Anda di halaman 1dari 18

KODE ETIK PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

OLEH KELOMPOK 5

TUTUS ADHI W (30061)


JESSICA NOVITAWATI (30085)
ELISA RATNA K (30091)
RAHAJENG ADINDA (30383)
APA YANG DIMAKSUD SEKSI 230 TENTANG PENDAPAT
KEDUA?
Pendapat kedua adalah pemberian opini kedua tentang penerapan akuntansi, audit, pelaporan atau standar
prinsip lain untuk keadaan atau transaksi tertentu oleh atau untuk kepentingan pihak-pihak selain klien.
Pendapat kedua dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan prinsip dasar etika profesi, seperti:
Ancaman terhadap prinsip kompetensi profesional dan sikap cermat ketika pendapat kedua tidak didasarkan
pada fakta-fakta yang ada serta bukti yang tidak cukup dengan auditor lain yang memberikan pendapat
pertama.
APA SAJA POIN POIN YANG
DIPERHATIKAN AUDITOR
TERKAIT DENGAN PENDAPAT
KEDUA?
• Harus mengevaluasi signifikansi setiap
ancaman.
• Menerapkan berbagai pengamanan
ketika diperlukan untuk menghilangkan
atau mengurangi berbagai ancaman
sampai pada suatu tingkat yang dapat
diterima.
SEKSI 240 TENTANG IMBALAN JASA PROFESIONAL

Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan besaran imbalan profesional akuntan


publik:
• Kisaran jumlah imbalan jasa profesional yang dimungkinkan
• Variabilitas imbalan jasa profesional
• Dasar penentuan imbalan jasa profesional
• Ada tidaknya penelaahan hasil dari suatu transaksi oleh pihak ketiga yang
independen
• Dampak dari suatu kejadian atau transaksi terhadap perikatan assurance
APA YANG DIMAKSUD DENGAN FEE KONTIJEN DAN
REFERRAL FEE?

• Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan. Auditor tidak
diperbolehkan untuk menetapkan fee kontijen apabila penetapan tersebut
dapat mengurangi indepedensi.
• Fee referal (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari
sesama penyedia jasa profesional akuntan publik. Fee referal (rujukan) hanya
diperkenankan bagi sesama profesi.
SEKSI 250 TENTANG PEMASARAN JASA
PROFESIONAL

Auditor diperbolehkan memasarkan jasa profesional dengan bersikap jujur dan dapat
dipercaya, serta tidak:
a) Membuat pernyataan yang berlebihan atas jasa yang ditawarkan, kualifikasi yang
dimiliki, atau pengalaman yang diperoleh
b) Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak
didukung bukti terhadap hasil pekerjaan auditor yang berpraktik melayani publik lain
SEKSI 260 TENTANG PENERIMAAN HADIAH

Auditor diperbolehkan menerima hadiah dari klien asal mengevaluasi signifikasi setiap
ancaman dan harus menerapkan berbagai pengamanan yang diperlukan. Ancaman dari
tawaran hadiah tersebut misalnya:
• Ancaman kepentingan pribadi atau ancaman kedekatan terhadap prinsip objektivitas
• Ancaman intimidasi terhadap prinsip objektivitas

Ketika ancaman tidak dapat dikurangi atau dihilangkan, maka setiap auditor dilarang
menerima hadiah tersebut.
SEKSI 270 TENTANG PENYIMPANAN ASET MILIK
KLIEN

Auditor yang melayani publik tidak boleh mengambil tanggung


jawab atas penyimpanan uang dan aset-aset lainnya milik klien,
kecuali diizinkan secara hukum, dan jika demikian, maka
kepatuhan terhadap setiap kewajiban hukum berlaku bagi setiap
auditor ketika menyimpan aset-aset klien.
SEKSI 280 TENTANG OBJEKTIVITAS

Auditor harus menentukan ketika memberikan jasa profesional


apapun apakah terdapat berbagai ancaman terhadap kepatuhan
pada prinsip objektivitas sebagai akibat adanya kepentingan
dalam, atau hubungan dengan, klien atau direktur, komisaris,
pejabat, atau para karyawan klien. Misalnya, ancaman kedekatan
terhadap prinsip objektivitas mungkin timbul dari hubungan
keluarga atau kedekatan pribadi atau hubungan bisnis.
SEKSI 290 TENTANG INDEPENDENSI

Independensi adalah suatu keadaan atau posisi dimana kita tidak terikat pada pihak
manapun. Artinya keberadaan kita adalah mandiri, tidak mengusung kepentingan pihak
tertentu atau organisasi tertentu. Auditor dituntut independen karena dalam menjalankan
tugasnya seorang akuntan publik tidak boleh memihak kepada siapapun, harus bersikap
obyektif dan jujur.
PENGERTIAN INDEPENDENSI DALAM PEMIKIRAN

Sikap mental yang memungkinkan pernyataan pemikiran yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal
yang dapat menggaggu pertimbangan profesional, yang memungkinkan seorang individu
untuk memiliki integritas dan bertindak secara objektif, serta menerapkan skeptisisme
profesional.
Contohnya: ketika melakukan penugasan, auditor dituntut untuk jujur dalam menyatakan
pendapatnya dan sesuai dengan fakta-fakta yang ada pada kondisi badan atau perusahaan
yang diaudit.
PENGERTIAN INDEPENDENSI DALAM PENAMPILAN

Independensi dalam penampilan merupakan sikap yang menghindari tindakan atau situasi
yang dapat menyebabkan pihak ketiga (pihak yang rasional dan memiliki pengetahuan
mengenai semua informasi yang relevan, termasuk pencegahan yang diterapkan) meragukan
integritas, objektivitas, atau skeptisisme profesional dari anggota timassurance, KAP, atau
Jaringan KAP.
Contohnya: auditor yang mempunyai hubungan tertentu (hubungan keluarga) dengan
kliennya dapat menimbulkan kecurigaan bahwa auditor tersebut akan memihak kliennya, oleh
karena itu auditor harus menghindari keadaan tersebut agar tetap independen.
ANCAMAN TERHADAP INDEPENDENSI DAN CARA
MENCEGAHNYA

• Kepentingan diri (self-interest)


• Review diri (self-review)
• Advokasi (advocacy)
• Kekerabatan (familiarity)
• Intimidasi (Intimidation)
Cara Pencegahannya :
• Pengamanan melalui profesi, legalisasi, atau regulasi, dapat dilakukan sebagai berikut :
• Persyaratan pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja
• Prosedur pemantauan dan peendisiplinan profesi atau peraturan
DUE CARE

Apa itu due care?


Dapat kita artikan sebagai sikap kehati-hatian seorang auditor dalam melaksanakan
pekerjaannya.
CASE 2.2 WASTE MANAGEMENT: DUE CARE

Kasus ini menjelaskan apa yang dimaksud dengan audit perusahaan yang melaksanakan
kehati-hatian dalam menyelesaikan audit dan konsekuensi yang terkait dengan kegagalan
untuk melakukannya. Selain itu, kasus ini menyediakan mekanisme untuk menggambarkan
independensi auditor dan alasan penting bagi profesi audit. Lebih khusus lagi, kasus ini
memberi pemahaman bagaimana kurangnya independensi dapat berdampak pada
obyektivitas auditor dan berpotensi menyebabkan penilaian profesional yang bias. Dan pada
akhirnya, kasus ini memberikan konteks untuk dibahas apa yang dimaksud dengan jurnal
penyesuaian yang diusulkan oleh auditor. Untuk memenuhi tujuan ini,kasus ini menerangi
sejumlah masalah yang relevan tentang hubungan bisnis yang ada antara Arthur Andersen
dan Pengelolaan Limbah, proses peninjauan kontrol kualitas di Arthur.
CASE 2.2 WASTE MANAGEMENT: DUE CARE 2

Literatur psikologi pendidikan menunjukkan bahwa perolehan pengetahuan tipe teknis /


faktual meningkat secara dramatis ketika pengetahuan tersebut dapat diterapkan dalam
konteks yang realistis. Karena itu, kami mendesak instruktur untuk menggunakan kasus ini
sebagai mekanisme untuk berikan pengetahuan audit teknis yang relevan. Penugasan kasus
ini akan berfungsi dengan baik jika dijadwalkan bertepatan dengan auditor topik tanggung
jawab profesional atau topik independensi dalam kursus audit. Kasus ini bisa juga dapat
digunakan bersamaan dengan diskusi tentang pentingnya kontrol kualitas pada audit
perusahaan. Atau, kasus tersebut dapat digunakan saat mendiskusikan penyelesaian topik
audit menggambarkan masalah yang terlibat dalam memaksa klien untuk merekam jurnal
penyesuaian.
CASE 2.2 WASTE MANAGEMENT: DUE CARE 2

Secara keseluruhan, jika instruktur memperkenalkan gagasan tentang tanggung jawab auditor
terhadap pengguna laporan keuangan sebelum membahas bagaimana kurangnya
independensi berpotensi dapat membiaskan penilaian profesional auditor. Secara khusus,
kami menyarankan instruktur itu melakukan segala yang mungkin untuk menggambarkan
ketegangan yang dihadapi auditor ketika mencoba mempertahankan sikap independensi
selama audit laporan keuangan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai