B+C
Fase solven
A+C + B (EKSTRAK)
A+C
A dan B saling Fase diluen
A+C+B
melarut (RAFINAT)
B+C+A
PEMISAHAN
B+C
TAHAP
PENCAMPURAN KESEIMBANGAN Fase solven
(EKSTRAK)
SYARAT2 / SIFAT2 SOLVEN
SYARAT-SYARAT SOLVEN
• Memiliki perbedaan titik didih dengan solute cukup besar
• Memiliki perbedaan densitas dengan diluen cukup besar
• Tidak bereaksi secara kimia dengan solut maupun diluen
• Mempunyai koefisien distribusi yang cukup besar
• Murah dan mudah diperoleh
• Tidak beracun
SIFAT-SIFAT SOLVEN :
Koefisien distribusi; Selectivitas; Kemampuan ambil ulang;
Kelarutan; kapasitas; Tegangan muka; Density.
A (DILUEN) DAN B (SOLVEN) TIDAK SALING
MELARUT
= SOLUTE Perpindahan solute
= DILUEN
= SOLVEN
Raffinate
(R)
Extract
(E)
B>
C>
Extraction solvent
A <<
(B)
A (DILUEN) DAN B (SOLVEN) SALING MELARUT
Raffinate
(R)
Extract
(E)
B>
C>
Extraction solvent
A <<
(B)
KESETIMBANGAN CAIRAN
(SISTEM 3 KOMPONEN)
Proses ekstraksi mengandung paling sedikit 3 komponen yaitu A
(solvent feed), B (extracting solvent) dan C (distributed solute).
Secara ideal komponen A dan B adalah tidak saling melarut
(immiscible liquids), sedang komponen C dapat melarut
(terdistribusi) ke dalam A dan B. Namun dalam kebanyakan
sistem A dan B sebagian saling melarutkan (partially miscible),
atau terdapat pula sistem dimana pasangan A-B dan B-C
menumjukkan kelarutan terbatas, atau bisa terjadi pula bahwa
komponen C berupa padat (solid) yang dapat terlarut dalam A
maupun B. Oleh sebab itu ada 3 macam sistem kesetimbangan
tiga komponen yaitu kesetimbangan satu pasang komponen yang
saling melarut sebagian (one pair partially soluble), dua pasang
komponen yang saling melarut sebagian (two pairs partially
soluble), dan dua komponen yang saling melarut sebagian dan
satu solid (two liquids partially soluble and one solid).
Penjelasan dari ketiga sistem kesetimbangan tersebut dapat
digambarkan dalam diagram fase sistem 3 komponen.
Satu Pasang Komponen Saling Melarut Sebagian
y=x
.. . ..
y
.. . .
E P
yE*= E,R
M (xc)E
R
(xc)R y E*
A B 0
(DILUENT) L J K 0 (xc)R (xc)P x
(SOLVENT)
(a) (b)
dan E (kaya dengan B, dengan konsentrasi ( xC ) E
R EM
dengan perbandingan berat
E RM
Garis RE ini merupakan tie line dan melalui titik M di mana
menunjukkan tempat kedudukan campuran yang mempunyai
komposisi kesetimbangan ekstrak dan rafinat masing-masing
( x ) dan ( xC ) R
C E
.
Jumlah tie line banyaknya tak terhingga (pada Gambar 2
ditampilkan beberapa saja), dan tidak sejajar, namun mengalami
perubahan slope, sedangkan satu diantaranya adalah horizontal.
Sistem semacam ini disebut solutropic.
Titik P (plait point) merupakan tie line terakhir dimana
komponen C dalam fase rafinat sama dengan komponen C dalam
fase ekstrak dan bergabung menjadi satu fase homogen. Plait
point tidak menunjukkan konsentrasi C maksimum.
Fraksi komponen C dalam ekstrak, ( xC ) E
.
C
y
y=x
H
..
. .
R
. .
M
.
L y L*
H,L
(xc)R E yE*= (xc)E
y E* E,R
A B 0
K J
0 (xc)R (xc)H
x
(a) (b)
Pengaruh Temperatur pada diagram terner
C
.
A B
P
t4
C
t3
Temperatur
L K
t2 t1
L K
t2
C
.
t3
t1 A P B
AL K B
SIFAT-SIFAT SOLVEN
• Koefisien Distribusi (Distribution coefficient)
Didefinisikan sebagai perbandingan antara fraksi berat solute
dalam fase ekstrak , dibagi dengan fraksi berat solute dalam
fase rafinat, pada keadaan kesetimbangan.
( xC ) E
K
( xC ) R
• Selektivitas (selectivity)
Selektivitas atau pemisahan relatif ( ) dari suatu solven
adalah perbandingan fraksi C (solute) dan fraksi A (diluen)
dalam fase ekstrak dibagi dengan perbandingan fraksi C dan
fraksi A dalam fase rafinat pada keadaan kesetimbangan.
( xC ) E /( x A ) E
( xC ) R /( x A ) R
Selektivitas adalah analogi dengan relative volatility ( ) dalam distilasi
• Kelarutan Solven (solvent solubility)
C C
.
D
.
D
A K L B A K’ L’ B’
(a) (b)