,000
PPh Pasal 25 Rp 6,000,000
Sanksi keterlambatan penyampaian SPT Rp 5,000,000
PBB Rp 4,000,000
Biaya listrik, air, telpon kantor Rp 3,000,000
Biaya listrik, air, telpon rumah Rp 2,000,000
Sumbangan HUT RI Rp 1,000,000
Jumlah biaya usaha Rp 45,000,000
Penghasilan luar usaha
Penghasilan dari persewaan bangunan Rp 50,000,000
Bunga pinjaman Rp 10,000,000
Bagian Laba Firma Abadi & Rekan Rp 2,000,000
Jumlah penghasilan luar usaha Rp 62,000,000
Laba Bersih Rp 87,000,000
Penggabungan penghasilan
istri psl 8

• Seluruh penghasilan / kerugian wanita kawin


dianggap penghasilan / kerugian suaminya
• Kecuali penghasilan tersebut semata-mata dari
satu pemberi kerja yg telah dipotong PPh 21
dan pekerjaan tsb tdk ada hubungan dg
usaha/pek bebas suami/anggota keluarga
lainnya
Penghasilan istri

Bekerja pada  Bekerja pada lebih dari satu


satu pemberi kerja pemberi kerja
 Melakukan usaha
 Melakukan pekerjaan bebas

 Penghasilan istri tidak


digabung
 Status K/...  Penghasilan istri digabung
 PPh 21 atas  Status K/I/...
penghasilan istri  PPh 21/22/23 atas
bersifat final (tidak penghasilan istri dapat
dapat dikreditkan) dikreditkan
Contoh : Istri bekerja pada satu
pemberi kerja
• Tn Permana seorang pengusaha bahan bangunan,
mempunyai seorang Istri bernama Ny Santi yang
bekerja sebagai kasir di Swalayan Mikro. Mereka
telah mempunyai seorang anak bernama Bobby
• Penghasilan netto dari usaha Tn Permana Rp 300
Juta
• Penghasilan Ny Santi selaku karyawan tetap
Swalayan Mikro Rp 100 juta dan dipotong PPh 21
sebesar Rp 9.255.600
• Hitung PPh terutang ?
• Hitung PPh yang Kurang (lebih) bayar ?
Contoh : Istri melakukan usaha

• Tn Permana seorang pengusaha bahan bangunan,


mempunyai seorang Istri bernama Ny Linda yang
mempunyai usaha catering. Keluarga ini telah
mempunyai seorang anak
• Penghasilan netto dari usaha Tn Permana Rp 300 Juta
• Penghasilan netto dari usaha catering Ny Santi Rp
100 juta dan dipotong PPh 23 sebesar Rp 1.500.000
• Pertanyaan :
• Hitung PPh terutang
• Hitung PPh yang Kurang (lebih) bayar
Contoh : Istri bekerja pada lebih
dari satu pemberi kerja
• Tn Permana seorang pengusaha bahan bangunan,
mempunyai seorang Istri bernama Ny Santi yang bekerja
sebagai dosen tetap di Universitas Jayakarta dan dosen
luar biasa di universitas Batavia. Keluarga ini telah
mempunyai seorang anak bernama Ratna
• Penghasilan netto dari usaha Tn Permana Rp 300 Juta
• Penghasilan Ny Santi selaku Dosen tetap di Universitas
Jayakarta Rp 100 juta dan dipotong PPh 21 sebesar Rp
9.255.600
• Sedangkan Penghasilan Ny Santi selaku Dosen luar biasa di
Universitas Batavia Rp 90 juta dan dipotong PPh 21
sebesar Rp 7.755.600
• Hitung PPh terutang
• Hitung PPh yang Kurang (lebih) bayar
Penghasilan suami-istri
dikenakan pajak secara terpisah

Suami istri hidup


bersama tetapi Suami istri telah hidup
mengadakan perjanjian berpisah (HB)
pisah harta (PH)

 Penghasilan suami-
istri digabung
 PPh dikenakan pada Penghitungan
masing-masing suami- Penghasilan Kena Pajak
istri sebesar dan pengenaan pajaknya
perbandingan dilakukan sendiri-sendiri
penghasilan neto
mereka
Contoh : perjanjian pisah harta

• Pak Hartawan mengadakan perjanjian


pisah harta dengan istrinya,
Ny.Hartawati.
• Penghasilan netto dari usaha Pak
Hartawan Rp 30 juta, sedangkan
penghasilan netto dari usaha Ny
Hartawati Rp 20 juta
• Pak Hartawan & Ny Hartawati memiliki 1
orang anak yang menjadi tanggungan
Contoh : hidup berpisah

• Ny Tamara telah berpisah hubungan


dengan suaminya, Tn Rafi.
Penghasilan Neto dari usaha Ny
Tamara sebesar Rp. 100 juta
sedangkan penghasilan neto dari
usaha Tn Rafi sebesar Rp 30.000.000.
• Keluarga ini telah mempunyai seorang
anak benama Rasya, yang menjadi
tanggungan Tn Rafi
Tarif PPh Orang Pribadi

Penghasilan Kena Pajak Tarif


 Sampai dengan Rp 25 Juta 5%
 > Rp 25 Juta s.d. Rp 50 Juta 10%
 > Rp 50 Juta s.d. Rp 100 Juta 15%
 > Rp 100 Juta s.d. Rp 200 Juta 25%
 Di atas Rp 200 Juta
35%
Kredit Pajak

• PPh yg dipotong / dipungut pihak lain di DN,


meliputi PPh 21/22/23
• PPh dibayar di LN (kredit PPh psl 24)
pengkreditan PPh yg dibayar di luar
negeri

• PPh dibayar di LN boleh dikreditkan dg PPh di


Indonesia
• Pengkreditan PPh psl 24 dilakukan di tahun
pajak digabungkannya penghasilan tersebut
• Kerugian di LN tidak boleh digabung
pengkreditan PPh yg dibayar di luar
negeri
• PPh psl 24 yg dikreditkan jumlah yg lebih
kecil antara :
• Pajak yg sebenarnya dibayar di LN
Rumus :
• PPh terutang atas X Penghasilan Netto
LN
seluruh Penghasilan Penghasilan Kena
Pajak
(dihitung per-country basis)
• Jumlah PPh terutang atas seluruh penghasilan
Contoh

• Tn Osama (K/1) berkedudukan di Jakarta


memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2005
adalah sbb :
• Penghasilan neto dari dalam negeri sebesar Rp
8.000.000.000.
• Di Singapura memperoleh penghasilan (laba neto) Rp
2.000.000.000, dimana PPh yang dibayar di Singapura
sebesar Rp 800.000.000
• Di Vietnam memperoleh penghasilan (laba neto)
sebesar Rp 6.000.000.000, dimana PPh yang dibayar
sebesar Rp 1.500.000.000
• Di Malaysia menderita kerugian (rugi neto) sebesar Rp
5.000.000.000
• Hitung kredit pajak PPh pasal 24
Contoh

• Tn Abu Bakar (TK/0) berkedudukan di


Surabaya memperoleh penghasilan neto
dalam tahun 2001 sbb :
• Penghasilan neto (rugi) di dalam negeri Rp
(600.000.000)
• Penghasilan neto dari usaha di Philipina Rp
3.000.000.000
• PPh yang terutang & dibayar di Philipina
sebesar Rp 1.200.000.000
• Hitung kredit pajak PPh psl 24
Rumus Umum PPh 25 Orang Pribadi
a Penghasilan neto fiskal tahun lalu ………………. XXX
b Penghasilan tidak teratur tahun lalu …………… (XXX)
c Penghasilan yg menjadi dasar penghitungan
angsuran (a – b) ………………………………… XXX
d Kompensasi kerugian yg dapat digunakan pada
tahun ini …………………………………………. (XXX)
e Penghasilan Tidak Kena Pajak ………………….. (XXX)
f Penghasilan kena pajak (c – d – e) ……………… XXX
g Kredit pajak tahun lalu atas penghasilan yg
termasuk dalam huruf c yg dipotong / dipungut
fihak lain (PPh psl 21/22/23/24) ………………… (XXX)
h PPh yang harus dibayar sendiri (f – g ) ………….. XXX
i PPh psl 25 ( 1/12 x huruf h) …………………….. Rp
PPh Pasal 25 Secara Umum

• Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun


berjalan =
sama dengan PPh yang terutang menurut SPT Tahunan
PPh tahun pajak yang lalu
dikurangi dengan PPh yang telah dipotong/dipungut
pihak lain (PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, dan PPh Pasal
23) dan PPh yang terutang di Luar Negeri yang boleh
dikreditkan (PPh Pasal 24)
dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun
pajak
• Penghasilan tidak teratur tidak diperhitungkan
dalam menentukan PPh psl 25
Contoh Umum

• Tn Amir (TK/0) melakukan usaha penjualan barang hasil impor


• Laporan Laba Rugi Th 2004 sbb :
• Penjualan 500.000.000
• HPP 300.000.000
• Laba Kotor 200.000.000
• Biaya usaha 130.000.000
• Laba usaha 70.000.000
• Pendapatan luar usaha
• Komisi penjualan 15.000.000
• Bunga pinjaman 10.000.000
• Laba bersih 95.000.000
• PPh yang dipotong/dipungut pihak lain
• PPh 21 150.000
• PPh 22 impor 2.500.000
• PPh 23 1.500.000
SOAL : Hitung
• Jumlah 4.150.000 PPh 25 untuk tahun
2005
Bagi Wajib Pajak yang Memperoleh
Penghasilan Tidak Teratur

• Penghasilan tidak teratur tidak diperhitungkan dalam


menentukan PPh psl 25
Contoh Penghasilan Tidak Teratur

• Tn Joko (TK/0) melakukan usaha penjualan barang hasil impor


• Laporan Laba Rugi Th 2004 sbb :
• Penjualan 400.000.000
• HPP 300.000.000
• Laba Kotor 100.000.000
• Biaya usaha 70.000.000
• Laba usaha 30.000.000
• Pendapatan luar usaha
• Komisi penjualan 15.000.000
• Bunga pinjaman 10.000.000
• Keuntungan penjualan mobil 5.000.000
• Laba bersih 60.000.000
• PPh yang dipotong/dipungut pihak lain
• PPh 21 150.000
• PPh 22 impor 500.000 SOAL : Hitung
• PPh 23 1.500.000
• Jumlah 2.150.000
PPh 25 untuk tahun
2005
Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib
Pajak Baru
• PPh Pasal 25 dihitung dengan menerapkan tarif
umum Pasal 17 terhadap Penghasilan Kena Pajak
sebulan yang disetahunkan, dibagi 12 (dua belas).
• Penghasilan neto dihitung berdasarkan pembukuan
(dalam hal WP wajib melaksanakan pembukuan)
atau berdasarkan Norma Penghitungan (dalam hal
wajib pajak tidak wajib melaksanakan pembukuan
/melaksanakan pembukuan tetapi tidak diketahui
penghasilan netonya.
• Untuk wajib pajak orang pribadi, penghasilan
netonya dikurangi PTKP terlebih dahulu.
Contoh WP Baru Norma

Tuan Abdullah telah berkeluarga dan memiliki 2 (dua)


anak yang menjadi tanggungannya. Pada tanggal
01 Januari 2005 membuka usaha dagangan eceran
tekstil. Abdullah hanya menyelenggarakan catatan
saja, karena usahanya masih baru. Persentase
Norma Penghitungan 62411 sebesar 20%,
Peredaran Bruto selama bulan Januari 2005
sejumlah Rp. 42.000.000,00.

Pertanyaan : Hitunglah Pajak Penghasilan pasal 25


untuk bulan Januari 2005
Contoh WP baru pembukuan

• Tn Jamal (TK/0) mulai 1 Januari 2005 terdaftar


sebagai wajib pajak dan diberikan NPWP.

Bulan Penjualan Biaya Laba


Januari ’05 30 jt 20 jt 10 jt
Februari ’05 40 jt 35 jt 5 jt
Maret ‘05 50 jt 25 jt 25 jt

SOAL : Hitung PPh 25 untuk tahun 2005


PPh 25 sebelum batas waktu
penyampaian SPT Tahunan

• Sama dengan jumlah angsuran PPh psl 25 bulan


terakhir tahun pajak sebelumnya (Masa
Desember)
Wajib Pajak Orang Pribadi
Pengusaha Tertentu
• WP OPPT adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang
melakukan kegiatan usaha grosir/eceran barang
konsumsi melalui tempat usaha/gerai/outlet yg
tersebar di beberapa lokasi (tdk termasuk
perdagangan kend bermotor & restoran).
• WP yang memiliki beberapa tempat usaha dalam
satu wilayah kerja KPP, harus mendaftarkan
masing-masing tempat usahanya di KPP yang
bersangkutan.
• WP yang memiliki beberapa tempat usaha di lebih
dari 1 wilayah kerja KPP, harus mendaftarkan
setiap tempat usahanya di KPP masing-masing
tempat usaha Wajib Pajak berada.
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU
KEP-171/PJ/2002

WP OP USAHA PERDAGANGAN GROSIR DAN ATAU ECERAN


DENGAN BEBERAPA TEMPAT USAHA (GERAI);
KECUALI PEDAGANG KENDARAAN BERMOTOR & RESTORAN

WAJIB

MENDAFTARKAN NPWP DI :
 KPP DOMISILI (MELIPUTI TEMPAT TINGGAL WP) DAN,
 KPP LOKASI (MELIPUTI TEMPAT USAHA/GERAI;
TIAP GERAI WAJIB MENDAFTARKAN NPWP)

ANGSURAN
PPh PASAL 25
SEBESAR

2 % DARI JML PEREDARAN BRUTO TIAP BULAN;


DIBAYAR ATAS NAMA DAN NPWP MASING MASING TEMPAT USAHA

dilunasi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya


dilaporkan ke KPP Lokasi paling lambat tanggal 20
Angsuran PPh Pasal 25
WP OP Pengusaha Tertentu

JIKA WP TIDAK MENERIMA


PENGHASILAN LAIN YANG MERUPAKAN PELUNASAN
TIDAK DIKENAKAN PPh FINAL

KERUGIAN TAHUN-TAHUN TIDAK DAPAT


SEBELUMNYA DIKOMPENSASIKAN

JIKA WP MENERIMA
PENGHASILAN LAIN YANG KREDIT
MERUPAKAN
TIDAK DIKENAKAN PPh FINAL PAJAK

KERUGIAN TAHUN-TAHUN DAPAT


SEBELUMNYA DIKOMPENSASIKAN
Contoh
• Tn Purnama (K/1) berdomisili di Sukabumi mempunyai usaha pedagangan
eceran Handphone yang berlokasi di Mall Bekasi, Mall Depok dan di Pasar
Anyar Bogor
• Berikut ini peredaran usaha Tn Purnama selama tahun 2005 :
Bulan Bekasi Depok Bogor Bulan Bekasi Depok Bogor
Januari 30 juta 25 juta 10 juta Juli 20 juta 20 juta 5 juta
Februari 40 juta 15 juta 15 juta Agustus 10 juta 10 juta 25 juta
Maret 20 juta 10 juta 25 juta September 10 juta 5 juta 15 juta
April 10 juta 5 juta 30 juta Oktober 5 juta 15 juta 10 juta
Mei 5 juta 10 juta 15 juta November 10 juta 5 juta 5 juta
Juni 10 juta 15 juta 35 juta Desember 5 juta 10 juta 10 juta
Hitung :
• PPh 25 sebagai WP OPPT yg harus dibayar sendiri tahun 2005
PPh 25 WP OPPT menerima penghasilan
lain yang dikenakan PPh yang bersifat
tidak final
• Sebesar perbandingan antara penghasilan lain neto
dengan total penghasilan neto dikalikan besar
angsuran yang terutang berdasarkan SPT Tahunan
tahun sebelumnya
contoh
• Tn Permana (K/1) berdomisili di Sukabumi mempunyai usaha pedagangan
eceran Handphone yang berlokasi di Mall Bekasi dan Mall Depok serta usaha
perbaikan (servis) handphone yang berlokasi di Pasar Anyar Bogor
• Berikut ini penghasilan Tn Permana selama tahun 2005 :

Bekasi Depok Bogor


Peredaran Usaha 500.000.000 300.000.000 200.000.000
Biaya (deductible) 300.000.000 200.000.000 150.000.000
Laba bersih 200.000.000 100.000.000 50.000.000

Hitung :
1. PPh 25 sebagai WP OPPT yg harus dibayar sendiri tahun 2005
2. PPh tahun 2005 yg kurang (lebih) bayar
3. PPh pasal 25 atas penghasilan lain yang dikenakan PPh yang
bersifat tidak final tahun 2006
Nama WP : Tino Domino
Alamat : Jl Enggano No. 2 Tanjung Priok Jakarta Utara
NPWP : 04.567.891.0-042.000
Status : Menikah, mempunyai 3 orang anak
Tino Domino bekerja di PT Lautan Megah sebagai manajer marketing, selain itu
dia juga bekerja sebagai dosen marketing di Universitas “Perjuangan”. Berdasarkan
bukti pemotongan PPh 21 form 1721-A1 yang diberikan pemotong pajak diketahui
PT Lautan Megah Universitas Perjuangan
Penghasilan bruto Rp 120.000.000 Rp 40.000.000
Pengurang penghasilan bruto Rp 2.500.000 Rp 1.296.000
PPh 21 terutang Rp 23.925.000 Rp 1.095.200
PPh 21 yang telah dipotong Rp 23.925.000 Rp 1.095.200
Istri Tino Domino yaitu Tini Remi bekerja sebagai kasir di Swalayan “PT Mikro”
Bukti pemotongan PPh 21 form 1721-A1 yang diberikan pemotong pajak sbb:
Penghasilan bruto Rp 30.000.000
Pengurang penghasilan bruto Rp 1.296.000
PPh 21 terutang Rp 835.200
PPh 21 yang telah dipotong Rp 835.200
Harta dan Penghasilan lainnya :
- Tino Domino memiliki deposito berjangka pada Bank Mandiri sebesar
Rp. 100.000.000 dengan tingkat bunga 9,5% setahun
- Menerima Deviden dari PT. MARUNDA sebesar Rp. 3.000.000 atas penyertaan
3.000 lembar di PT MARUNDA dengan nilai nominal Rp 300.000 / lembar
- Memperoleh warisan dari Alm. Orang tua (Haji Kotong) sebidang tanah berikut
bangunan dengan NJOP Rp160.000.000
- Tino Domino dan Tini Remi tidak pernah membayar zakat

Anda mungkin juga menyukai