Anda di halaman 1dari 63

FAKTA DAN DILEMA

ADOPSI STANDAR AKUNTANSI IFRS

Sony Warsono-bin-Hardono
FEB UGM
FAKTA TENTANG IFRS
SEJARAH IFRS
 Usulan IASC dalam 10th World Congress of Accountants
di Sydney Australia tahun 1972
 Pembentukan IASC (International Accounting Standards
Committee) 29 Juni 1973 di London
 7 Oktober 1977 terbentuk IFAC (International Federation
of Accountants) di 11th World Congress of Accountants di
Munich, Jerman.
 IASC juga menjalin kerjasama dengan IOSCO
(International Organization of Securities Commissions)
NEGARA PENDIRI IASC
1. Australia,
2. Kanada,
3. Perancis,
4. Jerman,
5. Amerika Serikat,
6. Inggris dan Irlandia,
7. Jepang,
8. Belanda, dan
9. Meksiko.
SEJARAH IFRS
 Tahun 1997 IASC membentuk tim Strategy Working
Party (SWP)
 Tantangan IASC (SWP, 1999):
• Pertumbuhan sangat pesat di pasar modal internasional,
• Inisiatif berbagai organisasi internasional untuk
meminimalkan kendala-kendala international trade,
• Internasionalisasi aturan-aturan bisnis,
• Peningkatan pengaruh IAS terhadap penerapan akuntansi
di banyak negara, dan
• Percepatan inovasi dalam transaksi bisnis.
SEJARAH IFRS

Keterbatasan IASC (Alfredson et al., 2009):


• Hubungan yang lemah antara IASC dan organisasi
penyusun standar akuntansi di berbagai negara,
• Belum terbentuk konvergensi standar antara IAS dan
standar yang diadopsi oleh sebagian besar negara,
• IASC bekerja secara paruh waktu (part-time), dan
• IASC kurang sumberdaya dan dukungan teknis.
SEJARAH IFRS

Keterbatasan IASC (Alfredson et al., 2009):


• Hubungan yang lemah antara IASC dan organisasi
penyusun standar akuntansi di berbagai negara,
• Belum terbentuk konvergensi standar antara IAS dan
standar yang diadopsi oleh sebagian besar negara,
• IASC bekerja secara paruh waktu (part-time), dan
• IASC kurang sumberdaya dan dukungan teknis.
SEJARAH IFRS

• Tahun 1999 SWP menghasilkan dokumen

“Recommendations on Shaping IASC for the Future”.


• Struktur keorganisasian menjadi 4, yaitu:
• Trustees,
• IASC Board,
• Standing Interpretation Committee (SIC), dan
• Standard Advisory Council (SAC)
CURRENT STATE IFRS

• IFRS FOUNDATION (2010)


• IFRS Foundation Constitution terbaru (approved Januari
2010, updated Desember 2010)
• Perubahan IFRS Foundation Constitution:
– Karena amanah konstitusi (5 tahun sekali direview)
– Karena adaptasi keadaan
CURRENT STATE IFRS
• Perubahan IASC Foundation Constitution sejak tahun
2000 sampai Juli 2011:
• 24 Mei 2000; persetujuan IASC Foundation Constitution,
• 5 Maret 2002 & 8 Juli 2002; revisi dalam rangka pembentukan
IFRIC dan amandemen untuk mengakomodasi perubahan-
perubahan yang terjadi,
• 21 Juni 2005; hasil review sesuai amanah konstitusi
• 31 Oktober 2007; amandemen untuk mengakomodasi perubahan-
perubahan yang terjadi,
• 15 Januari 2009; first part of the review sesuai amanah konstitusi
• 26 Januari 2010; conclusion of the review sesuai amanah konstitusi
CURRENT STATE IFRS
• Tujuan IFRS Foundation:
(a) to develop, in the public interest, a single set of high
quality, understandable, enforceable and globally
accepted financial reporting standards based upon
clearly articulated principles. These standards should
require high quality, transparent and comparable
information in financial statements and other
financial reporting to help investors, other
participants in the world’s capital markets and other
users of financial information make economic
decisions.
CURRENT STATE IFRS

• Tujuan IFRS Foundation:


(b) to promote the use and rigorous application of those
standards.
(c) in fulfilling the objectives associated with (a) and (b), to
take account of, as appropriate, the needs of a range of
sizes and types of entities in diverse economic settings.
(d) to promote and facilitate adoption of International
Financial Reporting Standards (IFRSs), being the
standards and interpretations issued by the IASB, through
the convergence of national accounting standards and
IFRSs.
CURRENT STATE IFRS
CURRENT STATE IFRS

• DUE PROCESS PENGEMBANGAN IFRS (Due


Process Handbook for the IASB)
• 3 (tiga) requirements:
1) Transparansi dan aksesibilitas,
2) Konsultasi dan responsi, dan
3) Akuntabilitas
CURRENT STATE IFRS

• 6 (enam) tahapan Due Process:


Tahap 1: Penetapan agenda,
Tahap 2: Perencanaan proyek,
Tahap 3: Pengembangan dan pemublikasian “Discussion
paper”,
Tahap 4: Pengembangan dan pemublikasian “Exposure draft”,
Tahap 5: Pengembangan dan pemublikasian IFRS, dan
Tahap 6: Prosedur-prosedur purna penerbitan IFRS.
CURRENT STATE IFRS
CURRENT STATE IFRS
CURRENT STATE IFRS
Access the unaccompanied IFRSs as issued at 1 January 2011 in English ….

Preface IFRS 1 IAS 1 IFRIC 1 SIC 7

Framework IFRS 2 IAS 2 IFRIC 2 SIC 10

IFRS 3 IAS 7 IFRIC 4 SIC 12

IFRS 4 IAS 8 IFRIC 5 SIC 13

IFRS 5 IAS 10 IFRIC 6 SIC 15

IFRS 6 IAS 11 IFRIC 7 SIC 25

IFRS 7 IAS 12 IFRIC 10 SIC 27

IFRS 8 IAS 16 IFRIC 12 SIC 29

IFRS 9 IAS 17 IFRIC 13 SIC 31

SME* IAS 18 IFRIC 14 SIC 32

*Standar tentang SME (small and medium IAS 19  IFRIC 15

Enterprise ditambahkan di tabel ini, penulis) IAS 20 IFRIC 16

IAS 21 IFRIC 17

IAS 23 IFRIC 18

IAS 24 IFRIC 19

IAS 26

IAS 27

IAS 28

IAS 29

IAS 31

IAS 32

IAS 33

IAS 34

IAS 36

IAS 37

IAS 38

IAS 39

IAS 40

IAS 41
CURRENT STATE IFRS

• Tahun 2000-an terdapat 2 standar utama:


IFRS dan GAAP (USA)
IFRS: Principles-based dan Fair value
GAAP: Rules-based dan Historical cost
• Konvergensi IFRS dan GAAP
 2002: Memorandum of Understanding (MoU)
Norwalk Agreement.
 2006: “A roadmap for convergence 2006 – 2008”
CURRENT STATE IFRS

• Produk konvergensi, antara lain:


 Sebelum 2007 Securities and Exchange Commission
(SEC) mensyaratkan perusahaan asing di Amerika
Serikat merekonsiliasi laporan keuangan sesuai
dengan GAAP. 2007 SEC menghapuskan persyaratan
tersebut sepanjang mereka telah mematuhi IFRS.
 SEC memublikasikan usulan peta-jalan (roadmap)
dalam rangka adopsi IFRS bagi perusahaan-
perusahaan Amerika Serikat.
 Conceptual Framework for Financial Reporting pada
bulan September 2010.
KERANGKA DASAR KONSEPTUAL
(CONCEPTUAL FRAMEWORK)
• 1989: IASC Board menerbitkan Framework for the
Preparation and Presentation of Financial
Statements (Framework)
• 2001: IASB adopsi Framework
• 2010: Joint project IASB & FASB menghasilkan
Conceptual Framework for Financial Reporting
(CF)
KERANGKA DASAR KONSEPTUAL
(CONCEPTUAL FRAMEWORK)
• Landasan konvergensi CF:
1. Pengembangan berfokus pada perbaikan, bukan
berupa revisi fundamental, terhadap kerangka
dasar yang ada (FASB, 2006).
2. Pengembangan kerangka dasar terdiri dari
beberapa tahap yang jika lengkap diharapkan
merupakan satu kesatuan dokumen.
KERANGKA DASAR KONSEPTUAL
(CONCEPTUAL FRAMEWORK)
Timing not
Conceptual Framework Schedule 2010
determined

Phase A: Objectives and qualitative characteristics F

Phase B: Elements and recognition DP

Phase C: Measurement DP

Phase D: Reporting entity DP/F

Phase E: Presentation and disclosure DP

Phase F: Purpose and status DP

Phase G: Application to not-for-profit entities DP

Phase H: Remaining issues (Document type not yet determined)


KERANGKA DASAR KONSEPTUAL
(CONCEPTUAL FRAMEWORK)
Arti penting CF (Alfredson et al., 2009):
• Sebagai guidances dalam mengurai dan menetapkan IFRS,
• Menjaga konsistensi internal dalam pengembangan IFRS,
• Membantu penyusun standar dan auditor laporan keuangan
dalam menyelesaikan isu-isu akuntansi yang belum terdapat
standar yang mengaturnya dengan jelas,
• Menetapkan terminologi-terminologi akuntansi yang presisi,
• Mengurangi volume standar yang berisiko berlebihan karena
ketiadaan pijakan dasar yang bersifat umum,
• Memberi parameter-parameter untuk melakukan judgment
sehingga mengurangi kebutuhan terhadap aturan yang
menginterpretasikan standar yang ada, dan
• Meningkatkan kepercayaan publik terhadap laporan keuangan.
KERANGKA DASAR KONSEPTUAL
(CONCEPTUAL FRAMEWORK)
• IASB dan FASB menyatakan bahwa Conceptual
Framework (CF) bukan merupakan IFRS (IASB, 2010;
FASB, 2010). Oleh karena itu tidak ada substansi CF
yang lebih penting ataupun dapat membatalkan
(override) standar (IASB, 2010).
• IFRS lebih memiliki kekuatan hukum dibanding CF.
• IASB & FASB diharapkan mengacu CF dalam
pengembangan standar-standar di masa datang
sehingga konflik akan semakin berkurang seiring
berjalannya waktu.
KERANGKA DASAR KONSEPTUAL
(CONCEPTUAL FRAMEWORK)
• Cakupan CF meliputi 4 hal (IASB, 2010):
1) Tujuan pelaporan keuangan,
2) Karakteristik kualitatif informasi keuangan
penuh-guna,
3) Definisi, pengakuan, dan pengukuran elemen-
elemen laporan keuangan, dan
4) Konsep tentang kapital dan pemeliharaan
kapital (capital maintenance).
KERANGKA DASAR KONSEPTUAL
(CONCEPTUAL FRAMEWORK)
KERANGKA DASAR KONSEPTUAL
(CONCEPTUAL FRAMEWORK)
PRINCIPLES VS. RULES

• “to develop, in the public interest, a single set of


high quality, understandable, enforceable and
globally accepted financial reporting standards
based upon clearly articulated principles….”

• “Memakai helm yang aman” vs. “Memakai helm


ber-SNI warna biru”
PRINCIPLES VS. RULES

Wells sebagai Director of IFRS Education Initiative dan Lopez


sebagai Academic Fellow of Education Initiative mengidentifikasi
karakteristik standar berbasis prinsip sebagai berikut (2009):
• Tanpa pengecualian;
• Prinsip-prinsip inti (tujuan-tujuan);
• Tidak ada ketidak-konsistenan;
• Terikat kuat dengan kerangka dasar konseptual;
• Menggunakan kebijakan (judgement) dalam penerapan standar,
• Minimal tuntunan (guidance) untuk menjadikan prinsip-prinsip
yang ditetapkan valid.
PRINCIPLES VS. RULES
PRINCIPLES VS. RULES
No. Sumber Pernyataan Standar Berbasis Prinsip
01 IAS No. 1 An entity shall prepare its financial statements, except for cash flow
(par. 27) information, using the accrual basis of accounting.
02 IAS No. 2 The cost of inventories shall comprise all costs of purchase, costs of
(par. 10) conversion and other costs incurred in bringing the inventories to their
present location and condition.
03 IAS No. 7 The statement of cash flows shall report cash flows during the period
(par. 10) classified by operating, investing and financing activities.
04 IAS No. 16 An entity shall choose either the cost model in paragraph 30 or the
(par. 29) revaluation model in paragraph 31 as its accounting policy and shall apply
that policy to an entire class of property, plant and equipment.

05 IAS No. 18 When the outcome of the transaction involving the rendering of services
(par. 26) cannot be estimated reliably, revenue shall be recognised only to the extent of
the expenses recognised that are recoverable.
PRINCIPLES VS. RULES
No. Topik IFRS FASB
01 Pengklasifikasian 2 Jenis klasifikasi: Sifat Tidak mengatur, SEC
beban (expenses) atau Fungsi mensyaratkan Fungsi
02 Pengukuran kinerja Tidak menetapkan Menetapkan beberapa
utama pengukuran utama
03 Penyajian di laporan Dua penyajian: dari non- Urutan dari current ke non-
posisi keuangan current ke current assets current assets
atau dari current ke non-
current
04 Kerugian penurunan Membolehkan pemulihan Tidak memperkenankan
nilai piutang usaha (recovery) pemulihan
05 Penurunan nilai di Membolehkan pembalikan Tidak memperkenankan
metode LCOM atau (reversion) pembalikan
LCNRV
PRINCIPLES VS. RULES
06 Aset tetap berwujud Dua model: Historical cost Tidak memperkenankan
atau Revaluation Revaluation model
07 Aset tidak berwujud Membolehkan kapitalisasi Mengakui sebagai biaya
yang dikembangkan beberapa aset pada periode peristiwa
secara internal
08 Penurunan nilai aset Membolehkan pembalikan Tidak membolehkan
tidak berwujud (reversal) atas kerugian pembalikan atas aset yang
akibat penurunan nilai dipegang untuk digunakan

09 Penerapan metode Membolehkan Tidak membolehkan


percentage-of- penggunaannya di kontrak penggunaannya di kontrak
completion jasa jasa
10 Pajak penghasilan Dua tarif: Enacted tax rate Penggunaan Enacted tax
(laba) atau Substantially enacted rate
FAIR VALUE MEASUREMENT
Produk-produk IFRS yang menggunakan Fair Value:
• IFRS 1 First-time Adoption of International Financial Reporting Standards
• IFRS 2 Share-based Payment
• IFRS 3 Business Combinations
• IFRS 5 Non-current Assets Held for Sale and Discontinued Operations
• IAS 11 Construction Contracts
• IAS 16 Property, Plant and Equipment
• IAS 17 Leases
• IAS 18 Revenue
• IAS 19 Employee Benefits
• IAS 20 Accounting for Government Grants and Disclosure of Government Assistance
• IAS 26 Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plans
• IAS 33 Earnings per Share
• IAS 36 Impairment of Assets
• IAS 38 Intangible Assets
• IAS 39 Financial Instruments: Recognition and Measurement
• IAS 40 Investment Property
• IAS 41 Agriculture
FAIR VALUE MEASUREMENT

 IFRS13 Fair Value Measurement Mei 2011


 Alfredson et al. (2009): “as the value determined
between knowledgeable, willing buyers and sellers
in an arm’s length transaction,…”.
 Kieso et al. (2011): “the amount for which an asset
could be exchanged, a liability settled, or an equity
instrument granted could be exchanged, between
knowledgeable, willing parties in an arm’s length
transaction.”
FAIR VALUE MEASUREMENT
• IASB (2011):
– The exposure draft proposed defining fair value as the price that would be
received to sell an asset or paid to transfer a liability in an orderly
transaction between market participants at the measurement date (an
exit price). That was the definition of fair value in US GAAP. (IASB, 2011; p.
16)
– Furthermore, given that the focus of the fair value measurement project
was to clarify the measurement objective, we decided to define fair value
as an exit price and emphasise that fair value:
• is a market-based measurement, not an entity-specific
• takes into account the market conditions at the measurement
date
– The definition of fair value in IFRS 13 is the same as in US GAAP. (IASB,
2011; p. 17)
FAIR VALUE MEASUREMENT

• Karakteristik dasar nilai wajar:


– Berdasar transaksi yang bebas, obyektif, dan berbasis
pasar (oleh pihak-pihak yang berpartisipasi dalam
transaksi),
– Sesuai kondisi terkini pada tanggal pengukuran, dan
– Berdasar harga keluar (exit price), yaitu:
• Dalam transaksi aset, berdasar harga yang seharusnya
diterima oleh penjual aset,
• Dalam transaksi liabilitas, berdasar harga yang seharusnya
dibayar oleh pihak yang mempunyai liabilitas (debitur).
FAIR VALUE MEASUREMENT

• Hirarki nilai wajar:


– Level 1: Input berupa harga yang dikutip dari pasar aktif
untuk aset dan liabilitas yang identik. Harga-harga ini harus
digunakan sebagai input penentuan nilai wajar tanpa
dilakukan penyesuaian, sepanjang tersedia.
– Level 2: Tidak termasuk dalam Level 1, input yang dapat
diobservasi, secara langsung atau tidak langsung, atas aset
dan liabilitas.
– Level 3: Input yang tidak dapat diobservasi, termasuk data
internal perusahan, yang disesuaikan seperlunya untuk
merefleksikan asumsi-asumsi atas partisipan di pasar.
FAIR VALUE MEASUREMENT
ADOPSI IFRS OLEH INDONESIA
• Misi IAI:
1. Memelihara integritas, komitmen, dan kompetensi anggota
dalam pengembangan manajemen bisnis dan publik yang
berorientasi pada etika, tanggungjawab, dan lingkungan hidup;
2. Mengembangkan pengetahuan dan praktek bisnis, keuangan,
atestasi, non-atestasi, dan akuntansi bagi masyarakat; dan
3. Berpartisipasi aktif di dalam mewujudkan good governance
melalui upaya organisasi yang sah dan dalam perspektif nasional
dan internasional.
ADOPSI IFRS OLEH INDONESIA

• Visi IAI:
Menjadi organisasi profesi terdepan dalam
pengembangan pengetahuan dan praktek
akuntansi, manajemen bisnis dan publik, yang
berorientasi pada eti ka dan tanggungjawab
sosial, serta lingkungan hidup dalam perspekti
f nasional dan internasional. 
ADOPSI IFRS OLEH INDONESIA
ADOPSI IFRS OLEH INDONESIA
ADOPSI IFRS OLEH INDONESIA
• Pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia:
I. Tonggak pertama (tahun 1973): Penerbitan “Prinsip Akuntansi Indonesia
(PAI)” yang merupakan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang
berlaku di Indonesia.
II. Tonggak kedua (tahun 1984): Penerbitan “Prinsip Akuntansi Indonesia
1984” yang merupakan hasil revisi mendasar atas PAI (1973).
III.Tonggak ketiga (1994): Penerbitan “Standar Akuntansi Keuangan (SAK)”
yang mencerminkan adanya revisi total terhadap PAI 1984. Sejak tahun
1994 IAI juga menetapkan untuk melakukan harmonisasi dengan
standar akuntansi internasional dalam pengembangan SAK. Terjadi
revisi secara berkesinambungan, baik berupa penyempurnaan maupun
penambahan standar baru sejak tahun 1994.
ADOPSI IFRS OLEH INDONESIA
• Due process dalam pengembangan PSAK :
a. Identifikasi issue untuk dikembangkan menjadi standar;
b. Konsultasikan issue dengan DKSAK (Dewan Konsultatif SAK);
c. Membentuk tim kecil dalam DSAK;
d. Melakukan riset terbatas;
e. Melakukan penulisan awal draft;
f. Pembahasan dalam komite khusus pengembangan standar yang dibentuk DSAK;
g. Pembahasan dalam DSAK;
h. Penyampaian Exposure Draft kepada DKSAK untuk meminta pendapat dan pertimbangan dampak
penerapan standar;
i. Peluncuran draft sebagai Exposure Draft dan pendistribusiannya;
j. Public hearing;
k. Pembahasan tanggapan atas Exposure Draft dan masukan Public Hearing;
l. Limited hearing;
m. Persetujuan Exposure Draft PSAK menjadi PSAK;
n. Pengecekan akhir;
o. Sosialisasi standar.
ADOPSI IFRS OLEH INDONESIA
Word (verb) Definition & Example (ex.)
a. To harmonize/ to provide or accompany with harmony
harmonise ex.: The singers harmonized their voices beautifully.

b. to make fit (as for a new use) often by modification


ex.: When children go to a different school, it usually takes
To adapt
them a while to adapt.

c. to come together and unite in a common interest or focus


To converge ex.: The two roads converge in the center of town.

d. to accept formally and put into effect <adopt a


constitutional amendment>
To Adopt
ex.: The assembly adopted a new constitution.
ADOPSI IFRS OLEH INDONESIA
ADOPSI IFRS OLEH INDONESIA
No. Pertanyaan/Pernyataan Informasi Terkini (per Maret 2011)
Rules for listed filings
No

01 IFRS required or permitted for listed companies?


02 Version of IFRS Not applicable. Financial statements must be
prepared in accordance with Indonesian GAAP.
03 Are subsidiaries of foreign companies or foreign companies listed on local No

exchanges subject to different rules?


Rules for statutory filings
04 Is IFRS or IFRS for SMEs required,
permitted or prohibited for statutory filings? IFRS and IFRS for SMEs are prohibited.

05 Version of IFRS Not applicable. Statutory accounts must be filed in accordance


with Indonesian GAAP.
06 In addition to local GAAP statutory financial statements, are there any other
regulatory financial statement requirements that permit or require the use of IFRS? No
IFRS conversion plans
07 Plans for converging Conversion is in process. Indonesia has a plan to converge with IFRS by 2012.
While the whole intent is to have a full convergence, certain differences are expected
to remain by 2012 mainly because IFRS 1 is not adopted and earlier versions of the
financial instruments standards may be used.

In addition, in 2009, the Indonesia Financial Accounting Standards Board has


KONDISI TERKINI ADOPSI IFRS
OLEH INDONESIA

Convergence process ongoing; a decision about


a target date for full compliance with IFRSs is
expected to be made in 2012 (Website IFRS,
2011)
 
PEMAHAMAN IFRS OLEH
MAHASISWA
DILEMA 1

One For All


DILEMA 2

Pengembangan Dilema
Yang “Sedikit Terlalu“
DILEMA 3

Bahkan Columbus-pun
Perlu Kapal
DILEMA 4

Apa Kata Pemerhati


Akuntansi?
DILEMA 5

Fleksibilitas Kerangka
Dasar Konseptual IFRS
DILEMA 6

Is Accounting For Life


or for Fail?
DILEMA 7

Makna dan
Konsekuensi Nama
IFRS
DILEMA 8

Sudah Tepatkah
Pengembangan
IFRSBerbasis Prinsip
Semata?
DILEMA 9

Informasi Keuangan
Yang Andal Sekaligus
Relevan
DILEMA 10

Berbaur Seharusnya
Tidak Selalu Tercampur
DRAMA TENTANG IFRS
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai