Anda di halaman 1dari 39

M. NASRIN A.

HAFID

2/13/2020
 Perawat bertanggung-jawab dalam pemberian
obat-obatan yang aman.
 Perawat wajib membaca buku-buku referensi obat
untuk mendapatkan kejelasan mengenai efek
terapeutik yang yang diharapkan, kontraindikasi,
dosis, efek samping yang mungkin terjadi atau
reaksi yang merugikan dari pengobatan.

2/13/2020
 Dokter bertanggung jawab terhadap
diagnosis dan terapi. Obat harus dipesan
dengan menulis resep. Bila ragu tentang isi
resep atau tidak terbaca, baik oleh perawat
maupun apoteker, penulis resep itu harus
dihubungi untuk penjelasan.

2/13/2020
 Apoteker secara resmi bertanggung jawab atas
pasokan dan distribusi obat. selain itu apoteker
bertanggung jawab atas pembuatan sejumlah besar
produk farmasi seperti larutan antiseptik, dan lain-
lain.
 Peran penting lainnya adalah sebagai narasumber
informasi obat. Apoteker bekerja sebagai konsultan
spesialis untuk profesi kedokteran, dan dapat
memberi nasehat kepada staf keperawatan dan profesi
kesehatan lain mengenai semua aspek penggunaan
obat, dan memberi konsultasi kepada pasien tentang
obatnya bila diminta.
2/13/2020
 Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses
pemberian obat kepada pasien. Perawat yang
bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan
memastikan bahwa obat itu benar.
 Rencana perawatan harus mencangkup rencana
pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian,
pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek
samping, lama kerja, dan program dokter.

2/13/2020
1. Benar Pasien

Sebelum obat diberikan,pastikan identitas pasien


harus diperiksa (gelang identitas) atau ditanyakan
langsung kepada pasien atau keluarganya.. (Bayi
harus selalu diidentifikasi dari gelang
identitasnya).

2/13/2020
2. Benar Obat

 Obat memiliki nama dagang dan nama generik.


Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing
(baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk
menanyakan nama generiknya atau kandungan obat.
 Obat harus selalu dicocokan dengan Rekam medis
terlebih dahulu untuk memastikan kalau obat
tersebut sesuai dengan kebutuhan pasien.
 Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai
dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
2/13/2020
3. Benar Dosis

 Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa


dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi
dengan dokter yang menulis resep atau apoteker
sebelum dilanjutkan ke pasien.
 Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus
memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul
maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul
atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya
berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron
dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial
dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus
tetap hati-hati dan teliti !

2/13/2020
4. Benar Cara Pemberian/ Rute

 Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang


berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute
terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan
fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat
dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral,
topikal, rektal, inhalasi.

2/13/2020
5. Benar Waktu

 Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang


efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau
mempertahankan kadar darah yang memadai.
 Ada obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan,dapat diberi satu
jam sebelum makan.
 Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung
misalnya asam mefenamat.

2/13/2020
6. Benar Dokementasi

 Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan,


dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan.
Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu
tidak dapat diberikan, harus dicatat alasannya dan
dilaporkan.

2/13/2020
Persiapan :
 Cuci tangan sebelum menyiapkan obat
 Periksa riwayat alergi obat
 Periksa perintah pengobatan
 Periksa label tempat obat sebanyak 3 kali
 Periksa tanggal kadaluarsa
 Periksa ulang perhitungan dosis obat dengan perawat lain
 Pastikan kebenaran obat yang bersifat toksik dengan perawat lain atau
ahli Farmasi
 Tuang tablet atau kapsul kedalam tempat obat. Jika dosis obat dalam
unit, buka obat disisi tempat tidur pasien setelah memastikan kebenaran
identifikasi pasien
 Tuang cairan setinggi mata. Miniskus atau lengkung terendah dari cairan
harus berada pada garis dosis yang diminta
 Encerkan obat-obat yang mengiritasi mukosa lambung (kalium, aspirin)
atau berikan bersama-sama dengan makanan
2/13/2020
Pemberian :

 Periksa identitas pasien melalui gelang identifikasi


 Berikan hanya obat yang disiapkan
 Bantu klien mendapatkan posisi yang tepat tergantung
rute pemberian
 Tetaplah bersama klien sampai obat diminum
 Buang jarum dan tabung suntik pada tempat yang benar
 Buang obat kedalam tempat khusus jangan kedalam
tempat sampah

2/13/2020
Pencatatan :
 Laporkan kesalahan obat dengan segera kepada
dokter dan perawat supervisor. Lengkapi laporan
peristiwa
 Masukkan kedalam kolom, catatan obat yang
diberikan, dosis, waktu rute, dan inisial Anda.
 Catat obat segera setelah diberikan, khususnya
dosis
 Laporkan obat-obat yang ditolak dan alasan
penolakan.
 Catat jumlah cairan yang diminum bersama obat
pada kolom intake dan output.

2/13/2020
Yang Tidak Boleh :

 Jangan sampai konsentrasi terpecah sewaktu


menyiapkan obat.
 Jangan memberikan obat yang dikeluarkan oleh orang
lain.
 Jangan mengeluarkan obat dari tempat obat dengan
label yang sulit dibaca, atau yang labelnya sebagian
terlepas atau hilang
 Jangan memindahkan obat dari satu tempat ke tempat
lain

2/13/2020
 Jangan memanggil nama klien sebagai satu-satunya
cara untuk mengidentifikasi
 Jangan memberikan obat yang tanggalnya telah
kadaluwarsa
 Jangan menduga-duga mengenai obat dan dosis obat.
Tanya jika ragu-ragu
 Jangan memakai obat yang telah mengendap, atau
berubah warna, atau berawan.

2/13/2020
 Henti jantung : fibrilasi ventrikel (VF), takikardi
ventrikel tanpa denyut nadi (pulseless VT), asistol,
PEA (Pulseless Electrical Activity)
 bradikardia simtomatis
 hipotensi berat
 anafilaksis, reaksi alergi berat : kombinasi bersama
sejumlah besar cairan, kortikosteroid, antihistamin
Sediaan Ampul 1 ml = 1 mg

2/13/2020
 Terapi Henti Jantung pemberian IV : 1 mg
diberikan/diulang setiap 3 – 5 menit jika diperlukan
 Terapi Hipotensi akut pada kasus Henti Jantung :
pemberian dosis 0,1 – 0,5 mcg/kgbb/mnt.

2/13/2020
 Obat anti arrhythmic yang mempengaruhi irama
detak jantung
 Aritmia ventrikel berulang mengancam nyawa (VF
atau VT dengan hemodinamik tak stabil)

Ampul 3 ml = 150 mg

2/13/2020
Dosis Infus IV : awal 5 mg/kgbb selama 20 menit hingga
2 jam dapat diulangi 2-3 kali/24 jam
Dosis pemeliharaan : 10 -20 mg/kgbb/24jam hingga 1,2
gr/24 jam.

2/13/2020
 Merupakan antikolinergik, yang bekerja menurunkan
tonus vagal dan memperbaiki sistem konduksi
AtrioVentrikuler
 Bradicardia simtomatis
 Obat pilihan kedua untuk asistol atau PEA (setelah
epinefrin/vasopresor)
 Intoksikasi organofosfat(Atropinisasi)
Ampul 1 ml = 0,25 mg

2/13/2020
 Asistol/PEA : 0,5 - 1 mg IV bolus, diulang tiap 3 – 5
menit;
 Bradikardia : 0,5 mg IV tiap 3 – 5 menit; maksimal 3
mg
 Dibutuhkan dosis yang sangat besar untuk
intoksikasi organofosfat

2/13/2020
 obat pilihan kedua untuk bradikardia simtomatis
(setelah atropin)
 hipotensi (TDS 70 – 100 mmHg)
Ampul 5 ml = 200 mg
Dosis Pemberian : 5 – 20 µg/kg/menit, titrasi sampai
respon tercapai

2/13/2020
Dipertimbangkan untuk kasus pump problems(gagal
jantung kongestif, sembab paru/congestive pulmonum)
dengan TDS 70 – 100 mmHg dan tidak ada tanda-tanda
syok
Ampul 10 ml = 250 mg

2/13/2020
 Laju pemberian yang lazim 2 – 20 µg/kg per menit,
titrasi sehingga HR tidak sampai meningkat 10 % dari
baseline
 Untuk penggunaan yang optimal, disarankan
memonitor hemodinamik

2/13/2020
Syok kardiogenik berat dan secara hemodinamik :
hipotensi signifikan (TDS < 70 mmHg) dengan
resistensi perifer keseluruhan rendah
Ampul 4 ml = 4 mg

2/13/2020
 Diberikan hanya melalui jalur IV
 Campurkan 4 mg atau 8 mg noradrenalin ke dalam 50
ml NaCl 0,9%, jangan memasukan pada jalur yang
sama dengan larutan alkalis
 Dibutuhkan dosis yang lebih besar untuk
meningkatkan perfusi yang adekuat pada kasus drug-
induced hypotension
 Meningkatkan oxygen demand miocard, TD dan HR

2/13/2020
 Terapi ajuvan untuk edema paru akut (ALO :Acute
Lung Oedem) pada pasien dengan TDS > 90 mmHg
(tanpa gejala dan tanda syok)
 Hipertensi emergensi
Ampul 2 ml = 20 mg

2/13/2020
 Chest pain dengan Acute Coronary Syndrome (ACS)
yang tak respon dengan nitrat
 Edema paru akut kardiogenik (bila TD adekuat)
Ampul 1 ml = 10 mg

2/13/2020
 Masukkan pelan-pelan dan titrasi sampai tercapai efek
 Bisa menyebabkan depresi napas
 Menyebabkan hipotensi (pada pasien dengan deplesi
volume cairan)
 Antidotum : nalokson (0,4 – 2 mg IV)

2/13/2020
1. Pasien:
a. informasi
b. jalur intravena harus lancar, kalau perlu jalur vena sentral.
c. timbang berat badan atau perkiraan berat badan
2. Alat- alat:
a. syringe pump atau infusion pump
b. infus set mikro (1cc = 60 tetes) atau biasa (1cc = 15 atau 20 tetes),
perbandingan ini biasanya ada dipembungkusnya.
c. syringe 20cc atau 50cc yang sesuai dengan syringe pump.
d. extension tube
e. three way stop cock.

2/13/2020
1. Cairan pelarut:
 NaCl 0,9%
 Dextrose 5%
 aquadest
 cairan kemasan 100cc atau 500cc (NaCl 0,9% atau
dextrose 5%)
2. Obat-obatan:
 lihat kemasan, apa isinya, berapa kadar dan beratnya
 pastikan dengan teman dan dokter yang ada
 pencampuran secara asepsis
 selalu diberi label obat yang tercantum: nama obat,
konsentrasi obat, tanggal pembuatan, siapa yang
membuat, siapa yang memberi perintah
 buat daftar jumlah pemberian berdasarkan bermacam-
macam dosis.
2/13/2020
Tersedia :
1. dopamin (1 ampul berisi 10cc, 20mg/cc,
mengandung 200 mg dopamin),
2. dextrose 5%, NaCl 0,9 %
3. syringe pump,
4. syringe 50cc,
5. extension tubing.
6. Three way

2/13/2020
 Satuan yang digunakan:
miligram (mg).
mikrogram (µg/mcg).
nanogram (g).
1 mg = 1000 µg/mcg = 1000.000 g

 Cara perhitungan:
 buat larutan obat dan tentukan konsentrasi/kadar obat.
 tentukan berat badan pasien.
 mengetahui dosis obat berdasarkan instruksi dokter.
 pastikan satuan dosis pemberian: mcg/kg/menit,
mg/kg/menit, mg/kg/jam, mg/menit atau ml/menit.
 hitung kebutuhan dosis sesuai satuannya.
 hitung jumlah cc/jam atau tetes/menit.
 buat daftar macam-macam dosis sesuai dengan jumlah
pemberian.

2/13/2020
2/13/2020
2/13/2020
1. Larutkan 200 mg dopamin dalam syringe 50cc dengan NaCl
0,9% sampai 50cc, maka konsentrasinya adalah 200mg/50ml
= 4mg/cc = 4000 mcg/cc.
2. Sambungkan dengan extension tube dan pasangkan pada
syringe pump.
3. Flush sampai extension tube berisi larutan dan tidak ada
udara didalamnya.
4. Tentukan dosis pemberiannya 5mcg/kg/menit =
5mcg/kg x 50kg/menit = 250mcg/menit.
5. Karena pemberian dengan syringe pump menggunakan
satuan per jam maka 250mcg/menit = 250 x 60 mcg/jam =
15000mcg/jam.
6. Larutan yang tersedia tiap 1cc = 4000mcg, maka tiap jam
diberikan 15000:4000 = 3,75cc/jam.
2/13/2020
Tersedia :
1. Dopamin 200 mg
2. Klien seorang wanita dengan berat badan
70 kg.
3. NaCl 0,9 % 50 cc
4. Dosis 5 mcg

2/13/2020
TERIMA KASIH

2/13/2020

Anda mungkin juga menyukai