Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH

PERPUSTAKAA
N
DI INDONESIA
REFERENSI
Nurlidiawati. 2014. Sejarah Perpustakaan di Indonesia.
Jurnal Ilmu Perpustakaan&Kearsipn, 2(1):18-27

2
Hello! KELOMPOK 4

ERLANDA RICHARTIKA
GUNTUR HARIANTO
VIKA AYU PUTRI
YOGI SAPUTRA

3
PENDAHULUAN

1 Sejarah perpustakaan di Indonesia


tidak terlepas dari sejarah
perkembangan peradaban bangsa
indonesia, maka keberadaan
perpustakaan di Indonesia tergolong
masih mudah dibanding dengan
negara-negara eropa dan arab.

Awal berdirinya perpustakaan,


dimulai ketika manusia mengenal
tulisan, bahan tulisan dan alat tulis
Periodesasi
perpustakaan
di indonesia
1. Zaman Kerajaan Lokal
2. Zaman Penjajahan Hindia Belanda
3. Zaman Penjajahan Jepang
4. Zaman setelah kemerdekaan
4. Zaman Orde Baru

5
Zaman kerajaan lokal
Sejarah perpustakaan di Indonesia dapat dimulai pada tahun
400-an yaitu saat ditemukannya sebuah prasasti yang dipahat
diatas tiang batu dikerajaan kutai (kalimantan timur) pada abad
ke-5 M. Tiang batu itu disebut Yupa. Huruf yang dipakai pada
yupa ini adalah huruf pallawa (huruf india selatan) dan
menggunakan bahasa sansekerta yang berisi tentang kerajaan
kutai.
Dari kerajaan sriwijaya juga banyak dijumpai kaum brahmana
yang tentunya mereka memerlukan buku atau manuskrip
keagamaan yang disimpan di berbagai biara.
Di pulau jawa, sejarah perpustakaan dimulai pada masa
kerajaan mataram. Pada masa itu dikenal pujangga keraton yang
menulis berbagai karya sastra. Contohnya naskah sang hyang 6
Zaman Hindia Belanda
Kedatangan bangsa barat pada abad ke-16
membawa perubahan tersendiri bagi perpustakaan
di Indonesia.
Perpustakaan yang pertama didirikan pada
zaman Hindia Belanda adalah sebuah perpustakaan
gereja di Batavia (Jakarta).
Perpustakaan ini diresmikan pada tangga 27 April
1643. Perpustakaan ini merupakan perpustakaan
tertua yang didirikan belanda dengan tujuan
memperkuat usaha penjajahannya di Indonesia. 7
Perpustakaan Gereja Batavia (Jakarta)
Pada waktu itu perpustakaan ini meminjamkan buku untuk
perawat rumah sakit Batavia, bahkan peminjaman buku diperluas
sampai ke Semarang dan Juana (Jawa Tengah). Jadi pada abad ke-17
indonesia sudah mengenal perluasan jasa Perpustakaan. Namun
berita tentang kegiataan perpustakaan gereja Batavia tidak lagi
kedengaran.
Lebih dari seratus tahun kemudian berdirilah perpustakaan
khusus di Batavia Pada tanggal 24 April 1778, yang disebut dengan
“bataviaasche Genootschap Van Kunstenen en Wetenschappen
(BGKW)” yang dipelopori oleh Mr. J.C.M. Radenmarker (Dewan Hindia
Belanda).
Karena prestasinya yang luar biasa dalam meningkatkan ilmu
dan kebudayaan, maka namanya ditambah menjadi Koninklijk
bataviaasche Genootschap Van Kunstenen en Wetenschappen.
Kemudian nama lembaga ini berubah pada tahun 1950 menjadi
lembaga kebudayaan Indonesia. Pada Tahun 1962 lembaga 8
kebudayaan Indonesia diserahkan kepada pemerintah Republik
Zaman Penjajahan Jepang
Pada zaman ini keadaan dan fungsi perpustakaan hampir dikatakan
tidak ada. Karena ketika itu Indonesia dalam suasana perang. Selama
pendudukan jepang Openbare leeszalen (ruang baca terbuka atau ruang
baa umum) ditutup, akibatnya perpustakaan ditutup.
Pada saat jepang membuka kembali sekolah, ada kebijakan berupa
larangan penggunaan buku-buku yang ditulis dalam Bahasa Inggris,
Belanda dan prancis di sekolah-sekolah.
Kebijakan tersebut menguntungkan bagi perkembangan
perpustakaan di Indonesia. Karena dengan kebijakan tersebut buku yang
diterbitkan dalam bahasa indonesia jumlahnya semakin meningkat. Pada
periode ini juga lahir perpustakaan Negara yang berfungsi sebagai
perpustakaan umum
9
Zaman setelah merdeka
Setelah indonesia memproklamasikan kemerdekaanya, tidak
banyak kegitan yang dilakuan oleh bataviaasch Genootschap Van
Kunsten en wetencshappen (BGWK) dan perpustakaan yang ada di
Indonesia, terutama yang berkaitan dengan fungsi deposit bahan
perpustakaan. Hal ini karena indonesia baru saja merdeka.
Setelah keadaan negara tertata kembali dan suasana
pemerintahan Republik Indonesia sudah mulai stabil, kebutuhan
akan perpustakaan sudah mulai dirasakan. Karena itulah kemudian
pemerintah mulai merintis dan menghidupkan kembali
perpustakaan yang selama penjajahan hingga kemerdekaan tidak
mendapat perhatian khusus.

10
Zaman orde Baru
Setelah tragedi G30SPKI . Pemerintah orde baru bekerja keras dalam
rangka pemulihan pertahanan dan keamanan. Pengembangan
perpustakaan pada periode ini tidak begitu menonjol, yang tampak hanya
usaha mempertahankan agar perpustakaan-perpustakaan yang sudah
berdiri tetap berlangsung dan meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat . Adapun perpustakaan negara yang sedang berkembang
tetap dibina oleh pusat pembinaan perpustakaan walaupun dana terbatas.
Setelah pendapatan negara meningkat melalui pusat pembinaan
perpustakaan proyek-proyek tersebut banyak dilakukan :
1. 1. Pembelian buku-buku utnuk perpustakaan negara meningkat
2. 2. pengembangan sayap pelayanan perpustakaan negara di tingkatkan
3. 3. perpustakaan sekolah yang selama itu kurang mendapat perhatian telah
11
mulai dibina.
12
13

Anda mungkin juga menyukai