Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS DESAIN GEOMETRIK JALAN

PADA LENGKUNG HORIZONTAL


(TIKUNGAN) METODE BINA MARGA
DAN AASHTO

Dosen Pengampu :
Siswanto, S.Pd., M.Si
Disusun Oleh :
NUR EVI (1821076080)
OUTLINE
Introduction
Kajian Literatur
Metode
Hasil dan Pembahasan
Analisa
Kesimpulan
Referensi
Introduction
Masalah
geometri
tikungan

PERENCANAAN TIDAK
PP No. 34 JALA SESUAI PERTUMBUHAN
PEMAKAI JALAN YANG
Tahun 2006 N DIRENCANAKAN
A.
Klasifikasi
Jalan Raya
E.
B.
Alineme Geometrik
n Jalan Raya
Horizont Kajian
al Literat
ur

D. C. Elemen
Segmen/ Geometrik
Ruas Jalan Jalan Raya
A. Klasifikasi Jalan Raya

(Bina Marga, 1997)


Jalan raya pada
umumnya dapat
digolongkan dalam 4
klasifikasi yaitu:
O menurut fungsi
jalan,
O menurut kelas jalan,
O menurut medan
jalan, dan
O menurut wewenang
pembinaan jalan
B. Geometrik Jalan

O Geometrik jalan didefinisikan


sebagai suatu bangun jalan raya
yang menggambarkan tentang
bentuk atau ukuran jalan raya baik
yang menyangkut penampang
melintang, memanjang, maupun
aspek lain yang terkait dengan
bentuk fisik jalan.
O Dalam membangun jalan raya, suatu
ruas jalan dipengaruhi oleh
topografi, sosial, ekonomi dan
masyarakatnya.
C. Elemen Geometrik Jalan
O Penampang melintang jalan adalah potongan suatu jalan

secara melintang tegak lurus sumbu jalan (Sukirman, S.,


1999).
D. Segmen / Ruas Jalan
a. Jarak Pandang
• Jarak Pandang adalah suatu jarak yang diperlukan
oleh seorang pengemudi pada saat mengemudi
sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu
halangan yang membahayakan, pengemudi dapat
menguasai kendaraan dan melakukan sesuatu
untuk menghidari bahaya tersebut dengan aman
(Bina Marga, 1997).
b. Daerah Bebas Samping di Tikungan
• ruang untuk menjamin kebebasan pandang di
tikungan sehingga jarak pandangan henti (Jh)
dipenuhi. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
kemudahan pandangan di tikungan dengan
membebaskan objek-objek penghalang sejauh E
(m) diukur dari garis tengah lajur dalam sampai
objek penghalang pandangan sehingga persyaratan
Jh dipenuhi ( Bina Marga, 1997).
Jarak
Pandang Jarak Pandang
Henti (𝐽ℎ) Mendahului
(Jd)
Perhitungan Jarak Pandang Henti (Jh)

O VR = kecepatan rencana (km/jam)

OT = waktu tanggap, 2,5 detik

Og = percepatan gravitasi, 9,8 m/det2

OF = koefisien gesek memanjang perkerasan

jalan aspal, (f semakin kecil jika VR semakin

tinggi, dan sebaliknya).

O f = 0,35 - 0, 55 f = 0,28 - 0, 45

AASHTO 2001
BINA MARGA 1997
Perhitungan Jarak Pandang
Mendahului (Jd)

d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m)


d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai
dengan kembali ke lajur semula (m)
d3 = jarak kendaraan yang mendahului dengan
kendaraan yang datang dari arah berlawanan setelah
proses mendahului selesai (m)
D4= jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang
dari arah berlawanan (m)
T1 = waktu (detik)
T2 = waktu kendaraan berada pada lajur kanan (detik)
A = percepatan rata-rata (km/jam/detik)
m = perbedaan kecepatan antara kendaran yang menyiap
dan kendaraan yang disiap = (10 – 15 km/jam).
E. Alinemen Horizontal

O adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal


biasa dikenal “situasi jalan” atau “trase jalan”, yang
terdiri dari garis-garis lurus yang dihubungkan
dengan garis-garis lengkung. Garis lengkung
tersebut dapat terdiri dari busur lingkaran ditambah
busur peralihan, busur peralihan saja atau busur
lingkaran saja (Sukirman, S.,1999).
O Alinemen horizontal terdiri atas bagian lurus dan
bagian lengkung (disebut juga tikungan).
Perencanaan geometrik pada bagian lengkung
dimaksudkan untuk mengimbangi gaya sentrifugal
yang diterima oleh kendaraan yang berjalan pada
kecepatan (VR).
Ketentuan Panjang Bagian Lurus pada
Alinemen Horizontal
Pada elemen geometrik
alinemen horizontal, topografi
berupa daerah datar, dapat
terjadi bagian lurus atau
tangent menjadi sangat
panjang. Dengan
mempertimbangkan faktor
keselamatan pemakai jalan,
ditinjau dari segi kelelahan
pengemudi, maka panjang
maksimum bagian jalan yang
lurus harus ditempuh dalam
waktu tidak lebih dari 2,50
menit sesuai dengan (VR) atau
kecepatan rencana.
Ketentuan Komponen Tikungan
Gaya sentrifugal ini dapat diimbangi
dengan menyediakan suatu kemiringan
melintang jalan atau superelevasi, yang
bertujuan untuk memperoleh komponen
gaya berat yang dapat meminimalisir
gaya sentrifugal tersebut.
Rumus dasar kendaraan yang melintasi
tikungan :
e = Superelevasi,
f = Faktor gesekan samping
V = Kecepatan rencana (km/jam)
R = Jari-jari tikungan (m)
Superelevasi maksimum rekomendasi AASHTO : 2001
- harga e maks 0,10.
- Bila ada kemungkinan terjadi hujan es dan salju, harga
e maks menjadi 0,08.
- Pada daerah perkotaan, harga e maks hanya 0,06 atau
bahkan 0,04.
O AASHTO, 2001 memberikan rumusan untuk batasan
basar jari-jari minimum tersebut yaitu :
Rmin = Jari-jari tikungan minimum (m)
VR = Kecepatan Rencana (km/jam)
e max / Super Elevasi Maksimum (%)
f = Koefisien gesek, untuk perkerasan
aspal f = 0,14-0,24.
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
O Data Geometrik Jalan
Jalan Trans Maumere-Larantuka Sta
0+048,822– Sta 0+142,407 Alinemen
Horizontal

Jari-Jari Tikungan
O kecepatan rencana VR = 40 km/jam
sehingga otomatis e maks yang digunakan
yaitu e maks : 10% = 0,10, f maks = 0,166
sehingga seharusnya : Rmin Perhitungan :
Rmin = 47,363 Rmin Desain = 47 m dan D
maks 30,48°.
Panjang Lengkung Peralihan
Jalan Trans Maumere-Larantuka
Sta 0+048,822– Sta 0+142,407

O tidak sesuai dengan metode


perencanaan geometrik jalan Bina Marga
dan AASHTO, karena Ls atau
O panjang lengkung peralihan lebih kecil
dari pada panjang minimum lengkung
peralihan atau Ls min, sehingga bisa di
asumsikan bahwa jalan pada ruas ini tidak
aman.
Rekomendasi Perencanaan Desain Geometrik
Jalan
Analisa Perhitungan Jarak Pandang
O Perhitungan Jarak Pandang Henti
− Klasifikasi Fungsi Jalan : Arteri
− Klasifikasi Medan : Pegunungan
− VR = 50 km/jam (Tabel.1.)
− Kemiringan melintang jalan normal = 2%
− Lebar Jalan, B = 6 meter atau 2 x 3 m (tanpa
median)
Metode Bina Marga 1997
Jh yang digunakan
adalah Jh minimum yaitu : 54,405 m
Metode AASHTO 2001

Jh yang digunakan adalah Jh minimum yaitu : 62,84


m
O Perhitungan Jarak Pandang
Mendahului
Kesimpulan

Jarak Pandang

Alinemen Horizontal

Rekomendasi
Jarak Pandang

Hasil inspeksi keselamatan jalan pada aspek geometrik sepanjang


200 meter dengan 3 tikungan diperoleh:

(Jh) = 62,84 m dan (Jd) = 290,678 m

belum memenuhi peraturan Bina Marga dan AASHTO

menunjukan bahwa terdapat potensi daerah rawan kecelakaan


yang disebabkan oleh faktor jalan.
Alinemen Horizontal

Jari-jari Kelengkungan Panjang Lengkung Peralihan Landai relatif

• Jari-jari Kelengkungan • Panjang lengkung • Landai relatif pada


STA 207+500 – STA peralihan ada jalan jalan jalan jalan Trans
207+700 tidak Trans Maumere- Maumere -Larantuka
memenuhi Larantuka STA STA 207+500 –STA
persyaratan Bina 207+500–STA 207+700 207+700 tidak
Marga dan AASHTO didapat dari hasil memenuhi standar
perhitungan :
dengan syarat R > • PI NO. 1 STA 0+048,822 menurut persyaratan
Rmin yaitu : Bina Marga dan
dimana Ls = 20 dan Ls
• PI NO. 1 STA min = 28,32 Tidak Ok AASHTO yaitu 1/m ≤
0+048,822 dimana R (syarat : Ls > Lsmin) 1/mmaks.
= 20 dan Rmin = • PI NO. 2 STA 0+094,007 • Hasil perhitungan PI
47,363 (Tidak Ok) dimana Ls = 15 dan Ls NO. 1STA 0+048,822
• PI NO. 2 STA min = 30,6 Tidak Ok 1/m = 0,028 dan
0+094,007 dimana R (syarat : Ls > Lsmin) 1/mmaks = 0,01
= 15 dan Rmin = • PI NO. 3 STA 0+142,407 (Tidak Ok)
47,363 (Tidak Ok) dimana Ls = 20 dan Ls • PI NO.2 STA
• PI NO. 3 STA min = 18,6 Ok (syarat : 0+094,007 dimana
0+142,407 dimana R Ls > Lsmin), 1/m = 0,04 dan
• sehingga menurut 1/mmaks = 0,01
= 250 dan Rmin =
47,363 (Ok). syarat desain geometrik (Tidak Ok)
secara teoritis yang • PI
• Sehingga menurut NO. 3 STA
dianjurkan panjang
syarat desain lengkung peralihan, 0+142,407 dimana
geometrik secara pada tikungan ini 1/m = 0,018 dan
teoritis yang kurang aman untuk 1/mmaks = 0,01
dianjurkan, jalan ini pengguna. (Tidak Ok)
O Spiral – Circle – Spiral
digunakan pada :
- Sta 207+548,822
- Sta 207+594,007
V = 50 km/jam sesuai Jenis O Spiral – Spiral digunakan
dengan fungsi yaitu jalan Tikungan
pada :
arteri dan medan jalan
- Sta 207+642,407
pada daerah pegunungan.

Kecepata
Rekomen
Jari-jari
n dasi Tikungan
Rencana

O Direncanakan sesuai dengan


jari-jari minimum (Rmin)
elevasi pada tiap STA yang diperoleh dari
berubah, sesuai dengan perhitungan yaitu : 76 meter,
tipe tikungan yaitu S-C-S, sehingga jari-jari yang
Elevasi direncanakan (R) harus
dan S-S.
melebihi jari-jari minimum
(Rmin).
Referensi

O AASHTO, 2001, A Policy on Geometric Design of Highways and Streets, Washington DC.

O Direktorat Jendral Bina Marga, September 1997, Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No.

038/TBM/1997.

O Hendarsin, S. L., 2000, Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya, Politeknik Negeri Bandung, Bandung.

O Iskandar I. I., 2012, Perencanaan Geometrik Jalan Dengan Metode Bina Marga dan AASHTO Pada Ruas Jalan

Kantor Camat Rantau Pulung–KM 106 Kabupaten Kutai Timur, Universitas Kutai Kartanegara: Tenggarong.

O Khisty, C. J., 2003, I Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi, Erlangga, Jakarta.

O Nasution, M. A., 2010, Analisis Geometrik Tikungan Pada Jalan Lintas Medan-Brastagi Sta 56+650 – 56+829.

Universitas Islam Sumatera Utara :Medan.

O Oglesby, C. H., 1999, Teknik Jalan Raya, Erlangga, Jakarta.

O Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006, Tentang Jalan.

O Saodang, H., 2010, Konstruksi Jalan Raya-Buku I Geometrik Jalan Raya, Nova, Bandung.

O JURNAL SIARTEK ISSN : 2442 - 8299

O Jurnal Teknik Sipil & Arsitektur UNIPA Volume 4 No.2 hal - 35

O Sukirman, S., 1999, Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Nova, Bandung.

O Sunggono, V., 1984, Teknik Sipil, Nova, Bandung


THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai