NAMA ANGGOTA : 1. SEBRINA AYU ASCARDIA 2. SHELLA DESTIANI 3. SHERLEY ARMAVILIA 4. SUHERLEN 5. THORIQ AGUNG SANTOSO 6. YUNITA E. Keseimbangan Hasil Budaya Manusia Praaksara dan Manusia Modern Tradisi Gerabah Tradisi Penguburan
Tradisi Megalitik Tradisi Bercocok Tanam
1. Tradisi Gerabah Tradisi Gerabah tercatat dalam sejarah telah berkembang sejak ratusan ribu tahun yang lalu yaitu pada masa akhir zaman Mesolitikum dan pada masa awal berkembangnya zaman Neolitikum. C. Kruyt dan Van Heekeren mencatat pembuatan gerabah dengan teknologi tetap pelandas masih tetap digunakan oleh orang – orang sampai Toraja di Sulawesi sampai sekarang. Proses pembuatannya masih dengan cara – cara tradisional, yaitu dengan menggunakan tangan. Di Pulau Jawa, seperti di Tuban, Bantul, Gunung Tangkil dekat kota Bogor, dan Desa Ajun dekat kota Pamanukan masih banyak pembuatan gerabah dengan teknik yang sama, tetapi sudah maju karena sudah dilengkapi roda pemutar. Di wilayah Garut (Jawa Barat) seperti di Desa Cangkuang, pembuatan gerabah masih menggunakan tangan. Van Heekeren dan RP Soejono juga menemukan cara – cara pembuatan gerabah yang sama di Desa Beru, wilayah Soppeng Sulawesi Selatan. Khusus di tempat ini, kegiatan pembuatan gerabah selalu dilakukan oleh perempuan dan hal itu ternyata merupakan keterampilan yang diperoleh secara turun – temurun. Cara Pembuatan Gerabah Cara Pembuatan Gerabah Menggunakan Tangan. Menggunakan Roda Pemutar 2. Tradisi megalitik dan sistem kepercayaan
Tradisi megalitik (juga dikenal sebagai
"kebudayaan megalitikum") adalah Sistem kepercayaan adalah sistem bentuk-bentuk praktik kebudayaan yang yang meliputi keyakinan, akidah, dicirikan oleh pelibatan monumen atau keimanan, dan harapan/keyakinan struktur yang tersusun dari batu-batu akan kejujuran dan kebaikan. besar (megalit) sebagai penciri utamanya. Tempat yang masih kental pengaruh kehidupan megalitiknya adalah Waingapu, Sumba Timur (NTT). Di sana terdapat situs megalitik tertua di Sumba. Sebagian masyarakatnya masih menganut kepercayaan animisme marapu, dengan sejumlah ritual pemujaan terhadap roh nenek moyang. Di tengah tengah perkampungan ysng memiliki 57 rumah Di Bawamataluo, Nias, (“bawamatulo” adat ini terdapat sejumlah kuburan tua adalah Nias yang memiliki matahari terbit) yang berbentuk sarkofagus dan masih terdapat sebuah bukit yang juga memiliki terpelihara dengan baik sampai sejumlah rumah adat. Di tengah – sekarang. tengahnya terdapat bangunan megalitik yang digunakan untuk kegiatan ritual lompat batu (dalam bahasa Nias hombo atau fahombo). Ritual ini bagi orang Nias merupakan bagian dari proses inisiasi, yaitu tanda masuknya seorang anak laki – laki ke komunitas orang – orang dewasa.