Anda di halaman 1dari 39

 Teori koagulasi

 Jenis-jenis koagulan
 Jar test
 Aplikasi proses koagulasi dalam pengolahan

air
Koagulasi dan flokulasi dirancang untuk
 Menyisihkan agen infeksius

 Menyisihkan senyawa beracun yang telah teradsorpsi ke

permukaan partikel
 Hapus prekursor untuk pembentukan produk sampingan disinfeksi,

dan
 Buatlah air menjadi gurih.
COAGULATION
Definition and Measurement of Colloids
Banyak pencemar dalam air dan air limbah mengandun material
dalam bentuk koloid. Koloid ini menghasilkan SUSPENSION
yang stabil. Umumnya bentuk SUSPENSION ini cukup stabil
sehingga gaya gravitasi tidak dapat menyebabkan
pengendapan dari partikel koloid ini. Oleh karena itu butuh
perlakukan khusus untuk menyisihkan dari fase cair.
DESTABILIZATION dari koloid ini disebut KOAGULATION

Bak pengendapan akan


tidak efektif
mengendapkan polutan
dalam bentuk
The following graphic shows some size characteristics for particulates in water
and wastewater.
Bagi koloid, sifat permukaan mendominasi gaya gravitasi. Sifat permukaan ini
mencegah koloid untuk bergabung dengan koloid lainnya. Penggabungan ini
dapat menghasilkan berat yang cukup untuk mengendap.

Koloid koloid ini umumnya cukup kecil untuk di saring oleh peralatan penyaring
standar. Koloid tidak akan mengendap dan tidak akan tersaring sampai mereka
bergabung menjadi ukuran yang lebih besar

Menghitung konsentrasi Koloid: Luas permukaan mungkin cara yang paling baik
dalam menghitung konsentrasi koloid, namun itu sangat sulit dan perhitungan
Suspended Solids Standar tidak akan bekerja karena koloid lolos ketika disaring
dengan sebagian besar filter.
Cara yang paling bagus adalah dengan nephelometry atau perhitungan dari
asborsi cahaya. Karena ukuran koloid pada panjang gelombang yang sesuai,
mereka akan mengadsorbsi cahaya.
Penyebab dari kestabilan koloid

Kestabilan koloid dapat dipengarui oleh tingkat dari afinitas pelarut dimana
koloid tersebut tersuspensi. Hal ini menghasilkan klasifikasi dari koloid sebagai
berikut.

Klasifikasi Koloid berdasarkan afinitas dari pelarutnya


  1. Hydrophobic ( water-hating):
Koloid ini biasanya bermuatan negatif dan dispersinya distabilkan oleh gaya
tolak menolak elektrostatis. Umumnya, muatan negatif adalah dari sifat asli
fisika/kimia (spt. Clays, metal oxides, sulfides). Koloid ini diklasifikasikan
sebagai tidak stabil secara thermodynamik (thermodynamically unstable)
atau irreversible – yang berarti bahwa jika ada cukup waktu, partikel koloid
akan agregate (bergabung), walaupun sangat lambat.
2. Hydrophilic ( water-loving):
Koloid jenis ini punya afinitas besar dengan pelarutnya (dalam banyak kasus
pelarutnya adalah air). Koloid ini biasanya memiliki muatan kecil (negatif)
tetapi penyebarannya (dispersinya) distabilkan oleh hydration (penarikan
partikel dari air) umumnya koloid ini adalah partikel yang berasal dari
mahluk hidup (contoh, gelatin, patin, protein) partikel ini stabil secara
termodinamik (reversible). Mereka akan bereaksi secara spontan membentuk
koloid dalam air. Mereka sebenarnya terlarut, tetapi karena ukurannya yang
besar, membuat mereka seperti koloid.

Di dalam air dan air limbah, fokus utama pembahasan adalah koloid
hydrophobic , sehingga kita mencoba untuk meningkatkan kinetik / kecepatan
agregation/penggabungan untuk membuat proses pengolahan air/air limbah
yang efektif. Sebagai catatan, bahwa koloid yang kita tangani bukanlah
hydrophobic sempurna, karena mereka biasanya punya satu lapisan air yang
menempel pada permukaannya. Sehingga, kestabilan koloid hydrophobic
utamanya dikarenakan muatan permukaan (disebuat muatan primer – primary
charge), tetapi banyak solvation (partikel yang terlarut) juga terlibat .
Beberapa sumber dari muatan permukaan utama pada koloid
Adsorpsi dari ion ion yang menentukan muatan - Adsorption of potential
determining ions.

Ini melibatkan kecenderungan adsorpsi dari tipe tertentu dari ion pada
permukaan koloid. Adsropsi ini biasanya ikatan van derWaals atau ikatan
hidrogen. Contohnya, surfactant pada permukaan clay, humic acid pada
silica, OH- pada banyak mineral. Muatannya merupakan fungsi dari
konsentrasi dan tipe dari ion dalam larutan.
2. Lattice imperfections or isomorphic replacement.
Hal ini sangat biasa terjadi pada mineral mineral sejenis clay. Contohnya,
penggantian isomorphic Al3+ terhadap Si4+ seperti gambar berikut:
3. Ionogenic groups at surface.
Group – groups yang permukaannya dapat terionisasi seperti carboxyl,
amino, hydroxyl, sulfonic, dll. Muatannya ini biasanya tergantung pada
pH.
ELECTRICAL DOUBLE LAYER (EDL):

Jika kita tempatkan partikel bermuatan dalam suspension yang ada ion ionnya,
maka muatan utama akan menarik ion ion yang bermuatan berlawanan dengan
gaya elektrostatic.
Muatan utama ini tidak dapat menarik jumlah yang sama dari muatannya
karena gradient muatan yang berlawanan yang terbentuk yang menyebabkan
tolakan ion menjauh dari permukaan

Pembentukan lapisan double elektron -the electrical double layer (EDL) – yang
terjadi melalui penarikan dari ion ion yang bermuatan berlawanan oleh muatan
permukaan utama dan lalu difusi dari ion berlawanan menjaduh dari
permukaan. Ion yang berlawanan tersebut dapat bergerak (mobileP sedangkan
muatan utama tidak. Pembentukan EDL secara skematis ditunjukkan sebagaia
berikut:
Sebagai hasil dari EDL, ada jaringan tarikan dan tolakan elektrostatik yang
dikembangkan antara koloid. Gaya jaringan ini ditunjukkan sebagai berikut:

-Semakin jauh jarak antara


koloid, semakin kecil gaya tolak
karena zeta potensial

- Semakin jauh jarak antara


kolid, semakin kecil gaya tarik
akibat gaya van der Waals
Hasil akhir dari gaya gaya yang bekerja adalah akibat dari:
1. Energi potensial tarikan (terutama gaya van der Waals) Va,.
Gaya ini sangat kuat pada jarak yang pendek

Va �1
r6
2. Energi potensial tolakan (gaya elektrostatic), Vr (oleh hukum
Coulomb)

VR � 1
r 2
Kecepatan penggabungan dari koloid koloid tergantung pada
gaya akhir jaringan – the net resultant force- antar koloid.

Semakin tinggi the net repulsive force, semakin kurang efektif


terjadinya koagulasi.

Tujuan utama dari koagulasi adalah mengurani the net repulsive


force.

Untuk mendiskusikan tersebut, pertama harus dilihat cara


mengukur the EDL lewat Zeta Potential and Electrophoretic
mobility.
Jika koloid ditempatkan pada bidang listrik, mereka (koloid) akan
bermigrasi (bergerak) umumnya menuju ke elektrode positif dari
bidang listrik tersebut. Mereka bergerak ke arah tersebut, karena
bagian dalam dari koloid (bermuatan lebih besar dibanding koloid
secara keseluruhan) akan merespond ke bidang tersebut dan
meninggalkan lapisan diffuse terluar di belakangnya.

EDL sebenarnya memotong bidang dan potensial (voltage ) dari


EDL saat memotong bidang tersebut disebut the Zeta Potential,

The EDL actually shears at a plane and the potential (voltage) of
the EDL at this shear plane is called the Zeta Potential, 
Zeta Potential mewakili muatan jaringan antara muatan primer dan
muatan yang berlawanan dalam EDL yang terletak antaran permukaan
dan bidang gesernya.
Dengan muatan inilah koloid berinteraksi dengan koloid lainnya.

Electrophoretic mobility (EM) digunakan untuk menghitung potensial ini.


Kecepatan koloid dihutung melalui pengamatan microscopic saat
kehadiran bidang listrik dan setelah terbentungnya kesetimbangan gaya
pada koloid.
Dapat di tulis sebagai berikut:
EM =  e

4pm
e=dielectric constant – Konstanta dielektrik
m = viscosity of surrounding fluid. – viscositas dari cairan

EM adalah kecepatan pergerakan koloid dibagi dengan gradient voltase.


Umumnya diukur dalam cm/sec per volts/cm.
Sebagai catatan, tidaka ada cara untuk mengetahui pada zeta
potensial ZP berapa seharusnya untuk mendapatkan koagulasi
yang efektif, namun umumnya ZP yang rendah mengindikasikan
koagulasi yang lebih efektif.
Penyisihan Koloid Hydrophobic dari fase cair

Penyisihan koloid hydrophobic dalam pengolahan air dan air limbah meliputi
dua tahap:

1. Destabilization (or Coagulation) - mengurangi – menurunkan gaya gaya


yang mempertahankan partikel terpisah dengan yang lain, artinya
menurunkan repulsion forces (gaya tolak menolak)

2. Flocculation – proses yang menjembatani partikel partikel koloid yang


sudah destabilized untuk mengijinkan mereka bergabung menjadi ukuran
yang lebih besar dan dapat disisihkan – diendapkan melalui gravitasi.

Setelah koagulasi dan flokulasi, pengendapan secara grafitasi dan kadang


penyaringan – filtrasi diterapkan untuk menyisihkan koloid koloid yang sudah
terflokulasi.
Methods to Destabilize Colloids ( Coagulation Processes):

1.Double layer compression

2.Adsorption and Charge Neutralization

3.Adsorption and Interparticle bridging

4.Enmeshment in a precipitate (sweep floc)


Metode metode untuk me-nidak- stabilkan koloid (proses
Koagulasi) :

1. Double layer compression: ini dapat dilakukan dengan penambahan elektrolit umum
– indifferent elctrolyte (ion ion yang bermuatan dengan tidak ada kecenderungan
tarikan pada permukaan utama) penambahan indifferent electrolye meningkatkan
kekuatan ion dari larutan yang mempunyai efek dari compressing the EDL. Selama
counterions (ion ion yang berlawanan) ditekan semakin dekat ke permukaan, gaya
gaya tolakan menjadi lebih mudah untuk di abaikan – ditiadakan oleh gaya van der
Waals
Muatan dari indifferent electrolyte yang ditambahkan tersebut penting
sesuai dengan hukum Schulze-Hardy yang menyatakan bahwa dosis
bagi koagulasi yang efektif sebanding (logratithmically) dengan
muatannya (electrolyte tersebut). Sebagai contoh, konsentrasi yang
dibutuhkan untuk koagulasi yang efektif oleh Na+, Ca2+ dan Al3+ akan
bervariasi dalam rasio 1:10-2:10-3 . Artinya Al3+ adalah yang paling
efektif.

Pada tipe ini, koagulasi tidak bisa mendapatkan overdosing


(sebagaimana nanti akan dijelaskan jenis koagulasi lainnya. Tidak ada
hubungan antara konsentrasi koloid dengan dosis optimum dari
koagulan. Jumlah indifferent electrolyte yang sama dibutuhkan bagi
konsentrasi koloid rendah dan tinggi. Ini berarti koagulasi tidak terlalu
efektif dalam pengolahan air ataupun air limbah.
2. Adsorption and Charge Neutralization: Jika counterions yang
bermuatan (+) punya spesifik affinitas bagi permukaan dari koloid (not
merely electrostatic attraction) lalu adsorpsi dari counterion akan
mengurangi muatan utama dari koloid. Ini akan mengurangi net
potential {r}, pada nilai r apapun akan membuat gaya tarik menarik
lebih efekti. Dan ZP sangat mungkin menurun juga.
Karakteristik Koagulasi melalui Adsorpstion / Neutralization - Characteristics of
Adsorption/Neutralization:

1. Destabilisasi pada konsentrasi yang lebih rendah dibanding indifferent electrolytes

2. Destabilisasi adalah fungsi dari adsorptiviti ion. Adsorptivity adalah fungsi dari
ukuran ion yang berlawanan – counter-ion. Ion ion yang lebih besar tidak dihidrasi
(not hydrated- secara mudah dibanding ion ion yang lebih kecil, sehingga mereka
lebih mudah teradsorbsi pada traikan pelarut/ioon yang lebih rendah
konsentrasinya. (contoh aktif permukaannya lebih)

3. Molekul molekul yang terpolimerisasi lebih mudah teradsorbsi dari pada molekul
yang tidak terpolemirisasi – terkait dengan point 2

4. Adsropsi dapat menghasilkan overdosing dengan muatan permukaan - Adsorption


can result in overdosing with subsequent surface charge reversal.

5. Dosis optimal dari coagulan sebanding dengan konsentrasi colloid – ada


keseimbangan stoichiometri pada proses koagulasi
3. Adsorption and Interparticle bridging:

Untuk kasus polymers, metal salt atau senyawa organik sintetis, khususnya
adsorbsi pada permukaan, sering terjadi pada muatan netral. (reaction 1
below), namun seterusnya, bagian bagian lain dari polimer teradsrob pada
koloid lainnya. Ini membentuk jembatan polimer (polymer bridge) seperti
gambar berikut ini. Menggunakan difinisi yang didiskusikan di atas, reaksi
satu mewakili coagulasi dan reaksi dua mewakili flocculasi. Ada
stoichimetri dari coagulasi (dosage dari koagulan sebanding dengan
konsentrasi koloid)
Mekanisme adsorpsi adalah unik (biasanya ikatan kimia), itu mungkin untuk
meng-adsrob polimer yang bermuatan negatif atau netral pada permukaan
koloid yang biasanya bermuatan negatif.
Overdosing sangat mungkin terjadi. Prinsipnya, polimer meng-cover (menutupi)
koloid koloid tanpa menjembatani (menghubungkan dengan koloid yang lain.
Seperti pada gambar berikut:
4. Enmeshment in a precipitate (sweep floc):

Jika metal salts, seperti Al2(SO4)3 , FeCl3 ditambahkan pada jumlah yang cukup
sampai melebihi dari kelarutan produk dari metal hydroxide, oxide atau kadang
carbonates, sweep floc akan terbentuk. Koloid akan terjerat – enmeshed –
dalam sweep floc yang sedang mengendap dan sehingga tersisihkan dari
cairan
Karena koloid dapat menjadi pusat “nukleus” – nucleation site
bagi pengendapan AL atau Fe oxide, hubungan antara dosis
koagulan (Al atau Fe) yang optimun dengan konsentrasi Koloid
sering bolak balik – inverse. Itu sangat mungkin bahwa
mekanisme netralisasi muatan dan penggabungan polimer -
polymer bridging- terjadi secara simultan. Ada bukti bahwa
berubahnya muatan ini picu oleh kehadiran SO42-.

Hal ini disebabkan karena SO42- disdsorbsi pada permukaan


primer yang muatannya dapat berubah shg muantan berubah
menjadi negatif lagi.
Metal salt chemistry as it relates to coagulation. -

Koagulan yang sering digunakan adalah Al dan Fe Sulfate. Kerja


koagulan ini tergantung pada pH.
Oleh karena itu, sifat kimia dari logam logam ini dalam air harus
dipahami terlebih dahulu. Keduanya, Fe dan Al adalah logam
yang meng-hidrolysis. Ketika dilarutkan mereka –mendorong- H+
keluar dari kulit hidrasi utama (the primary hydration shell).
Mekanisme ini tergantung pada nilai pH.
Contoh Al yang dilarutkan dalam air

3+ 2+ +
Al(H 2O) 6 � Al(OH)(H 2O)5 + H
+ + 0 +
� Al(OH) 2 (H 2O) 4 + H � Al(OH) 3 (H 2O) 3 + H

Monomer tersebut bisa berkominasi membentuk polymers seperti


Al3O4(OH)247+ or Al3(OH)45+

H+, terdorong ke luar


Reaksi yang mirip terjadi pada Fe. Kedua mekanismenya, Fe dan
Al sangat tergantung pada pH. Grafik berikut menunjukkan ke-
khususan- sifat Al dan Fe pada variasi pH.
Umumnya, semakin rndah pH semakin tinggi muatan positif Al
dan Fe. Juga, semakin tinggi pH semakin besar dominasinya, dan
semakin besar kecenderungan membentuk polimer. Ini
mempengaruhi secara significant, bagaimana koagulan akan
bekerja.
Contohnya, pada pH rendah (muatan positif Al dan Fe akan
tinggi), maka mekanisme koagulasi adalah pengurangan muatan
utama. Tetapi karena ada muatan yang lebih tinggi dari Al dan Fe,
akan ada kemungkinan overdosing dan akan menghasilkan
muatan yang kembali (kembali asal).

Pada pH lebih tinggi, maka semakin banyak Al dan Fe yang


membentu polymer, tetapi muatan Al dan Fe menurun. Sehingga,
pad apH yang lebih tinggi akan memperoleh adsorpsi yang
berlebihdan menjembatani dan lalu akhirnya membentuk seep floc
(jika konsentrasi jenuhnya tercapai)

Polimer sintetik tidak tergantung pH dan mekanisme dari


koagulasi terutama adalah adsorpsi dan bridging.
Strategi penambahan dosis koagulan - Dosing Strategies
(for hydrolyzing metal salts)

Pembagian Zone bagi dosis yang efektif

Zone 1: Dosis rendah, koagulan yang ditambahkan sedikit untuk


menghasilkan destabilisasi

Zone 2: Dosis cukup untuk menghasilkan destabilisasi yang cepat


dan efisien

Zone 3: Dosis cukup tinggi untuk menyebabkan re-stabilisasi


(muatan kembali ke awal atau polimer melipat kembali – foldback)
\Zone 4: Dosis cukup tinggi untuk menghasilkan sweep floc yang
menjadikan destabilization efektif
Dosis yang diThe dosages which result in these zones depends
on the colloid concentration, often measured in terms of surface
area . Let’s look at 4 different values for S and see how the
zones develop. S1 < S2 < S3 <S4.

Anda mungkin juga menyukai