Anda di halaman 1dari 37

Depth and Pressure Measurements

Disusun Oleh Kelompok 2:


Anwan Rahmat A (175080600111019)
Daniel Ananggadipa (175080600111021)
Robby Rafii R (175080600111026)
M Iqbal Atthariq (175080600111030)
Calvin Arauna Purba (175080600111036)
Laurentius Klemens J (175080600111039)
Fatimah (175080601111004)
Farida Mustika W (175080601111006)
Depth And Pressure Measurements
• Jaman dulu pengukuran
kedalaman dan tekanan
menggunakan pengukuran
secara langsung
• Alat yang digunakan : bourdon
tube (pengukur tekanan)
• Alat ini mengukur perubahan
resistensi listrik dalam
tekanan mekanis

M Iqbal Atthariq
Depth And Pressure Measurements
• Pada masa sekarang sudah menggunakan teknologi, missal
CTD
• Salah satu contoh Depth And Pressure Measurements
Instrument adalah quartz crystal
• Biasanya bergabung dengan CTD
• Berfungsi mengukur kedalaman dan tekanan
• Tekanan dan kedalaman memiliki hubungan hidrostatik
• Selain itu juga menggunakan XBT
• tidak mengukur kedalaman secara langsung namun dihitung
lama jatuhnya dengan menggunakan asumsi constant fall rate
• Keakuratan rendah karena lama jatuhnya dapat dipengaruhi
oleh struktur topografi bawah laut.
M Iqbal Atthariq
Water Property Measurements (Temperature, Salinity,
Density, And Tracers)
Water-Sampling Bottles
• Masa lalu menggunakan ember
• Masa sekarang menggunakan botol Nansen dan
Rosette sampler

M Iqbal Atthariq
Temperature Measurements/ Pengukuran Suhu

• Konsep dari suhu dan panas telah didiskusikan di section sebelumnya yang juga
menyinggung cara pengukurannya. Pada bagian ini kita mendeskripsikan metode
thermometry dengan detail yang sangat bagus.
• Pengukuran in situ dilakukan menggunakan thermistors dengan akurasi dan presisi
yang berbeda beda. Sejak zaman dahulu, hal tersebut dilakukan dengan menggunakan
thermometer merkuri/ raksa.
• Saat ini pengukuran suhu sebagian besar dilakukan dengan menggunakan satelit,
tepatnya dengan radiometri.

Daniel Ananggadipa
Daniel Gabriel Fahrenheit

Dia menemukan termometer air raksa (praktis pertama,


termometer akurat) dan skala Fahrenheit (skala suhu
standar pertama yang digunakan secara luas).

Daniel Ananggadipa
Sea-Surface Temperature (SST)

SST di kapal penelitian diukur dengan :


1. Intake air yang ada di mesin
2. Garis intake khusus air
3. Sampel air laut permukaan dikumpulkan di ember atau botol Niskin
4. Termistor dipasang di probe seperti XBT atau CTD

Daniel Ananggadipa
Sea-Surface Temperature (SST)
• SST yang ada di buoy diukur dengan menggunakan thermistors. Satelit mengukur SST menggunakan
infrared atau radiometry microwave. Metode ini di deskripsikan dari cara yang paling tradisional hingga
yang modern.
• Cara yang paling tradisional untuk mengukur suhu adalah dari ember sampel. Sebelum digunakannya
digital thermometer untuk pengukuran suhu, biasanya pengukuran dilakukan dengan menggunakan
termometer merkuri/ raksa dan juga menutupi ember sample tersebut dari sinar matahari.
• Untuk kapal bertenaga yang bergerak lebih cepat, ember sampler spesial memiliki bukaan kecil untuk
mengurangi tegangan pada tali dari ember tersebut ketika mengambil sample. Termometer biasanya
terpasang di ember ini. Pengukuran SST dengan cara ini memiliki akurasi yang kurang tepat.

Daniel Ananggadipa
Sea-Surface Temperature (SST)
• Sampel dari ember untuk pengukuran SST sebagian besar telah digantikan oleh pengukuran "suhu injeksi"
pada intake air pendingin mesin. Pergeseran dalam pengukuran ini dimulai pada 1940-an dan berlanjut
hingga 1950-an. Pada awal 1950-an, hampir semua pengukuran SST dibuat dengan cara ini.
• SST juga biasanya diukur di kapal dengan menggunakan thermosalinograph yang mengukur properti dari
air yang terkumpul melalui sebuah masukan yang ada di lambung kapal. Masukan ini biasana terletak
didekat haluan kapal. Masukan ini biasanya terletak beberapa meter dibawah permukaan air.

Daniel Ananggadipa
Thermosalinograph

Daniel Ananggadipa
• Pengukuran SST telat terevolusionisasi dengan adanya bantuan satelit dan penginderaan jarak jauh
menggunakan sensor thermal infrared dengan resolusi 1 km dan sensor microwave passive dengan resolusi
25 km tetapi sensor ini bisa menembus awan.
• Kebanyakan pengukuran in situ SST dengan satelit dilakukan pada 0.5 hingga 1.5m dibawah permukaan
dengan buoy dan hingga 5m jika menggunakan kapal. Aircraft/ pesawat juga digunakan untuk mengukur
SST dengan cara Radiasi. Dalam prakteknya suhu laut tidak diukur secara absolut melainkan dibandingkan
dengan dua tubuh hitam, satu di suhu konstan dan satu diizinkan "Mengambang" dengan suhu sekitar oleh
cermin parabola yang berputar untuk melihat laut dan dua tubuh hitam. Prinsip yang sama digunakan pada
radiometer kapal.

Daniel Ananggadipa
Anomali SST

Gambar disamping merupakan contoh anomali SST. Beberapa


anomali suhu permukaan laut hanyalah peristiwa sementara,
bukan bagian dari pola atau tren tertentu. Anomali lain lebih
bermakna. Pada interval yang tidak teratur (kira-kira setiap 3-
6 tahun), suhu permukaan laut di Samudra Pasifik di
sepanjang khatulistiwa menjadi lebih hangat atau lebih dingin
dari biasanya. Anomali ini adalah ciri khas dari siklus iklim El
Nino dan La Nino, yang dapat mempengaruhi pola cuaca di
seluruh dunia.
Daniel Ananggadipa
Mercury Reversing Thermometers

• Termometer air raksa adalah metode tradisional untuk mengukur suhu di bawah
permukaan sebelum tahun 1980-an. Metode ini telah hampir sepenuhnya diganti dengan
digital thermometry menggunakan termistor.
• Presisi dan akurasi termometer air raksa jauh lebih rendah (0,01 dan 0,02°C) daripada
yang dimungkinkan dengan termistor berkualitas tinggi (0,001 dan 0,005°C).

Robby Rafii R
Protected and unprotected reversing thermometers
• The protected reversing thermometer dikembangkan terutama untuk
penggunaan oseanografi untuk mencatat suhu pada kedalaman dan
kemudian tetap tidak berubah sementara instrumen dibawa kembali
melalui kolom air ke kapal. Membaca termometer ini membutuhkan
beberapa keterampilan karena itu perlu interpolasi antara gradasi
pada termometer
• Cara paling umum untuk menentukan kedalaman botol sampel
secara akurat sebelum penggunaan perangkat pemrofilan kontinu
dengan sensor tekanan seperti CTD adalah dengan menggunakan
termometer membalikkan yang tidak dilindungi bersama-sama
dengan yang dilindungi yang mencatat suhu

Robby Rafii R
Conductivity, Temperature, and Depth Profiler
• Profil temperatur (dan salinitas) kontinu lebih diinginkan daripada nilai pada kedalaman botol
sampel diskrit. Paket sensor yang dikenal sebagai STD (Salinity-Temperature-Depth) dikembangkan
pada 1950-an
• Perekaman CTD secara internal menghilangkan infrastruktur kompleks yang memiliki kawat
penghantar untuk mentransfer sinyal dari CTD ke kapal.
• Untuk pengukuran yang sangat akurat, sensor CTD, termasuk termistor dan transduser tekanan,
harus dikalibrasi.
• Kalibrasi termistor dilakukan dengan menyesuaikan kalibrasi laboratorium sensor dengan perkiraan
pergeseran dan drift dipantau di laut melalui membalikkan termometer pada botol roset yang
biasanya disertai profil CTD

Robby Rafii R
Conductivity, Temperature, and Depth Profiler

Contoh CTD:
Gambar (a) merupakan (a) Neil-Brown Mark III CTD,
sedangkan gambar (b) merupakan Sea-Bird 911plus CTD.
Akurasi CTD modern dalam penyebaran lautan adalah
sekitar 0,001C pada suhu, salinitas 0,001 psu jika secara
rutin dikalibrasi dengan salinitas sampel air laut (dalam
praktiknya, pada setiap stasiun), dan tekanan 0,5 db.

Robby Rafii R
Mechanical Bathythermograph
• Profil suhu vertikal saja telah dikumpulkan dari
penelitian dan kapal dagang sejak awal 1950-an.
Instrumen profiling pertama yang digunakan secara
luas dari sekitar 1951 hingga 1975, sebelum
penggunaan termistor yang meluas, adalah
bathythermograph mekanis
• Dalam MBT, termometer cairan-inmetal
menyebabkan titik logam bergerak dalam satu arah
di atas kaca geser yang diasapi atau dilapisi emas
yang bergerak pada sudut kanan ke arah ini oleh
tekanan-sensitif dibawahnya.
Anwan Rahmat A
Mechanical Bathythermograph
• Instrumen diturunkan ke batas yang diizinkan di dalam
air (60, 140, atau 270 m) dan kemudian dibawa
kembali menggunakan winch listrik yang sangat cepat.
Karena tekanan berhubungan langsung dengan
kedalaman, garis yang tergores pada slide membentuk
grafik suhu terhadap kedalaman. Itu dibaca terhadap
grid kalibrasi ke akurasi ±0,2 K (0,10 F) dan ±2 m jika
dikalibrasi dengan baik. Karena setiap instrumen
memiliki hubungan nonlinear antara sensor dan suhu,
masing-masing instrumen digabungkan dengan
pembaca sendiri untuk mengubah profil yang
dituliskan ke profil suhu. Anwan Rahmat A
Expendable Bathythermograph and Expendable CTD
• MBT digantikan oleh Expendable Bathythermograph
atau bathythermograph yang dapat dibuang yang
diperkenalkan pada tahun 1966 dan masih digunakan
secara luas, terutama untuk penelitian profil laut dari
kapal yang mengamati secara sukarela.
• XBT memiliki termistor dan sistem akuisisi data
elektronik. Sensor konduktivitas termasuk dalam XCTD,
yang pada dasarnya sama dengan XBT.
• Profil XBT lebih dalam (400, 800, atau 1500 m) daripada
profil MBT dan mereka dapat diluncurkan dari kapal
yang bergerak hingga 30 knot.
Anwan Rahmat A
Expendable Bathythermograph and Expendable CTD
• XBT memiliki kawat dua elemen tipis yang diisolasi oleh resin
bening. Kawat elemen ganda ini untuk mengantisipasi saat probe
jatuh, secara otomatis tetap mentransfer sinyal suhu dari termistor
yang dipasang di kepala probe XBT kembali ke kapal. Pada saat yang
sama, gulungan kawat yang sama pada kapal mengantisipasi saat
kapal bergerak, sehingga secara mekanis memutus probe dari kapal
sambil tetap mempertahankan sambungan listrik. Ketika semua kabel
keluar, kabel putus dan XBT hilang (karenanya "dibuang").

• Probe XBT biasanya tidak dikalibrasi secara individual. Sebaliknya,


sebanyak ±2.000 termistor dibeli oleh pabrikan dan sekitar 250
termistor "dikalibrasi" untuk akurasi. Keakuratan yang dilaporkan
untuk kelompok 250 termistor kemudian ditetapkan ke semua 2000
termistor. Termistor yang tidak memenuhi akurasi yang dinyatakan
dari probe XBT dibuang.
Anwan Rahmat A
Expendable Bathythermograph and Expendable CTD

XBT dan XCTD diluncurkan dari peluncur portabel atau tetap. Untuk penggunaan sesekali, unit portabel ini berguna dan
fleksibel. Untuk mengamati kapal yang beroperasi setiap jam, peluncur tetap yang memiliki banyak probe telah
dikembangkan. Instrumen sekali pakai merupakan alat yang sederhana dan sangat berguna bagi ahli kelautan yang
membutuhkan pengambilan sampel cepat. Ini telah terbukti penting untuk pengambilan sampel sinoptik dari survei
multi-kapal atau pesawat terbang dan telah mengarah pada penggunaan kapal yang lebih luas. Dalam upaya untuk
memperluas teknologi seperti itu ke parameter penting lainnya Anwan Rahmat A
Subsurface Temperature Measurements from Floating and
Moored Instruments
• Salah satu alat yang termasuk ke dalam subsurface (floating) dan moored instrument adalah Termistor
• Termistor : Komponen / sensor elektronik untuk pengukuran suhu
• Termistor yang dipasang di Moored Instrumen akan dipasang secara vertical seperti rantai
• Termistor yang dipasang di drifting float bisanya berdampingan dengan pengukur konduktivitas (tertentu)

Farida Mustika W
(2)
(1)
Farida Mustika W
Subsurface Temperature Measurements from Floating and
Moored Instruments
• Salah satu Instrumen Subsurface Temperature Measurements Float adalah Argo Float
• Argo Float  instrument kelautan bertenaga baterai yang bekerja secara otomatis dengan menggunakan
pompa hidrolik untuk manuver vertikal
• Saat ini, Argo Float lebih efektif digunakan daripada XBT karena sudah jarang ada kapal berlayar.

Farida Mustika W
Mekanisme Argo Float

Farida Mustika W
Komponen Argo Float

Farida Mustika W
Salinity Measurement

• Jaman dulu (1960-an) salinitas dihitung dengan titrasi.


• Jaman sekarang menggunakan CTD untuk mengetahui salinitas melalui konduktivitas
• Untuk data yang akurat, dilakukan uji laboratorium (lab basah) di lab salinometer
• Standar laboratorium harus disesuaikan dahulu sebelum melakukan pengamatan

Farida Mustika W
Salinity Measurements Using Titration
• Disebut juga metode Knudsen (Titrasi)
• Merupakan metode pengukuran salinitas klasik (digunakan sebelum
tahun 1960)
• Langkah: mengukur kadar ion Cl dalam air dengan titrasi perak nitrat
• Akurasi standar: 0.02 psu
• Dapat dilakukan titrasi 50 sampel perhari
(-)
• Sangat tidak nyaman digunakan di atas kapal
• Kurang tepat, karena termasuk metode volumetrik, sedangkan metode
salinitas seharusnya gravimetri (berdasarkan massa)

Fatimah
Salinity Measurements Using Conductivity

• Merupakan metode pengukuran salinitas yang digunakan sejak tahun


1930)
• Akurasi standar: 0,003 psu, lebih baik dari metode titrasi
• Metodenya tidak banyak digunakan selama bertahun - tahun karena
sebagian besarnya biaya peralatan yang dibutuhkan. Lalu digunakan
kembali sekitar tahun 1956

Fatimah
Salinity Measurements Using Conductivity
Perkembangan
1. Inductive Salinometer / tanpa listrik (tahun 1957 oleh Esterson)
2. Inductive Salinometer modern (tahun 1955 dan 1958 oleh Hamon dan
Brown)
• Dapat dilakukan titrasi 45 sampel perjam
3. Conductive Salinometer / Autosal inductive salinometer (tahun 199o-an)
• A kurasi 0.0001 psu (lebih akurat dari inductive salinometer)
• Menggunakan 4 elektroda sel konduktansi dalam thermostrat
• Sistematika: air laut dialirkan melalui botol sampel ke heat excharger di
thermostat, lalu ke sel elektroda dan rasio konduktivitas akan terlihat.
• Ukuran: 60x50x55 cm
Fatimah
Pengukuran Salinitas Menggunakan Indeks bias
• Dengan mengukur suhu dan indeks bias air laut untuk
suatu panjang gelombang cahaya tertentu, nilai
salinitas air laut dapat ditentukan.
• Alat ukur yang berdasarkan metode ini dinamakan
“Refraktometer”.
• Pengukuran salinitas jenis refraktometer telah
digunakan di masa lalu untuk pengukuran salinitas
dengan akurasi kurang lebih 0,02 psu.
• Sebuah refraktometer yang dipasang di instrumen
profil untuk mengukur salinitas di lapangan
merupakan alat laboratorium yang telah
dikembangkan. Laurentius Klemens J
Standar Air Laut
• Standar yang ditetapkan oleh badan internasional,
IAPSO dan dipublikasikan oleh UNESCO pada
tahun 1981.
• Salinitas Praktis dapat ditentukan dari rasio
konduktivitas listrik air laut sampel dengan kalium
klorida (KCl), pada suhu 15°C dan tekanan 1atm.
• Solusi standar dikenal sebagai Air Laut Standar
(SSW).
• Penggunaan standar umum untuk salinitas akan
mengurangi kemungkinan kesalahan sistematis
dalam menggabungkan data dari ekspedisi atau
survei berbeda di seluruh dunia Laurentius Klemens J
Density Measurement
• Menggunakan Equation of Seawater 1980
• Ditemukan oleh Millero dan Poisson

• Menggunakan data Practial Salinity (Sp)


▫ Didapat dari mengukur konduktivitas dari air laut
• Range yang dapat diukur:
▫ Suhu : -2 sampai 40oc
▫ Salinitas : 0 sampai 40
▫ Tekanan : 0 sampai 10.000 dbar
Calvin Arauna Purba
Density Measurement
• Penggunaan EOS 80 digantikan oleh TEOS-10 (Thermodinamika Equation of Seawater)
• Menggunakan data Absolut Salinity (Sp)
▫ Menghitung jumlah massa seluruh zat kecuali H2O

HCO3- H+ CO32-

• Range yang dimiliki lebih besar


• Dapat mengukur entalpi, internal energi, dan entropy

Calvin Arauna Purba


Open Water Properties
• Nutrien • CFC
▫ Sampel diberi reagen ▫ Pengukuran CFC harus sangat teliti sebab tidak
▫ Pengukuran dilakukan dengan auto analyzer lalu boleh terkena kontaminan
diukur tingkat absorbansinya ▫ Laboratorium harus bersih dari barang yang
• Oksigen mengandung CFC

▫ Sampel diberi reagen lalu homogenkan • Helium

▫ Lalu pastikan tidak ada endapan ▫ Helium yang diambil akan disegel agar tidak ada

▫ Lakukan titrasi colorimetric kontaminan


▫ Selanjutnya helium akan diteliti

Calvin Arauna Purba


TERIMAKASIH
PERTANYAAN

Anda mungkin juga menyukai