Anda di halaman 1dari 61

KEBIJAKAN PROGRAM HAJI TAHUN 1440 H/ 2019 M

DAN PENTINGNYA ISTITHAAH HAJI

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah


DASAR PENYELENGGARAAN OPERASIONAL
KESEHATAN HAJI

1. Undang-Undang No. 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan


Ibadah Haji
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
3. Permenkes No. 15 Tahun 2016 Tentang Istithaah Kesehatan
Haji
4. Permenkes No.62 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Haji.
DASAR POKOK PELAYANAN KESEHATAN HAJI
UU NO.13 TH 2008

BAB VIII BAB III


PASAL 31 PASAL 6
Pembinaan dan pelayanan kesehatan Pemerintah berkewajiban melakukan
haji baik pada saat persiapan maupun pembinaan, pelayanan, dan perlin-
pelaksanaan penyelenggaraan ibadah dungan dengan menyediakan layanan
haji , dilaksanakan oleh Menteri yang administrasi, bimbingan ibadah haji,
ruang lingkup tugas dan tanggung akomodasi, transportasi, Pelayanan
jawabnya dibidang kesehatan. Kesehatan, keamanan, dan lainnya
Pelaksannaan tugas sebagaimana yang diperlukan oleh jemaah haji.
dimaksud pada ayat (1 ) dikoordinir
oleh Menteri
PRINSIP PENYELENGGARAAN
KESEHATAN HAJI
Jemaah dapat menjalankan
Penyelenggaraan Ibadah Haji sesuai ajaran Islam
Kesehatan Haji tanpa membahayakan
(UU No.13/2008) keselamatan pribadi dan
Jemaah lainnya

Pembinaan Pelayanan Perlindungan

Promotif, Preventif,
Kuratif & Rehabilitatif
(UU Nomor 36 Tahun
2009)
Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji

PREVENTIF REHABILITATIF

PROMOTIF KURATIF
PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI
DI INDONESIA
Dukungan Komitmen
Masy/Ulama Politik

Pemeriksaan dan
KESEHATAN
HAJI
Pembinaan Kes Istithaah
JH yg Baik

Sistem Kes Haji yg


Pengetahuan
Sikap & Perilaku Terintegrasi dgn
Masy & JH Sistem Pelayanan
Umum
PERMENKES NO 15 TAHUN 2016

Tahapan atau upaya melalui


pemeriksaan dan pembinaan Petunjuk Teknis
kesehatan kepada jemaah haji Pemeriksaaan dan
untuk mencapai istithaah Pembinaan Kesehatan Haji
kesehatan.

• mempersiapkan kondisi kesanggupan berhaji


• diselenggarakan secara berkesinambungan
dan komprehensif
SASARAN PERMENKES NO 15 TAHUN 2016

Permenkes Nomor 15 Tahun 2016

menjelaskan perlunya melibatkan berbagai lintas


program kesehatan yang terintegrasi dalam proses
pemeriksaan dan pembinaan kesehatan kepada
jemaah haji di kabupaten/kota, termasuk
terlibatnya berbagai unsur masyarakat,
profesional dan akademisi.
TEMPAT
ARAB SAUDI

IKLIM : PANAS
IBADAH DINGIN

HAJI LAMA : 40 HARI

KONDISI JAMAAH :
RISTI

PELAYANAN
PEMONDOKAN TRANSPORTASI KATERING DLL
KESEHATAN
PEMERIKSAAN KESEHATAN DALAM RANGKA
ISTITHAAH KESEHATAN JEMAAH HAJI

1 Pemeriksaan Kesehatan
Tahap I
2
Pemeriksaan Kesehatan
Tahap II
3 Pemeriksaan Kesehatan
Tahap III

Dilaksanakan Tim
Penyelenggara Kesehatan Haji
Kabupaten/Kota di Puskesmas Dilaksanakan Tim
dan/atau Rumah Sakit Penyelenggara Kesehatan Haji
Kabupaten/Kota di Puskesmas Dilaksanakan oleh PPIH
dan/atau Rumah Sakit Embarkasi Bidang Kesehatan

RISTI & TIDAK RISTI


STATUS ISTITHAAH LAIK / TDK LAIK TERBANG
PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI DI
INDONESIA
Tim Penyelenggara Tim Penyelenggara
Kesehatan Haji Kesehatan Haji PPIH Embarkasi
Kab/Kota Kab/Kota Bidang Kesehatan
Nomor Pembinaan
REGISTRASI

Porsi Pembinaan Masa


Masa Tunggu Keberangkatan
Pemeriksaa Pemeriksaan Pemeriksaan
n Kesehatan Kesehatan II Kesehatan III
I
Penentuan Istitha’ah:
Risiko Kesehatan: 1.Memenuhi Syarat.
Status Laik Terbang:
1.Risti 2.Memenuhi Syarat dengan
Pendampingan 1.Laik Terbang
2.Non Risti
3.Tidak Memenuhi Syarat untuk 2.Tidak Laik Terbang
Sementara
4.Tidak Memenuhi Syarat.
VAKSINASI
SISKOHAT KESEHATAN/SURVEILANS
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)
PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI DI
ARAB SAUDI
PPIH ARAB SAUDI
BIDANG KESEHATAN
(TPP, TGC, TKR) PETUGAS KESEHATAN DI
TKHI (DOKTER PPIH EMBARKASI PUSKESMAS DAN DINAS
DAN PERAWAT) BIDANG KESEHATAN KESEHATAN

SAUDI ARABIA
(JEDDAH,
PEMANTAUAN /
PERJALANAN MAKKAH, KEPULANGAN
SURVEILANS PASCA
MADINAH DAN
KEPULANGAN
ARMINA
PEMBINAAN KESEHATAN
PELAYANAN KESEHATAN
PERLINDUNGAN KESEHATAN
SISKOHAT KESEHATAN/SURVEILANS
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)
KEBIJAKAN TEKNIS OPERASIONAL

1. Jemaah Haji yang diberangkatkan memenuhi Istithaan Kesehatan


2. Untuk mencapai Istithaah Kesehatan Jemaah Haji wajib dilakukan
pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan
3. Dalam rangka mencapai Istithaah Kesehatan Jemaah Haji, pemeriksaan
kesehatan dilakukan melalui 3 tahap Pemeriksaan Jemaah
4. Pembinaan Kesehatan Haji dilakukan untuk Jemaah Haji masa tunggu dan
Jemaah Haji pada masa keberangkatan
5. Jemaah Haji Istithaah ditetapkan didaerah sebelum masuk Embarkasi
6. Penetapatan Istithaah Kes Jemaah Haji oleh Tim Kesehatan Kab/Kota
7. Pemeriksaan tahap III di Embarkasi untuk menetapkan status Laik terbang
atau tidak laik terbang  standar keselematan penerbangan
TUJUAN UMUM PENYELENGGARAAN
KESEHATAN HAJI

Peran Puskes, Dinkes


Meningkatkan Kondisi Kesehatan Jemaah Haji sebelum
1 Kab/Kota dan Dinkes
Keberangkatan Provinsi

Menjaga agar Jemaah Haji dalam kondisi sehat selama Peran


2
menunaikan ibadah haji, sampai kembali ke Tanah Air TKHI & PPIH
DLL

Mencegaah terjadinya transmisi penyakit menular, yang Peran


3 Puskesmas Kab/Ko
mungkin terbawa keluar/ masuk oleh Jemaah Haji. dan PPIH
Embar/Debar
TUJUAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

1. Mencapai kondisi Istithaah Kesehatan Jemaah Haji;


2. Mengendalikan faktor risiko kesehatan haji;
3. Menjaga agar Jemaah Haji dalam kondisi sehat selama di
Indonesia, selama perjalanan, dan Arab Saudi;
4. Mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang
mungkin terbawa keluar dan/atau masuk oleh Jemaah Haji;
dan
5. Memaksimalkan peran serta masyarakat dalam
Penyelenggaraan Kesehatan Haji.
SASARAN

1. Jemaah Haji Indonesia sebelum berangkat ke Tanah suci


2. Petugas Pengelola Program kesehatan haji disemua tingkatan, lintas
sektor (Kemenag/KUA) terlibat dalam penyelengg kesehatan haji.
3. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji di Kab/Kota dan Embarkasi
4. Organisasi kemasyarakatan : AKHI, Kelompok Bimbingan Ibadah
Haji (KBIH), Penyelenggara Haji Khusus (PIHK) dan Ikatan
Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI).
5. Organisasi Profesi : IDI, PPNI, PERDOKHI dan Profesional akademisi
ISTITHA’AH KESEHATAN HAJI - SYARAT IBADAH HAJI

Istitha’ah Kesehatan sebagai syarat wajib untuk melaksanakan Ibadah Haji .


1. ISLAM
2. BERAKAL/ TIDAK HILANG INGATAN
3. DEWASA/ BALIGH
4. MERDEKA
SYARAT HAJI
5. ISTITHAAH (MAMPU)
Istithhaah Mempunyai Makna Kemapuan / Kekuatan .

MAKA

Individu yang tidak termasuk dalam kriteria


tersebut maka tidak ada kewajiban untuk
melaskanakan Ibadah Haji (Gugur Kewajiban)
DASAR ISTITHAAH KESEHATAN
Permenkes Nomor 15 Tahun 2016

“…Wa lillahi ‘alan-nasi hijjul-baiti manistata’a ilaihi sabila”


Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
yaitu (bagi) orang yang mampu (istitha’ah) mengadakan
perjalanan ke Baitullah.." (QS. Ali Imran [3]: 97).
Ayat ini menyatakan bahwa ibadah haji hanya diwajibkan
kepada orang yang telah mampu/ sanggup mengadakan
perjalanan untuk haji, yang lazim disebut dengan istitha’ah.
Keputusan Ijtima Ulama Tahun 2018
Terkait Masalah Istithaah Kesehatan Haji

1. Seseorang dapat ditunda untuk melaksanakan ibadah haji jika :


a.Menderita penyakit tertentu yang berbahaya tetapi berpeluang sembuh;

2. Udzur syar’i yang menyebabkan haji seseorang dibadalkan (inabati al ghair)


adalah :
a. Orang yang mempunyai kemampuan finansial, akan tetapi meninggal sebelum
melaksanakan ibadah haji;

b. Tua renta;
c. Lemah kondisi fisik terus menerus akibat penyakit menahun;
d. Penyakit berat yang tidak bisa diharapkan kesembuhannya;
e. Terhalang untuk bepergian secara terus menerus;
Hamil yang kondisinya bisa membahayakan diri / janinnya;
Menderita penyakit menular yang berbahaya;
Terhalang untuk bepergian sementara.
Keputusan Ijtima Ulama Tahun 2018
Terkait Masalah Istithaah Kesehatan Haji

3. Syarat untuk menjadi badal haji adalah :


a. Akil baligh;

4. Pemerintah (ulil amri) memiliki kewenangan untuk tidak mengizinkan calon jamaah
haji melaksanakan ibadah haji karena alasan kesehatan berdasarkan pertimbangan
syar’i dan medis.
b. Tidak berhaji untuk dirinya;
c. Sudah melaksanakan ibadah haji untuk dirinya;
d. Bisa a dipercaya melaksanakan ibadah haji untuk orang yang dibadalkan;
e. Tidak terhalang untuk melaksanakan ibadah haji;
f. Satu orang yang menjadi badal haji hanya boleh melakanakan haji untuk
satu orang.
Tujuan ..

 
“ISTITHA’AH KESEHATAN”

•Istitha’ah informasi kesehatan Jemaah haji


yang dikaitkan dengan kemampuan Jemaah haji
dalam menjalankan prosesi ibadah haji.

MABRUR
ISTITHAAH DIJADIKAN SYARAT DALAM PELUNASAN BPIH

1. Istithaah merupakan syarat wajib  Permenkes No.15 tahun 2016 ttg Istithaah
Kesehatan Haji
2. Surat Edaran Dirjen PHU Kemenag RI  mendukung pelaksanaan pembinaan
dan pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji menuju Istithaah.
3. Istithaah dijadikan syarat pelunasan, sehingga Jemaah Haji (JH) yang TIDAK
MEMENUHI ISTITHAAH KESEHATAN  Tidak diberikan kesempatan untuk
melunasi BPIH, tidak divaksinasi meningitis dan tidak diberikan SPMA
4. Pola Kesehatan Jemaah Haji  tanggung jawab penuh KEMENKES & Jajaranya
(Kabupaten/Kota)  Koordinasi dan peningkatan Kapasitas Kesehatan Haji di
Kab/Kota
PEMERIKSAAN KESEHATAN PERTAMA

1. Dilakukan oleh Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/Kota di


Puskesmas dan/atau Rumah Sakit
2. Dilakukan pada saat jemaah Haji melakukan pendaftaran untuk
mendapatkan nomor porsi
3. Outputnya menghasilkan penetapan status kesehatan Jemaah Haji
Risiko Tinggi atau tidak Risiko Tinggi
4. Kriteria status kesehatan Jemaah Haji Risiko Tinggi :
a. berusia 60 tahun atau lebih
b. memiliki faktor risiko kesehatan dan gangguan kesehatan yang
potensial menyebabkan keterbatasan dalam melaksanakan ibadah
haji
PEMERIKSAAN KESEHATAN KEDUA

1. Dilaksanakan oleh Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/Kota di


puskesmas dan/atau rumah sakit.
2. Dilakukan pada saat pemerintah telah menentukan kepastian
keberangkatan Jemaah Haji pada tahun berjalan
3. Ouput menghasilkan Istithaah Kesehatan Jemaah Haji meliputi:
a. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji (dulu Mandiri)
b. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji dengan Pendampingan (dulu
Observasi dan Pengawasan)
c. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji untuk Sementara (dulu
Tunda)
d. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji
EMPAT KRITERIA PENETAPAN STATUS ISTITHAAH KESEHATAN
SESUAI PERMENKES NOMOR : 15 TAHUN 2016

HASIL PEMERIKSAAN KESEHATAN

MEMENUHI SYARAT
TIDAK MEMENUHI SYARAT TIDAK MEMENUHI SYARAT
MEMENUHI SYARAT ISTITHAAH KESEHATAN
ISTITHOOAH KESEHATAN ISTITHAAH KESEHATAN
ISTITHAAH KES.HAJI HAJI DENGAN
HAJI UNTUK SEMENTARA HAJI
PENDAMPINGAN
1. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji

1. Jemaah Haji yang memiliki kemampuan mengikuti proses


ibadah haji tanpa bantuan obat, alat, dan/atau orang lain
dengan tingkat kebugaran jasmani setidaknya dengan kategori
cukup, merupakan hasil pemeriksaan kebugaran yang
disesuaikan dengan karakteristik individu Jemaah Haji

2. Jemaah Haji yang masuk kriteria ini wajib berperan aktif dalam
kegiatan promotif dan preventif
2. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji dengan
pendampingan

a. Berusia 60 tahun atau lebih  obat, alat, orang


Usia > 75 tahun orang

b. Menderita penyakit tertentu yang tidak masuk dalam


kriteria yang tidak memenuhi syarat Istithaah
sementara dan/atau tidak memenuhi syarat Istithaah
3. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan
Haji untuk Sementara
a. Tidak memiliki sertifikat vaksinasi Internasional (ICV) yang sah
b. Menderita penyakit tertentu yang berpeluang sembuh
c. Suspek dan/atau konfirm penyakit menular yang berpotensi
wabah
d. Psikosis Akut
e. Fraktur tungkai yang membutuhkan Immobilisasi
f. Fraktur tulang belakang tanpa komplikasi neurologis
g. Hamil yang diprediksi usia kehamilannya pada saat
keberangkatan kurang dari 14 minggu atau lebih dari 26 minggu
4. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji
a. Kondisi klinis yang dapat mengancam jiwa
b. Gangguan jiwa berat
c. Jemaah dengan penyakit yang sulit diharapkan kesembuhannya
d. Kondisi klinis yang dapat mengancam jiwa :
1. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) derajat IV
2. Gagal Jantung Stadium IV
3. Chronic Kidney Disease Stadium IV dengan peritoneal
dialysis/hemodialisis reguler
4. AIDS stadium IV dengan infeksi oportunistik
5. Stroke Haemorhagic luas;
Gangguan jiwa berat antara lain:
1. skizofrenia berat
2. dimensia berat
3. retardasi mental berat;

Jemaah dengan penyakit yang sulit diharapkan


kesembuhannya, antara lain:
1. Keganasan stadium akhir,
2. Tuberculosis Totaly Drugs Resistance (TDR)
3. sirosis atau hepatoma decompensata.
PENYAKIT YANG SERING MUNCUL PADA JEMA’AH LANSIA

Rematik (arthritis)
Tekanan darah tinggi
Gastritis, DM
Kholesterol tinggi
Kegemukan , Anemia
Nyeri jantung
Asma , Paru-paru/TBC, Ginjal
Serangan Jantung ,Tulang keropos
Stroke , Kanker, Prostat
PEMERIKSAAN KESEHATAN KETIGA

1. Dilaksanakan oleh PPIH Embarkasi Bidang Kesehatan di embarkasi


pada saat Jemaah Haji menjelang pemberangkatan.
2. Outputnya  menetapkan status kesehatan Jemaah Haji laik atau
tidak laik terbang
3. Jemaah Haji yang ditetapkan tidak laik terbang merupakan Jemaah
Haji dengan kondisi yang tidak memenuhi standar keselamatan
penerbangan internasional dan/atau peraturan kesehatan
International.
REKOMENDASI
1. PENGUATAN KOORDINASI TERPADU DAN TERSTRUKTUR
(Kemenag, Pemerintah Prov, Kab/Kota dan Dinas Kesehatan,
Puskesmas, Kandepag dan KBIH ) untuk MEMBERIKAN
PELAYANAN YANG TERBAIK DENGAN OPTIMAL dalam
pelayanan Haji ) MEMAMPUKAN CALON JAMAAH HAJI
2. PENGUKURAN kebugaran & pembinaan calon jamaah haji
secara dini baik yang masuk daftar tunggu maupun daftar masa
keberangkatan (dua tahun)
3. PENINGKATAN pembinaan terpadu Manasik Haji dan Manasik
Kesehatan dapat dilaksanakan ditingkat Kecamatan dan
Kabupaten  kuat / Dominan pada manasik Haji oleh KUA,
KBIH
REKOMENDASI
4. KOORDINASI antara Dinas Kesehatan/LP Terkait dan Kemenag
untuk mendapatkan daftar jama’ah berangkat  seawal/
sedini mungkin  utk pemeriksaan & pembinaan
5. Melakukan pembinaan KESEHATAN TERPADU TERSTRUKTUR,
KUA, KBIH dan Puskesmas pendekatan keluarga dan atau
orang yang sudah berhaji / tokoh masyarakat
6. Tidak ada KASUS MENGINITIS Pasca Haji  14 hari
SURVEILANS KETAT paska haji/K3JH
WANITA HAMIL
1. Usia kandungan < 14 minggu dan >26 minggu, belum vaksin meningitis
 tidak diizinkan menunaikan ibadah haji
2. Usia kandungan 14 s/d 26 minggu, sudah divaksin meningitis (tanpa indikasi
penyakit berbahaya yg lain
 diizinkan berangkat menunaikan ibadah haji
3. Alasan utama seseorang hamil dilarang terbang :
a. Sangat berisiko berada di ketinggian 3.000 M di atas permukaan laut (kadar
oksigennya rendah), getaran di pesawat, waktu perjalanan lama, yaitu 8-9 jam.
b. Risikonya pendarahan dan rawan kontraksi akibat guncangan, hingga berakibat
keguguran.
c. Usia kandungan >26 minggu  mengakibatkan kelahiran prematur.

35
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
100,00%

0,00%
JATENG
JATIM
RIAU
DIY
BABEL
KALTENG
ACEH
KALTIM
JABAR
PAPUA
BANTEN
SUMUT
KALTARA
SULTRA
JAMBI
PAPUA BARAT
DKI
KALSEL
SUMBAR
KEPRI
SULTENG
NTT
DATA J H RISTI TAHUN 1440 H

GORONTALO
KALBAR
BALI
SUMSEL
MALUT
SULSEL
BENGKULU
LAMPUNG
SULUT
NTB
MALUKU
SULBAR
Indonesia
65,66%
MEMENUHI SYARAT
ISTITHAAH KESEHATAN
HAJI
57,60%

TIDAK MEMENUHI MEMENUHI SYARAT


SYARAT ISTITHAAH ISTITHAAH KESEHATAN
KESEHATAN HAJI HAJI DENGAN
UNTUK SEMENTARA TIDAK MEMENUHI PENDAMPINGAN
1,95% SYARAT ISTITHAAH 40,34%
KESEHATAN HAJI
0,11%
KESIMPULAN

1. Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji mengacu kepada Permenkes No.15


tahun 2016 dan Permenkes No.62 tahun 2016
2. Tahun 2019 Istithaah Kesehatan Jemaah Haji harus ditegakan di Kab/Kota,
dengan Berita Acara Istitha’ah Kesehatan.
3. Bagi Jemaah haji yang TIDAK ISTITHAAH diusulkan untuk TIDAK MELUNASI
BPIH
4. Jemaah Haji yang dinyatakan tidak memenuhi syarat Istithaah /tidak
Istithaah, tidak dilakukan vaksinasi Meningitis, dan Kemenag tidak
menerbitkan SPMA/ Tidak berangkat ke Embarkasi
5. RS/ Dokter Rujukan spesialis mendukung & menguatkan penetapan Istithaah
Kesehatan Jemaah Haji sedangkan penetapan status ISTITHAAH dilakukan
oleh Tim penyelenggara kesehatan haji Kab/Kota dengan SK Bupati/Walikota
Tahun…..s/d tahun 2017 Tahun 2018
1. Terdapat Barcode dan QR
CODE
2. Ukuran kartu 13 x 9 cm
3. Dibagikan ke kabupaten/kota untuk
di cetak
4. Terdapat ICV di kartu
5. Terdapat penanda risti (orange)
6. Ditempel foto 2x3 latar belakang
putih (atau bisa di upload langsung
di Siskohatkes)
Keterangan ICV
QR Code
2D BarCode Encoding data dengan QR Code,
Encoding data dengan untuk memudahkan verifikasi
Barcode, untuk memudahkan data Jamaah menggunakan QR
verifikasi disesuaikan dengan Code scanner. Ukuran Panjang
kebutuhan. Ukuran Panjang 1,8cm, Lebar 1,8cm
3cm, Lebar 1 cm

Bingkai Foto. Ukuran Panjang 3cm,


Lebar 3,5cm
Nama dan Asal
Jamaah Nomor Porsi Jamaah

Keterangan ICV Disesuaikan dengan Kebutuhan


penomeran Jamaah
Warna Kuning:
Kondisi Kesehatan Jamaah
APLIKASI HAJI SEHAT
Aplikasi resmi yang diluncurkan oleh Pusat Kesehatan Haji
Kemenkes RI  untuk memberikan segala informasi
mengenai kesehatan haji (dapat di download di Android)
Masuk ke Menu Jemaah, Pilih Jemaah, dan Klik Icon Printer Warna Biru
Pastikan Data Layout
Benar dan print
Hasil print out
REKOMENDASI
(kesepakatan Pertemuan Harris – 2018)
1. DULU : Bagi jemaah dalam perantauan di luar provinsi
pemeriksaan tahap I, entry data dan pembinaan masa
tunggu dapat dilakukan di tempat perantauan.

SEKARANG MENJADI : Pemeriksaan kesehatan JH baik


tahap I, II dan vaksinasi dapat dilaksanakan & di entri
Siskohatkes di wilayah manapun
2. Entry data dilaksanakan secepat mungkin setelah
dilakukan pemeriksaan dan pembinaan jemaah.
REKOMENDASI
3. Pelaksanaan Pemkes ke I (Okt – Jan 2019)
Cakupan entry Siskohatkes = 90% (max. Jan 2019)
Entry data pembinaan masa tunggu = 90% (max.
Maret)
4. Pelaksanaan Pemkes ke II (Peb – Maret 2019)
Entry entry Siskohatkes = 100 % (Maret 2019)
Entry data pembinaan masa keberangkatan 100 %
(Maret 2019)
Vaksinasi dan entry Siskohatkes (Maret 2019)
REKOMENDASI
5. DULU : ICV dibagikan di embarkasi dengan melampirkan
surat keterangan vaksinasi  SEKARANG : ICV include
dg KKJH
6. K3JH di dibagikan di debarkasi
7. Petugas kesehatan memastikan kembali kebutuhan obat
pribadi jemaah sudah harus di bawa dari daerah di
dalam tas teng teng sebelum ke embarkasi.
8. Data siskohatkes selalu di review dan update sesuai
progres kondisi jemaah
9. User name dan pasword siskohatkes di amankan dari
pihak – pihak yang tidak berkepentingan
REKOMENDASI
10. Dokumen yang harus di bawa antara lain :
- BA istithaah
- surat ket vaksinasi ditanda tangani dokter + kode bach
- surat ket wus bermaterai 6000
- surat pernyataan JH bermaterai 6000
- surat keterangan pendamping bagi yang mendampingi
- foto 2x3 latar belakang putih

11. Melaksanakan RTL yang telah di sepakati oleh kab/kota


KESIMPULAN

1. Tahun 2019 Penerapan Istithaah Kesehetan Jemaah Haji yang hrs ditegakan di
Kab/Kota, dengan Berita Acara Istitha’ah Kesehatan.
2. Bagi Jemaah haji yang TIDAK ISTITHAAH maka perlu dibuatkan surat
keterangan/rekomendasi dari tim penyelenggara kesehtn haji Kab/Kota ditujukan
kepada Kandepag Kab/kota untuk DIUSULKAN UNTUK TIDAK MELUNASI BPIH.
3. Jemaah Haji yang dinyatakan tidak Istithaah tidak divaksinasi Meningitis, dan
Kemenag tidak menerbitkan SPMA.
4. Rumah Sakit / Dokter Rujukan specialis mendukung dan menguatkan penetapan
Istithaah Kesehatan Jemaah Haji.
5. Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji mengacu kepada Permenkes No.15 tahun 2016
dan Permenkes No.62 tahun 2016
6. Sosialisasi JH agar ikut program BPJS (aktif) di masing-masing wilayahnya.
KESIMPULAN
7. Tidak ada JH yang tidak memenuhi syarat Istithaah
berangkat sampai Embarkasi
8. JH tidak Istithaah diharapkan tidak melunasi BPIH
9. Perubahan status Istithaah agar dikordinasikn dg JH ybs dan Linsek
terkait Kemenag, KBIH dan MUI.
10. SK Penetapan / BA JH tidak Istithaah agar melibatkan Kemenag dan
KBIH bila perlu MUI setempat.
11. Rujukan JH ke RS mengikuti prosedur yg disepakati dg RSUD Kab/Kota
yang ditunjuk sbg rujukan.
12. Jangan menyebutkan judul TES KEBUGARAN tetapi PENGUKURAN
KEBUGARAN (agar JH tidak takut utk melakukan pengukuran
kebugaran)
PEMBINAAN KESEHATAN DI BERBAGAI DAERAH
SE PEMBINAAN KESEHATAN KEBUGARAN

Kota Surakarta
PEMBINAAN KESEHATAN KEBUGARAN

Kab. Batang

Kab. Sragen
61

Anda mungkin juga menyukai