0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
32 tayangan8 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Indonesia. PBB didasarkan pada UU No. 12 tahun 1985 dan 1994, dengan asas kemudahan, kepastian hukum, keadilan, dan menghindari pajak berganda. Wajib pajak menggunakan Surat Pemberitahuan Objek Pajak untuk melaporkan data kepemilikan, dan menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang dari direktorat pajak untuk pajak
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Indonesia. PBB didasarkan pada UU No. 12 tahun 1985 dan 1994, dengan asas kemudahan, kepastian hukum, keadilan, dan menghindari pajak berganda. Wajib pajak menggunakan Surat Pemberitahuan Objek Pajak untuk melaporkan data kepemilikan, dan menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang dari direktorat pajak untuk pajak
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Indonesia. PBB didasarkan pada UU No. 12 tahun 1985 dan 1994, dengan asas kemudahan, kepastian hukum, keadilan, dan menghindari pajak berganda. Wajib pajak menggunakan Surat Pemberitahuan Objek Pajak untuk melaporkan data kepemilikan, dan menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang dari direktorat pajak untuk pajak
Dasar hukum : : UU no 12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No.12 tahun 1994. Asas : Asas Pajak Bumi dan Bangunan : 1. Memberikan kemudahan dan kesederhanaan. 2. Adanya kepastian hukum. 3. Mudah dimengerti dan adil 4. Menghindari pajak berganda Surat Pemberitahuan Objek pajak (SPOP) adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data objek menurut ketentuan UU PBB. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) adalah surat yang digunakan oleh direktorat jendral pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutang kepada wajib pajak. Direktorat jendral pajak menerbitkan SPPT berdasarkan SPOP Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata- rata yang diperoleh dari transaksi jual-beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual-beli, nilai jual objek pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis atau nilai perolehan baru atau nilai jual objek pajak pengganti. Besarnya Nilai jual objek pajak tidak kena pajak (NJOPTKP) ditetapkan untuk masing-masing kabupaten/kota dengan besar setinggi – tingginya RP.12.000.000 untuk setiap wajib pajak. Apabila seorang wajib pajak mempunyai beberapa objek pajak, yang diberikan NJOPTKP hanya salah satu objek pajak yang nilainya terbesar, sedangkan objek pajak lainnya tetap dikenakan secara penuh tanpa dikurangi NJOPTKP. Contoh : 1. Seorang wajib pajak mempunyai objek pajak berupa bumi dengan niali Rp. 4.000.000 dan besarnya NJOPTKP untuk objek pajak wilayah tersebut adalah Rp.6.000.000. Karena NJOP berada dibawah batas NJOPTKP (Rp.6.000.000) , maka objek pajak tersebut difak dikenakan pajak bumi dan bangunan. 2. Seorang wajib pajak mempunyai objek pajak berupa bumi dan bangunan di desa A dan desa B dengan nilai sebagai berikut : Desa A : NJOP bumi Rp.13.000.000 NJOP bangunan Rp. 9.000.000 Desa B : NJOP Bumi Rp. 8.000.000 NJOP bangunan Rp.10.000.000 NJOPTKP untuk objek pajak wilayah tersebut adalah Rp.10.000.000 Jawab : NJOP bumi Rp.13.000.000 NJOP bangunan RP. 9.000.000 NJOP sebagai dasar pengenaan PBB Rp.22.000.000 NJOPTKP Rp.10.000.000 NJOP untuk penghitungan PBB Rp.12.000.000 2. Seorang wajib pajak mempunyai objek pajak berupa bumi dan bangunan di desa A dan desa B dengan nilai sebagai berikut : Desa A : NJOP bumi Rp.13.000.000 NJOP bangunan Rp. 9.000.000 Desa B : NJOP Bumi Rp. 8.000.000 NJOP bangunan Rp.10.000.000 NJOPTKP untuk objek pajak wilayah tersebut adalah Rp.10.000.000 Jawab : Desa A NJOP bumi Rp.13.000.000 NJOP bangunan RP. 9.000.000 NJOP sebagai dasar pengenaan PBB Rp.22.000.000 NJOPTKP Rp.10.000.000 NJOP untuk penghitungan PBB Rp.12.000.000 Desa B : NJOP untuk penghitungan PBB : NJOP bumi Rp. 8.000.000 NJOP bangunan Rp.10.000.000 NJOP sebagai dasar pengenaan PBB Rp.18.000.000 NJOPTKP Rp. 0 NJOP untuk penghitungan PBB Rp.18.000.000 Tarif Pajak : tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah 0,5% Pajak Bumi dan Bangunan = Tarif Pajak x NJKP = 0,5% x (persentase NJKP x (NJOP – NJOPTKP)) Contoh : Wajib pajak A mempunyai sebidang tanah dan bangunannya yang NJOP-nya Rp.20.000.000 dan NJOPTKP untuk daerah tersebut Rp.12.000.000, maka besarnya pajak yang terutang : = 0,5% X 20% X (Rp.20.000.000 – Rp.12.000.000) = Rp.8.000 SISTEM PENGENAAN PBB WAJIB PAJAK SPOP SPPT
SPOP TIDAK BENAR SPOP TIDAK DIKEMBALIKAN
SKP
Selisih pajak terutang + Pokok pajak + denda administrasi
Denda administrasi 25% dari pokok pajak 25% dari selisih SPOP hanya diberikan dalam hal : 1. Objek pajak belum terdaftar/ data belum lengkap 2. Objek pajak telah terdaftar tetapi data belum lengkap 3. NJOP berubah/ pertumbuhan ekonomi 4. Objek pajak dimutasikan/ laporan dari instansi yang berkaitan langsung dengan objek pajak. Catatan : Pajak yang terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang bayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2% sebulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 bulan Contoh : SPPT tahun pajak 2010 diterima oleh wajib pajak pada tanggal 1 Maret 2010 dengan pajak yang terutang sebesar Rp.500.000. Oleh wajib pajak baru dibayar pada tanggal 1 September 2010. Maka terhadap wajib pajak tersebut dikenakan denda administrasi sebesar 2% yakni : 2% x Rp.500.000 = Rp.10.000 Pajak terutang yang harus dibayar pada tanggal 1 September 2010 adalah : pokok pajak + denda adminstrasi = Rp.500.000 + Rp.10.000 = Rp.510.000 Sanksi bagi wajib pajak 1. Sanksi adminstrasi 2. Sanksi Pidana