Anda di halaman 1dari 11

KESINAMBUNGAN HASIL BUDAYA

MANUSIA PURBA DAN MANUSIA


MODERN
TRADISI GERABAH

 Tradisi gerabah telah berkembang sejak


ratusan ribu tahun yang lalu, yaitu pada akhir
zaman mesolitikum dan pada awal zaman
neolitikum.
 Ternyata di Indonesia saat ini, masih banyak
kita dapati tempat-tempat pembuatan
gerabah, seperti :
TRADISI GERABAH

Gerabah Tatap Pelandas


 C. Kruyt dan Van Heekeren
mencatat pembuatan gerabah
dengan teknologi tatap pelandas
masih tetap digunakan oleh
orang-orang Toraja di Sulawesi
sampai sekarang. Semua proses
pembuatan masih dilakukan
dengan cara-cara tradisional,
yaitu dengan menggunakan
tangan. Bentuk-bentuk olahan
juga masih sangat bergantung
pada keterampilan tangan
pembuatnya.
TRADISI GERABAH

Gerabah Tatap Pelandas dgn


Roda
 Di Pulau Jawa, daerah seperti
Tuban, Bantul, Gunung Tangkil
Bogor, dan desa Ajun, smapai
sekarang masih banyak dijumpai
pembuatan gerabah dengan
teknik yang sama, tetapi sudah
lebih maju karena telah
dilengkapi dengan roda
pemutar.
 Di wilayah Garut (Jawa Barat),
seperti Desa Cangkuang,
pembuatan gerabah masih
menggunakan tangan, bukan
teknik tatap pelandas dan roda
pemutar.
TRADISI GERABAH

Pembuat Gerabah
 Van Heekeren dan RP Soejono juga
menemukan cara-cara pembuatan
gerabah yang sama di Desa Beru,
wilayah Soppeng, Sulawesi Selatan.
 Khusus di tempat ini, kegiatan
pembuatan gerabah selalu
dilakukan oleh perempuan dan
hal itu ternyata merupakan
keterampilan yang diperoleh
secra turun temurun. Sejak masa
praaksara, peran perempuan
memang menonjol dalam
pembuatan gerabah, terutama
pada masa perundagian ketika
masyarakata telah mengenal
pembagian kerja.
TRADISI MEGALITIK DAN SISTEM
KEPERCAYAAN
 Contoh yang paling nyata adalah masih
bertahan dan dihayatinya kebudayaan
megalitik di beberapa daerah di Indonesia,
yang secara material berwujud bangunan-
bangunan besar dari batu yang memiliki
makna spiritual bagi masyarakat
pendukungnya.
TRADISI MEGALITIK DAN SISTEM
KEPERCAYAAN
Suku Bena
 Suku Bena disebuah  Bangunan rumah adat ini
perkampungan adat di Flores berjajar rapi membujur dari
contoh tradisis megalitik yang utara ke selatan, ditengah-
masih bertahan hingga kini. tengah perkampungan
 Banyak bangunan megalitik terdapat sebuah bangunan
berdaa di puncak bukit, diyakini megalitik yang disakralkan.
bahwa ditempat-tempat yang
tinggi tersebut berdiam arwah  Selain itu, mereka masih
nenek moyang. mempraktikkan ritual khusus
 Kampung yang memiliki sekitar yang berkaitan dengan
45 rumah adat ini setiap tahun upacara kelahiran,
melakukan ritual khusus perkawinan, dan kematian,
pemujaan arwah leluhur dan serta mempersembahkan
untuk mengenang kejayaan binatang, seperti kerbau
mereka. ataupun babi sebagai kurban.
TRADISI MEGALITIK DAN SISTEM
KEPERCAYAAN
Waingapu, Sumba Timur (NTT)
 Di sana terdapat situs megalitik
tertua di Sumba. Sebagian
masyarakatnya masih
menganut kepercayaan
animisme marapu, dengan
sejumlah ritual pemujaan
terhadap roh nenek moyang, di
tengah-tengah perkapungan
yang memiliki 57 rumah adat
ini, terdapat sejumlah kuburan
tua yang berbentuk sarkofagus
dan masih terpelihara dengan
baik sampai sekarang.
TRADISI MEGALITIK DAN SISTEM
KEPERCAYAAN
Bawamataluo, Nias
 Bawamataluo adalah kata
bahasa Nias yang berarti
‘matahari terbiat’. Terdapat
sebuah bukit yang juga memiliki
sejumlah rumah adat.
 Ditengah-tengahnya terdapat
bangunan megalitik yang
digunakan untuk kegiatan ritual
lompat batu (dalam bahasa Nias
hombo batu atau fahombo )
 Ritual ini bagi orang Nias
merupakan bagian dari proses
inisiasi, yaitu tanda masuknya
seorang anak laki-laki ke
komunitas orang-orang dewasa.
TRADISI PENGUBURAN
 Setiap peristiwa kematian dilakukan
upacara tertentu. Upacara itu
 Tradisi penguburan pertama dimaksudkan untuk memuluskan
ditemukan adalah ketika perjalanan orang yang sudah
manusia masa praaksara meninggal ke alam arwah.
menguburkan orang-orang yang  Penguburan yang yang dilakukan di
telah meninggal itu di dalam dalam gua-gua umumnya
gua-gua. memperlihatkan posisi si mati dalam
 Pemilihan tempat yang gelap keadaan terlipat. Menurut para
seperti gua, menyimbolkan arkeolog, posisi ini mirip dengan
ketakutan mereka terhadap posisi seorang bayi ketika masih
adanya kekuatan yang bersifat berada dalam kandungan.
supranatural.  Dengan demikian bermakna simbolis;
 Selain itu, mereka juga memiliki melambangkan sebuah proses
konsep tertentu tentang kelahiran kembali menuju sebuah
kematian, yaitu sebagai masa kehidupanyang baru.
transisi yang harus dilalui  Praktik dan keyakinan seperti ini
manusia sebelum menuju ke terus berkembang pada masa
alam arwah. Holosen, yang dibuktikan dengan
banayaknya penemuan kerangka
manusia di daerah Kalimantan.

Anda mungkin juga menyukai