Anda di halaman 1dari 196

EKONOMI ISLAM

1
Daftar Isi
1. Konsep Dasar Ekonomi Islam
2. Karakteristik dan Rancang Bangun Sistem
Ekonomi Islam
3. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
4. Teori Produksi & Konsumsi dalam ekonomi
Islam
5. Sektor Riil dalam ekonomi Islam
6. Uang Dalam Ekonomi Islam
7. Konsep Kepemilikan dalam Islam
8. Peran Negara dalam ekonomi Islam
9. Riba dalam Islam
10. Perbankan Islam
2
11. Pasar Modal Dalam Ekonomi Islam
Bab 1

Konsep Dasar Ekonomi Islam

3
Ekonomi
• Ekonomi adalah masalah menjamin berputarnya
harta diantara manusia, sehingga manusia dapat
memaksimalkan fungsi hidupnya sebagai hamba
Allah untuk mencapai falah di dunia dan akherat
(hereafter)
• Ekonomi adalah aktifitas KOLEKTIF!

Ekonomi dalam Islam adalah ilmu yang mempelajari


segala prilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan tujuan memperoleh falah (kedamaian
& kesejahteraan dunia-akhirat).

Prilaku manusia disini berkaitan dengan landasan-


landasan syariat sebagai rujukan berprilaku dan
4
kecenderungan-kecenderungan dari fitrah manusia.
Definisi Ekonomi Dalam Islam
S.M. Hasanuzzaman, “ilmu ekonomi Islam adalah
pengetahuan dan aplikasi ajaran-ajaran dan aturan-
aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam
pencarian dan pengeluaran sumber-sumber daya, guna
memberikan kepuasan bagi manusia dan
memungkinkan mereka melaksanakan kewajiban-
kewajiban mereka terhadap Allah dan masyarakat.”
M.A. Mannan, “ilmu ekonomi Islam adalah suatu ilmu
pengetahuan social yang mempelajari permasalahan
ekonomi dari orang-orang memiliki nilai-nilai Islam.”
Khursid Ahmad, ilmu ekonomi Islam adalah “suatu
upaya sistematis untuk mencoba memahami
permasalahan ekonomi dan perilaku manusia dalam
hubungannya dengan permasalahan tersebut dari sudut
pandang Islam.”
5
Definisi Ekonomi Dalam Islam
(lanjutan)
M.N. Siddiqi, ilmu ekonomi Islam adalah respon “para
pemikir muslim terhadap tantangan-tantangan
ekonomi zaman mereka. Dalam upaya ini mereka
dibantu oleh Al Qur’an dan As Sunnah maupun akal
dan pengalaman.”

M. Akram Khan, “ilmu ekonomi Islam bertujuan


mempelajari kesejahteraan manusia (falah) yang
dicapai dengan mengorganisir sumber-sumber daya
bumi atas dasar kerjasama dan partisipasi.”

Louis Cantori, “ilmu ekonomi Islam tidak lain


merupakan upaya untuk merumuskan ilmu ekonomi
yang berorientasi manusia dan berorientasi
masyarakat yang menolak ekses individualisme dalam
6
ilmu ekonomi klasik.”
Definisi Konvensional
Ilmu yang mempelajari prilaku manusia
dalam memenuhi
kebutuhannya yang tak terbatas
menggunakan faktor-faktor
produksi yang terbatas.

Masalah utama ekonomi adalah kelangkaan


(scarcity) dan
pilihan (choices)

7
Ekonomi Islam - Ekonomi
Rabbani
 Surah Ali Imran (3) ayat 109:
Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi;
dan kepada Allah –lah
dikembalikan segala urusan

 Surat Asy-Syura (42) ayat 12:


Kepunyaan-Nya-lah perbendaharaan langit dan bumi; dia
melapangkan rezeki bagi siapa
yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (nya).
Sesungguhnya Dia Maha mengetahui
segala sesuatu.

 Surah Ar-Ra’d (13) ayat 26:


Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang
Dia kehendaki. Mereka
bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehiduan
dunia itu (dibanding dengan)
8
kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)
Perkembangan Ilmu Ekonomi
Islam
Political independence of Muslim countries

End of Second
Islamic Resurgence
World War

Desire to be free of colonial influence

1950’s – early 1970’s – 80’s


1930’s – 40’s 60’s Economic Calls for
Fiqh and Kalam teachings and Islamic
principles of economics
Islam and Islamic
economics
system

9
Sejarah Ekonomi Islam

Ekonomi Islam pada hakikatnya bukanlah


sebuah ilmu dari sikap
reaksioner terhadap fenomena ekonomi
konvensional. Awal
keberadaannya sama dengan awal
keberadaan Islam di muka bumi
ini (1500 Th yang lalu), karena ekonomi Islam
merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari Islam sebagai
sistem hidup. Islam yang
diyakini sebagai jalan atau konsep hidup
10
tentu melingkupi
ekonomi sebagai salah satu aktivitas hidup
Kritik Ekonomi Islam Sebagai
Ilmu
The Adjusted Capitalism School;
Islamic Economics as a school of
thought of capitalism
The Conventional School; Islamic
Economics has no scientific basis and
structure for creating and establishing a
workable economic system
The Sectarian Diversity School;
Islamic Economics lacks a scientific
basis (merely a reflection of certain
religious beliefs), the existence of
different sects in Islam
(Muhammad Arif, Toward the shari’ah
11 Paradigm of Islamic Economics: The
beginning of a Scientific Revolution,
Perbandingan
Ekonomi

Ekonomi

Sistem Ekonomi

Sosialisme Islam Kapitalisme

Paradigma Marxis Syari’ah Ekonomi Pasar

Tak ada ‘Manusia Muslim’ Manusia Ekonomi


Basis pemilikan (islamic man)
pribadi
Landasan Khalifah Allah Individualisme
Filosofis Dialektik
di bumi berdasar
laissez faire
12
Bab 2
Karakteristik dan
Rancang Bangun Sistem
Ekonomi Islam

13
1. Tujuan Ekonomi Islam
 Ekonomi Islam mempunyai tujuan untuk
memberikan keselarasan bagi kehidupan di
dunia. Nilai Islam bukan semata-semata hanya
untuk kehidupan muslim saja, tetapi seluruh
mahluk hidup di muka bumi.
 Esensi proses Ekonomi Islam adalah pemenuhan
kebutuhan manusia yang berlandaskan nilai-nilai
Islam guna mencapai pada tujuan agama
(falah). Ekonomi Islam mampu menangkap nilai
fenomena masyarakat sehingga dalam
perjalanannya tanpa meninggalkan sumber
hukum teori ekonomi Islam, bisa berubah.

14
2. Karateristik Ekonomi
Islam
• Harta Kepunyaan Allah dan Manusia
merupakan khalifah atas harta
• Ekonomi terikat dengan akidah, syariah
(hukum), dan moral.
• Keseimbangan antara kerohanian dan
kebendaan.
• Kebebasan individu dijamin dalam Islam
• Negara diberi wewenang turut campur dalam
perekonomian.
• Bimbingan konsumsi
• Petunjuk Investasi
15 • Zakat
3. Prinsip Ekonomi Islam
Kerja (resource utilization)
Kompensasi (compensation)
Efisiensi (efficiency)
Professional (professionalism)
Kecukupan (efficiency)
Pemerataan kesempatan (equal opportunity)
Kebebasan (freedom)
Kerja sama (cooperation)
Persaingan (competition)
Keseimbangan (equilibrium)
Solidaritas (solidarity)
Information simetri (Symmetris information)
Hidup hemat/tidak bermewah-mewah (abstain
from wasteful and luxurious living)
16
4. Nilai Dasar Sistem
Ekonomi

Pemilikan Keseimbangan Keadilan

1. Pemilikan hanya1. Sederhana 1. Berarti


atas manfaatnya2. Hemat kebebasan
2. Pemilikan 3. Menjauhi bersyarat akhlak
terbatas pemborosan Islam
sepanjang umur (thdp 2. Harus diterapkan
3. Tak ada pemilikan & di semua fase
pemilikan pengelolaan kegiatan ekonomi
individu atas sumber daya) 3. Alokasikan
barang umum 4. Menikmati sejumlah hasil
hasil kepada yang tak
pembangunan mampu masuk
5. Perbaikan pasar atau tak
kesejahteraan sanggup
17
setiap individu membeli
5. Nilai Instrumental Sistem
Ekonomi

Islam

Zakat
Pelarangan
Riba
Kerjasama
Ekonomi
Jaminan
Sosial
Peranan
18
Pemerintah
a. Pandangan Dunia terhadap
Riba
Fatwa MUI, Desember Keputusan MUI, Januari
2003 2004

Buku Yusuf
Qardlawy:
Bunga Bank BUNGA BANK
Haram ADALAH RIBA,
DAN KARENA
Sidang OKI di
Karachi 1970 ITU HARAM
Mufti
Negara Konsul Kajian Islam
Mesir 1989 Dunia

19 Al-Azhar, Al-
Qahirah
Tauhid

Tujuannya: Taqarrub ila Llah b.


Hukum Zakat
Menjadi jiwa hukum dalam peradaban manusia

Akhlaq

Sumber praktek persamaan dan persaudaraan

Sosial
Mempersamakan dan mempersaudarakan manusia
Ekonomi

Menjamin growth with equity, memperbaiki hasrat dan pola


20
konsumsi, mendorong redistribusi, dll.
c. Jaminan Sosial
Keuntungan dan beban sebanding dengan manfaat:
(17:15).

Tidak boleh ada eksternalitas negatif:


(2:279).

Manfaat dari sumber ekonomi harus dapat dinikmati


oleh seluruh makhluk (2:22 dan 29).

21
Jaminan Sosial (lanjutan)

Pengeluaran sosial adalah hak sah dari


orang miskin dan malang (al-Ma’aarij 24-
25).p

Harta tidak boleh beredar di antara orang


kaya saja (Al-Hasyr 7)

Mengeluarkan tenaga dan modal untuk


kebutuhan masyarakat adalah alasan hidup
22
seorang Muslim.
d. Kerjasama Ekonomi

Karakter utama
masyarakat ekonomi
Islami >< persaingan Mudharab
bebas kapitalis dan ah
kediktatoran marxis Musyarakah

Qardhul Hasan
Qirad: pemilik
modal adalah
partner, bukan Murabahah
pemberi
pinjaman
23
e. Peranan Negara

Pemerintah dapat
berfungsi sebagai
distributor maupun
pemilik manfaat sumber-
sumber ekonomi serta
sebagai lembaga
pengawas kehidupan
24
ekonomi melalui lembaga
Peranan Negara (lanjutan)

Hisbah pernah ada di


zaman Nabi Muhammad
s.a.w., sebagai lembaga
pengawas pasar yang
menjamin tidak adanya
pelanggaran moral di pasar,
monopoli, perkosaan
25
terhadap hak konsumen,
6. Basis Kebijakan Ekonomi
Islam

Penghapusan Riba (prohibition of

riba)
Pelembagaan Zakat

(implementation of zakat)
Pelarangan Gharar (risk)

Pelarangan yang

26 Haram/Menjalankan usaha yang


7. Paradigma Ekonomi Islam
1. Berpikir & Berperilaku (behaviour
paradigm)
 Spirit dan pedoman masyarakat
berperilaku --- nilai ekonomi islam

1. Umum (grand pattern)


 Kapitalisme --- individual materialisme
dlm berpikir
---Mekanisme pasar dlm
berperilaku ekonomi
27
8. Rancang Bangun Sistem
Ekonomi Islam

Kepemilikan dalam Islam; individu,

umum, dan negara


Mashalahah sbg Intensif Ekonomi

Musyawarah sbg Prinsip

Pengambilan Keputusan
Pasar yg Adil sbg Media Koordinasi

28
Pelaku Ekonomi dlm Islam; Pasar,
Bab 3

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

29
Sejarah Ekonomi Islam
Ekonomi Islam pada hakikatnya bukanlah sebuah
ilmu dari sikap
reaksioner terhadap fenomena ekonomi
konvensional. Awal
keberadaannya sama dengan awal keberadaan
Islam di muka bumi ini
(1500 Th yang lalu), karena ekonomi Islam
merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari Islam sebagai sistem hidup.
Islam yang diyakini
sebagai jalan atau konsep hidup tentu
melingkupi ekonomi sebagai
salah satu aktivitas hidup manusia. Jadi dapat
30 dikatakan bahwa
Perekonomian di Masa
Rasulullah SAW
 Mekkah – masyarakat Muslim belum sempat
membangun perekonomian; perjuangan &
mempertahankan diri dari intimidasi kaum Quraisy
 Madinah;
 perekonomian sederhana – prinsip2 dasar ekonomi
 Komitmen thdp etika dan norma (syariah Islam)
 Baitul Maal; Institusi pengelola keuangan Negara -
kesejahteraan masyarakat
 Muzaraah, mudharabah, musaqah
 Pemasukan Negara; zakat dan ushr
 Sadaqah & Ghanimah
 Rikaz, amwal fadhla, wakaf, nawaib
 Jizyah

31
Perekonomian Masa
Khulafaurrasyidin
Abu Bakar Siddiq (537- Usman Bin Affan (577
634M) – 656M)
 Melanjutkan dasar-dasar  Zakat & Jizyah
yg dibangun Rasulullah  Supremasi Kelautan
SAW (Pelabuhan Islam
 Zakat – banyak yg tidak
Pertama)
membayar Zakat  Komposisi kelas sosial
 Baitul Maal – Diteruskan
 Sistem penggajain
Ali Bin Abi Thalib
aparat Negara (600-661M)
 Sederhana
Umar Bin Khattab (584-  Keuangan Negara
644M)  Mata Uang Negara
 Sektor Pertanian &

32
Irigasi
 Hukum Perdagangan &
Periode Pertama/Fondasi
(699-767M)
1. Abu Hanifa (699-767M) 3. Muhammad bin Al
 Salam; transaksi Hasan (750-804M)
penjual & Pembeli  Ijarah, Tijarah, Ziraah,
 Menghilangkan dan Sinaah)
ambiguitas &  Perilaku konsumsi ideal
perselisihan
 Murabahah &  Transaksi/kerjasama

Perdagangan
 Zakat & Muzara’ah 4. Abu Ubayd Al-Qasam
(838M)
2. Abu Yusuf (731-798)  Keuangan publik
 Al-Kharaj; Perpajakan &
 Kebijakan fiskal
Peran Negara
 Keuangan Negara  Zakat, khums, kharaj,
 Tasarruf al-Iman ‘ala fay
33 Ra’iyyah Manatun bi al-
Mashlahah
5. Harith bin Asad Al- 7. Mawardi (1058M)
Muhasibi (859M) Al-Ahkam al-
 Al-Makasib;
Sulthoniyyah;
memperolehi
pemerintah &
pendapatan
 Laba & Upah administrasi
 Kerjasama & Hukuman Pengawasan Pasar
(mencari keuntungan) Perilaku ekonomi –
individu
6. Ibn Miskwaih (1030M) Wisdom
 Tahdid al-Akhlaq;
pertukaran barang, Mudharabah
jasa & peranan uang Transaksi Dagang
 Kompensasi
 Emas logam

34
Periode Kedua (1058-1446M)
Korupsi & dekadensi moral
1. Al-Ghazali (1055- 3. Ibn Khaldun (1332-
1111M) 1404M)
 Perukaran & evolusi  Muqaddimah
pasar  Perdagangan
 Produksi & Peranan International
Negara  Hukum
 Barter & evolusi uang permintaan/penawaran
 Riba  Industri & kerajinan
 Kepentingan individu  Emas & Perak
 Backward sloping supply
2. Ibn Taimaya (1263- curve
1328)
 Persaingan pasar bebas 4. Nasiruddin Tusi
 Market supervisor (1093M)
35
 Peranan negara  Akhlaq e-Nasiri
 Kepemilikan & sumber  Political economy
Periode Ketiga (1446- Periode Kontemporer
1932M) (1930-
sekarang)
1. Shah Waliullah (1703-
1763M)  1930-an --- kebangkitan
 Hujjatullah al-Baligha
kembali intelektualitas
 Kerjasama; pertukaran
di dunia Islam
barang & Jasa  Perbandingan sistem
 Pembagian ekonomi
ekonomi islam dgn
alamiah
 Kepemilikan &
sistem lainnya
 Kritik thdp sistem
pengelolaan Negara
 Pajak ekonomi konvensional;
filosofi dan praktikal
 Pembahasan ekonomi
2. Muhammad Iqbal (1873-
1938M) islam; mikro dan makro
 Islam vs Kapitalisme &
36
Komunisme
1. Muhammad Abdul Mannan
Market System Plus
Islamic Man Planning

ASSUMPTION
S
Private Property is an Observation & Revelation
Individual Right as Source of Knowledge

FEATURES Individual & State

Relative & Qualified


Ownership of Private
Property
Implementation of
Zakat
Prohibition of Riba
(interest)

Market Forces &


37
Planning
2. Muhammad Nejatullah
Siddiqi
ASSUMPTIONS Islamic Man

Mutual Consultation &


Cooperation is the Norm

Relative, Private Property


Subject to Moral & Social
Obligation
FEATURES

Positive & Active Role of Relative & Qualified


State Rights of Individual,
Society & State
Prohibition of Riba
(interest) Implementation of
Zakat
Guarantee Basic
Necessities to All

38
3. Syed Nawab Haider Naqvi
Unity Freewill

AXIOMs

Equilibrium Responsibility

FEATURES

Social Security & Anti- Property Relations


Poverty Programs
Resource Allocation &
Abolition of Riba Decision Making

Infaq Incentive

39
4. Monzer Kahf
Islamic Man as Active
Agent Cooperate to
ASSUMPTIONS State as Planner & Achieve Goal
Supervisor of Falah
ECONOMIC POLICIES

Maximization of Minimization of Ensure Rules of The


Rate of Utilization of Distribution Game
Resources Gap
Using monetary & Fiscal Policies; production & distributional tools; legal
enforcement; education

FRAMEWORK

Property Rights Zakat


Decision Making Riba

Role of State

40
5. Sayyid Mahmud Taleghani
Islamic Man Market System as in
Capitalism Unacceptable
ASSUMPTION to Islam
S
Social Rights Precede Need for Qualified and
Individual Rights Guided Ijtihad to Answer
Contemporary Problems

FEATURES Property Rights

Decision-Making &
Resource Allocation

Zakat & Other Taxes


(Khums, Jizya, Kharaj)

Prohibition of Riba
(interest)

41
6. Muhammad Baqir As Sadr
Islamic Man Restricted to individual
freedom is natural
ASSUMPTION
S Vicegerency calls for
Private, Public & State duty, responsibility,
Ownership Exist accountability & justice,
Simultaneously leading to cooperation

Property Relations
FEATURES
Decision-Making &
resource Allocation

Zakat & Other Taxes


(Khums, Jizya, Fay,
Kharaj)
Prohibition of Riba
(interest) & all forms of
exploitation
42
Bab 4

Teori Produksi & Konsumsi


dalam ekonomi Islam

43
1. Teori Konsumsi
 Konsumen mencari kepuasan tertinggi
 Batasan konsumsi --- kemampuan anggaran

Mashalahah dalam Konsumsi


 Memilih barang atau jasa yg memberikan
mashlahah maksimum
 Mashlahah --- manfaat & berkah

a. Kebutuhan & Keinginan – membeli atau


memiliki adalah faktor kebutuhan dan
keinginan, tidak mendatangkan madharat
b. Mashlahah dan kepuasan – Manfaat dan
kepuasan; identik, Mashlahah tdk individualis
44c. Mashlahah dan Nilai-nilai Ekonomi Islam –
Prilaku Konsumsi Prilaku Konsumsi
(Dr.
TUJUAN: Yusuf Qardhawi);
Memenuhi kebutuhan
baik
Konsumsi pada
jasmani maupun ruhani
sehingga mampu barang yang halal &
memaksimalkan fungsi baik; berhemat
kemanusiaannya sebagai (saving), berinfak
hamba Allah SWT untuk (mashlahat) serta
mendapatkan menjauhi judi,
kebahagiaan khamar, gharar &
dunia dan akhirat (falah). spekulasi
Konsumsi yang
45
menjauhi
Hukum Penguatan Kegiatan
Mashlahah:
1. Keberadaan berkah akan memperpanjang rentang
daru suatu kegiatan konsumsi
2. Konsumen yang merasakan adanya mashlahah dan
menyukainya akan tetap rela melakukan suatu
kegiatan meskipun manfaat dari kegiatan tersebut
bagi dirinya sudah tidak ada.

 Islam melarang adanya penggantian (substitusi) dari


barang atau
transaksi yang halal dengan barang atau transaksi
yang haram.
 Hukum permintaan menyatakan bahawa jika harga
barang/jasa meningkat, maka jumlah barang/jasa
46 yang diminta konsumen akan menurun, selama
Zakat Terhadap Konsumsi
Golongan
Masyarakat Implikasi Terhadap Konsumsi

Non- Dapat dikatakan zakat tidak


Mustahik/Muza mempengaruhi golongan ini.
kki
Zakat dambil dari pendapatan atau
Muzakki kekayaan muzakki, sehingga mengurangi
pendapatan yang dapat dibelanjakan.
Namun dengan asumsi bahwa para
muzakki adalah golongan yang umumnya
bekerja sebagai produsen, maka
keuntungan oleh produsen akan dirasakan
akibat tingkat konsumsi yang terus terjaga,
akibat zakat yang mereka bayarkan
dibelanjakan oleh ara mustahik untuk
mengkonsumsi barang dan jasa dari
produsen. Jadi semakin tinggi jumlah zakat
47 semakin tinggi pula konsumsi yang dapat
mendorong perekonomian.
Zakat Terhadap Konsumsi
(lanjutan)
Golongan Implikasi Terhadap Konsumsi
Masyarakat
1.   Bagi golongan Fakir zakat merupakan
pendapatannya dalam memenuhi kebutuhannya (Y
Mustahik = Z = C).
2.   Bagi golongan Miskin zakat merupakan
tambahan pada pendapatannya dalam memenuhi
kebutuhannya (Y + Z = C).
3.   Bagi golongan Ibnussabil zakat menjadi
pendapatan utamanya dalam memenuhi
kebutuhannya (Y = Z = C).
4.   Bagi golongan Fisabilillah zakat menjadi
pendapatan keluarganya dalam memenuhi
kebutuhan mereka (Y = Z = C).
5.   Bagi golongan Muallaf zakat menjadi
pendapatan utama yang dapat meneguhkannya (Y =
Z = C).
6.   Bagi golongan Amil zakat menjadi
pendapatannya dalam memenuhi kebutuhannya (Y
= Z = C).
7.   Bagi golongan Gharimin zakat menjadi
pendapatan untuk membayar hutang (Z = H).
Asumsi: zakat didistribusikan pada mustahik disesuaikan dengan
8.   Bagi golongan hamba sahaya zakat menjadi
kebutuhan mereka
Catatan: Y = Pendapatan,pendapatan
Z = Zakat, untuk harga tebusan
C = Konsumsi, dirinya (ZP==P).
H = Hutang,
Harga Tebusan  Dari asumsi diatas dapat disimpulkan bahwa zakat
menjaga tingkat konsumsi untuk terus menjaga
48 jalannya perekonomian.
2. Prilaku Barang & Jasa yang
Produksi Diproduksi
 Jenis barang dan jasa
TUJUAN
 Memenuhi kebutuhan yang diperjual-belikan
setiap individu; bahwa adalah barang dan jasa
aktifitas produksi yang diperbolehkan
hendaknya berorientasi oleh syariat atau
pada kebutuhan barang dan jasa yang
masyarakat luas, bukan tidak ada
terbatas pada orientasi pelarangannya dalam
pemaksimalan syariat.
keuntungan materi saja  Barang & Jasa yang
 Mewujudkan kemandirian terlarang: babi, khamar,
ummat; bahwa aktifitas naza, judi, mengundi
produksi bertujuan nasib dan lain
49 menciptakan rasa
sebagainya yang
Nilai- Nilai Islam dalam
Produksi
Nilai-nilai Islam yg relevan dengan Produksi
dikembangkan dari
TIGA nilai utama; Khilafah, Adil dan Takaful;
1. Berwawasan jangka panjang; tujuan akhirat
2. Menepati janji dan kontrak
3. Memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan, dan
kebenaran
4. Berpegang teguh pada kedisiplinan & dinamis
5. Memuliakan prestasi/produktivitas
6. Mendorong ukhuwah antarsesama pelaku
ekonomi
7. Menghormati hak milik individu
8. Mengikuti syarat sah & rukun akad/transaksi
50
9. Adil dalam bertransaksi
Zakat Terhadap Produksi
Dengan asumsi bahwa para muzakki adalah
golongan yang
umumnya bekerja sebagai produsen, maka
manfaat zakat oleh
produsen akan dirasakan melalui tingkat
konsumsi yang terus
terjaga, akibat zakat yang mereka bayarkan
dibelanjakan oleh para
mustahik untuk mengkonsumsi barang dan jasa
dari produsen. Jadi
semakin tinggi jumlah zakat semakin tinggi
51 pula konsumsi yang
Bab 5

Sektor Riil dalam ekonomi Islam

52
Motif Aktifitas Ekonomi
Definisi & Jenis Transaksi
Kontrak Komersial
Instrument – instrument
Etika dlm Pasar
Hisbah
Intervensi Pemerintah

53
Motif Aktifitas Ekonomi
KONDISI MOTIF AKTIFITAS
MASYARAKAT EKONOMI
(asumsi)

Keimanan Yang Baik Mashlahat, kewajiban & Kebutuhan

Keimanan Yang Mashlahat, Kewajiban, Kebutuhan,


Kurang Egoisme, Materialisme &
Rasionalisme

Keimanan Yang Egoisme, Materialisme &


Buruk Rasionalisme

54
Jenis Transaksi
Definisi
 Cara transaksi yang
Sektor yang dibenarkan dalam Islam
adalah pertukaran
menjelaskan ekonomi yang bersifat
tentang arus barang produktif tanpa ada unsur
dan riba (bunga), gharar
(manipulasi), maisir (judi),
jasa, yang terjadi ihtikar (penimbunan),
akibat tatfif (curang).
transaksi yang
 “…Allah telah
dilakukan di
menghalalkan jual-beli
pasar dengan dan mengharamkan
menggunakan riba…” (Al Baqarah: 275)
55 bentuk-bentuk akad
Jual Beli (Dr. Saiful Azhar
Rosly)
Profits derived from Al-Bay’( trade and commerce)
(GHURMI + IKHTIAR)
(RISK-TAKING + WORK AND EFFORT)

Contractual profits derived from loans = Riba


(Risk-free + zero value added)

Profit
(Ribh)

Debt Al-Bay’

Risk-free Ghurmi
Haram Halal
Zero VAD Ikhtiar

56
Jual Beli (Dr. Saiful Azhar
Rosly)

Cost-Price + Mark-up = Selling Price

‘IWAD

Ghurmi Ikhtiyar Daman


(eg.ownership risk) (Value-added) (Liability)

57
Prinsip Dasar Transaksi
Syariah
 Transaksi harus dilakukan atas mal atau amal
yang mutaqawwam dan memberi faedah
(manfaat), dimana atas manfaat yang timbul
dapat dilakukan bagi hasil.
 Uang berfungsi sebagai alat pertukaran nilai,
karena nilai uang adalah pada daya beli yang
ditimbulkannya dan manfaat hanya timbul akibat
pemakaian mal atau amal yang dibeli dengan
uang tersebut.
 Transaksi harus transparan dan tidak boleh ada
keraguan yang menimbulkan kerugian (gharar)
 Harus dapat mengelola resiko yang timbul
58
sehingga tidak mengambil resiko yang berlebihan
(maysir)
Kontrak Komersial (Jual-Beli)
Murabahah
Ijarah
Istisna’
Salam
Rahn
Mudharabah
Musyarakah

59
Instrumen Investasi Dalam
Pasar
 Mudharabah
Yaitu kontrak bagi hasil (Profit-Loss Sharing)
antara dua pihak atau lebih dalam sebuah usaha
ekonomi, dimana ada pihak yang menjadi
penanam modal (Rabbulmal) dan ada pihak yang
mengelola modal dengan keahliannya (Mudarrib)

 Musyarakah
Yaitu kontrak bagi hasil (Profit-Loss Sharing)
antara dua pihak atau lebih dalam sebuah usaha
ekonomi, dimana kedua pihak tersebut dapat
berkongsi modal dan keahlian, dan keduanya aktif
dalam pengelolaan usaha ekonomi.
60
Instrumen Jual-Beli Dalam
Pasar
 Istisna
Yaitu Transaksi jual beli dimana pembeli menerima barang
terlebih dahulu dengan pembayaran yang tertunda.
 Salam
Yaitu transaksi jual beli dimana penjual memberikan barang
pada pembeli pada masa yang akan datang dengan pembayaran
penuh terlebih dahulu.
 Rahn
Yaitu transaksi menggunakan akad gadai, jika penggadai
mampu tidak mampu menebus barangnya dalam waktu yang
telah disepakati, maka barang tadi menjadi milik penerima gadai
 Murabahah
Yaitu suatu transaksi jual beli dimana pemilik modal
(Rabbulmal) membeli barang atas permintaan pengguna akhir
yang kemudian membeli secara kredit dari pemilik modal dengan
harga mark-up.
 Ijarah
61
Yaitu suatu kontrak sewa yang kemudian menjadi transaksi jual
beli ketika penyewa menggenapkan pembayaran pada akhir
Mekanisme Pasar

Mekanisme pasar dalam Islam adalah


mekanisme bebas dimana harga
ditentukan oleh kekuatan demand dan
supply. Sehingga peningkatan sektor riil
dilakukan dengan menstimulus atau
memperlancar interaksi permintaan dan
penawaran, baik dengan regulasi,
kebijakan maupun dengan eksistensi
institusi penunjang pasar.

62
Kebijakan Penunjang Sektor
Riil
Kebijakan Sistemik:
• Mekanisme Zakat
• Pelarangan Riba

Kebijakan Pemerintah:
• Minimalisasi Pajak (Supply-Side Policy)
• Optimalisasi Sektor Sosial (Demand-
Side Policy)
• Pengembangan Teknologi-Informasi
• Optimalisasi Institusi Penunjang Pasar
63
Zakat Dalam Sektor Riil
• Zakat menjadi mekanisme baku yang menjamin
terdistribusinya pendapatan dan kekayaan,
sehingga tidak terjadi kecenderungan
penumpukan faktor produksi pada sekelompok
orang yang berpotensi menghambat perputaran
ekonomi.
• Mekanisme zakat merupakan mekanisme
perputaran ekonomi (velocity) itu sendiri yang
memelihara tingkat permintaan dalam ekonomi.
Dengan kata lain pasar selalu tersedia bagi
produsen untuk memberikan penawaran. Dengan
begitu sektor riil selalu terjaga pada tingkat yang
minimum dimana perekonomian dapat
berlangsung, karena interaksi permintaan dan
penawaran selalu ada.
64
• Dengan zakat perekonomian juga
mengakomodasi warga negara yang tidak
Pelarangan Riba Dalam

Sektor Riil
Absensi Riba dalam perekonomian (sektor riil) mencegah
penumpukan harta (money concentration) pada sekelompok orang,
dimana hal tersebut berpotensi mengeksploitasi perekonomian
(eksploitasi pelaku ekonomi atas pelaku yang lain eksploitasi sistem
atas pelaku ekonomi).
• Absensi Riba mencegah timbulnya gangguan-gangguan dalam
sektor riil, seperti inflasi dan penurunan produktifitas ekonomi
makro (akibat money creation).
• Absensi Riba mendorong terciptanya aktifitas ekonomi yang adil,
stabil dan sustainable melalui mekanisme bagi hasil (profit-loss
Pajak Dalam Sektor Riil
sharing) yang produktif.
• Pajak yang tidak definitif (jelas) akan membebani
perekonomian dan menekan peningkatan aktifitas pasar,
bahkan cenderung berkorelasi positif dengan gangguan
ekonomi seperti inflasi. Dimana pajak menjadi beban yang
kemudian menekan penawaran.
• Penggunaan dana pajak yang tidak lancar dan transparan
akan membuat ketidakseimbangan ekonomi pada sektor riil.
• Pajak yang tidak definitif akan menggeser beban pada
65 segolongan pelaku ekonomi dalam perekonomian, yang
kemudian menghambat aktifitas sektor riil.
Instrumen Sosial Dalam
Sektor Riil
• Instrumen sosial seperti infaq, shadaqah, hadiah, dan
hibah sebenarnya melengkapi pendanaan
kesejahteraan sosial bagi golongan masyarakat yang
tidak memiliki akses ekonomi yang terlebih dulu
dilakukan pemerintah melalui instrumen regulasinya;
zakat, kharaj, jizyah, khums dan ushur atau pajak-
pajak kondisional
• Wakaf sebagai investasi publik diharapkan mampu
menekan biaya-biaya sosial yang harus dikeluarkan
masyarakat. Wakaf kemudian secara langsung atau tak
langsung mampu meningkatkan kesejahteraan dan
kinerja sektor riil, berupa penekanan biaya ekonomi,
menekan pengangguran dan meningkatkan konsumsi.

Performa sektor sosial ini sangat bergantung pada kondisi


kualitas ruhiyah
66 masyarakat, sehingga pendidikan dan pembinaan
Informasi&Teknologi Institusi
Dalam Sektor Riil Penunjang
Peningkatan informasi dan Sektor Riil
teknologi tentu akan meningkatkan
dinamika sektor riil melalui efisiensi Hisbah
aktifitas sektor riil, penekanan  Hisbah merupakan lembaga
biaya, optimalisasi proses produksi,
pengawas pasar
kelancaran transaksi dan pasar
serta kelancaran pengawasan yang berfungsi menjaga aktifitas
aktifitas pasar. pasar sejalan
Pengaruh informasi teknologi ini dengan prinsip syariah dan
tergambar dalam teori yang memelihara
diungkapkan melalui rumusan kelancaran aktifitas pasar melalui
Coub-Douglas, dimana tingkat kebijakan dan
teknologi tertentu mampu penyediaan fasilitas-infrastruktur
mengangkat level produksi pada bagi pasar.
tingkat yang lebih tinggi (Q = A Kα
Lβ)
Baitul Mal
 Baitul Mal merupakan institusi
67
negara yang
Instrumen Sosial Dalam
Sektor Riil
• Instrumen sosial seperti infaq, shadaqah, hadiah, dan
hibah sebenarnya melengkapi pendanaan
kesejahteraan sosial bagi golongan masyarakat yang
tidak memiliki akses ekonomi yang terlebih dulu
dilakukan pemerintah melalui instrumen regulasinya;
zakat, kharaj, jizyah, khums dan ushur atau pajak-pajak
kondisional
• Wakaf sebagai investasi publik diharapkan mampu
menekan biaya-biaya sosial yang harus dikeluarkan
masyarakat. Wakaf kemudian secara langsung atau tak
langsung mampu meningkatkan kesejahteraan dan
kinerja sektor riil, berupa penekanan biaya ekonomi,
menekan pengangguran dan meningkatkan konsumsi.

• Performa sektor sosial ini sangat bergantung pada


kondisi kualitas ruhiyah masyarakat, sehingga
pendidikan dan pembinaan menjadi fungsi negara yang
sangat penting. Bahkan performa sektor sosial ini
menjadi variabel yang cukup representatif untuk
68
menggambarkan kesuksesan sebuah negara.
Etika Bertransaksi dalam
Pasar
 Adil dalam takaran dan timbangan
 Larangan mengkonsumsi riba
 Kejujuran dalam bertransaksi
(bermu’amalah)
 Larangan Bai’ Najasy
 Larangan Talaqqi al-
rakban(menjemput penjual/adanya
asymetric information)
 Larangan menjual barang yang belum
sempurna kepemilikannya
 Larangan penimbunan harta (Ikhtikar)
 Konsep kemudahan dan kerelaan
69
dalam pasar
Peranan Lembaga Hisbah
(Lembaga Pengawas pasar)

Tujuan utamanya untuk mengontrol situasi


harga yang sedang berkembang;
apakah normal atau terjadi lonjakan harga?
apakah terjadi karena kelangkaan barang
atau faktor lain yang tidak wajar? Dari
inspeksi ini, tim pengawas mendapatkan
data obyektif yang bisa ditindak lanjuti
sebagai respons.

70
Intervensi Pemerintah dalam
Mekanisme Pasar
Ibnu Taimiyah, memandang perlu
keterlibatan (intervensi) negara dalam
aktifitas ekonomi dalam rangka
melindungi hak-hak. rakyat/masyarakat
luas dari ancaman kezhaliman para
pelaku bisnis yang ada, dan untuk
kepentingan manfaat yang lebih besar.
Hal ini bertujuan untuk menghapuskan
kezaliman dan kemiskinan yang
merupakan kewajiban negara dan
membantu penduduk agar mampu
71
mencapai kondisi finansial yang lebih
baik
Sinergi Aktifitas Ekonomi

Islamic Financial
Institutions

Firm Household

MARKET

Hisbah
Bait Al Mal
(Government)

72
Bab 6

Uang Dalam Ekonomi Islam

73
Konsep Uang Sistem Ekonomi
Konvensional
 Money is anything that is generally accepted
as a medium of exchange
 Fungsi
 A Means of Payment or Exchange
 A Store of Value
 A Unit of Account
 Jenis
 Commodity monies
 Fiat or Token money
 Kebutuhan
 Demands for transactions
 Demands for precautionary
 Demands for speculation
74
Konsep Uang Modern yang
Islami
Dinar Milenia atau Dinar Madani
Uang tidak harus terbuat dari emas/perak,
tetapi Pemerintah harus menyatakan uang
sebagai alat pembayaran yang sah dan
harus menjamin nilai
Bank Sentral harus memastikan kemampuan
penjaminan Pemerintah sebelum
menerbitkan uang.
Nilai Tukar Valuta ditentukan dalam
kesepakatan multilateral berdasarkan harga
logam mulia di negara yang bersangkutan.
Bank Sentral harus mengadakan &
mengumumkan valuasi atas penjaminan
75
Pemerintah dengan memakai acuan nilai
logam mulia.
Pemikiran Al Ghazalitentang
.
uang
Uang bagaikan cermin, ia tidak mempunyai
warna namun dapat merefleksikan semua
warna.
 Uang diperlukan untuk menentukan nilai dari barang
dan jasa
 Uang diperlukan untuk mempercepat transaksi
Menimbun uang adalah dosa.
 Menimbun = mengurangi uang dalam sirkulasi =
memperlambat transaksi ekonomi
 Melebur = menghilangkan uang dari sirkulasi
Nilai dan bentuk uang ditentukan oleh
Pemerintah.
 Uang yang bukan dari logam mulia = alat bayar
76
resmi
.
Pemikiran Ibnu Chaldun
tentang Uang
Kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh
banyaknya uang di negara tersebut, tetapi
ditentukan oleh tingkat produksi di negara
tersebut dan kemampuan untuk memperoleh
neraca perdagangan yang positif.
 Nilai uang di suatu negara merefleksikan
kemampuan produksi (efisiensi produksi) negara tsb
 konsep inflasi
 Nilai tukar uang antar negara tergantung pd
kemampuan memperoleh neraca perdagangan yg
positif  moneter
Emas dan perak adalah acuan nilai dari uang.
 Penerbitan uang sesuai dengan nilai harta
77 (cadangan)  tidak harus emas/perak

Kesimpulan Umer Chapra
tentang uang
Hanya Pemerintah yang dapat menerbitkan
uang.
Pemerintah harus menjamin stabilitas nilai
uang agar dapat berfungsi sebagai ukuran
nilai, alat tukar, dan alat penyimpan daya beli
melalui (cadangan) harta yang dimiliki
Pemerintah
Pemerintah harus mengelola permintaan uang
melalui pengelolaan (1) nilai moral, (2)
lembaga yang mempengaruhi mekanisme
harga, dan (3) tingkat keuntungan usaha.
Pemerintah harus mengelola penawaran uang
melalui instrumen (1) cadangan wajib, (2) rasio
78
likuiditas, (3) pagu kredit, dan (4) nisbah bagi
Konsep Uang dalam Sistem
.
Ekonomi Islam
 Uang diperlukan untuk transaksi, sehingga uang
adalah milik masyarakat dan nilai guna uang
meningkat bila kegunaannya dalam transaksi
meningkat.
 Uang tidak harus berbasis pada emas dan perak
selama dinyatakan oleh pemerintah sebagai alat
pembayaran yang sah dan pemerintah wajib
menjaga nilainya.
 Nilai tukar uang antar negara adalah merupakan
fungsi neraca perdagangan antar negara tersebut
 Suatu negara dapat memakai mata uang negara
lain sebagai alat pembayaran yang syah di
negara tersebut.
 Larangan penimbunan emas dan perak (kanzul
79
Emas/Perak dalam Uang
Gold Standard : uang diterbitkan dengan
menjamin penukaran uang dengan emas
pada nilai paritas tertentu  memerlukan
cadangan emas untuk menerbitkan uang
Dinar : uang dicetak dari emas dengan nilai
(mutu dan berat) tertentu  memerlukan
emas untuk penerbitan uang
Acuan Emas : nilai tukar valuta ditentukan
berdasarkan acuan nilai emas (mutu dan
berat) tertentu tetapi tanpa menjamin
penukaran uang dengan emas tidak
memerlukan (cadangan) emas, tetapi
pemerintah tetap harus menjamin nilai
uang
80
Peran Uang Plastik dalam
Perniagaan antar Negara
Penyedia Jasa Uang Plastik (Visa,
Mastercard, dsb) dapat memberikan jasa
pembayaran transaksi perniagaan dalam
valuta yang berbeda.
Pada saat transaksi, Pemakai tidak
mengetahui nilai tukar yang berlaku.
Setelah transaksi terjadi, Penyedia Jasa
dapat menentukan nilai tukar valuta tanpa
persetujuan Pemakai.
Penyedia Jasa menjadi ‘clearing agent’ atas
transaksi-transaksi valuta yang terjadi
tanpa memerlukan persetujuan dari negara-
81 negara yang menerbitkan valuta yang
Mekanisme Dinar Madani
Kesepakatan multilateral dlm fasilitas
pembayaran bagi perdagangan internasional
Dibentuk Lembaga Keuangan Internasional
yang akan menjadi clearing agent dimana
perusahaan dan lembaga yg terlibat akan
membuka rekening
Transaksi perniagaan antar negara dilakukan
melalui mekanisme yg serupa dgn Uang
Plastik.
Nilai tukar antar Valuta akan ditentukan oleh
Clearing Agent
Nilai Efektif Uang dapat berubah sesuai
dengan perubahan relatif harga logam mulia.
82
Penarikan/penyimpanan dana menurut
valuta lokasi penarikan.
Peran Uang dalam Ekonomi Syariah
 Flow Concept of Money
 Semata-mata digunakan sebagai alat tukar dalam
transaksi
 Kegunaan meningkat sesuai dengan perputarannya
 Stock Concept of Capital
 Merupakan faktor produksi yang digunakan sesuai
kebutuhan
 Kegunaan merupakan fungsi efisiensi & efektivitas
 Money is Public Goods
 Digunakan untuk kepentingan umum
 Tidak boleh ditimbun atau dihilangkan dari
peredaran

83
Bab 7

Konsep Kepemilikan dalam Islam

84
Hubungan antara manusia dengan harta
yang ditentukan oleh syara dalam bentuk
perlakuan secara khusus thdp. harta tersebut
yang memungkinkan untuk
mempergunakannya secara umum sampai
ada larangan untuk menggunakannya.
Bahasa: Penguasaan manusia atas harta dan
penggunaannya secara pribadi
Definisi Istilah: Pengkhususan hak atas
sesuatu tanpa orang lain, dan dia berhak
untuk menggunakannya sejak awal kecuali
ada larangan syaria’.
- Larangan syaria’ seperti: Keadaan gila,
keterbelakangan akal (idiot), belum cukup
85
umur ataupun cacat mental, dll.
Menurut Syaikh Taqyuddin An-
nabhani
Konsep kepemilikan
i. Kepemilikan individu; bekerja, warisan,
keperluan harta utk mempertahankan hidup,
pemberian negara, harta individu diperolehi
tanpa berusaha – hibah, hadiah, wasiat dll
ii. Kepemilikan umum; bersama masyarakat
memanfaatkan suatu kekayaan – air, listrik
dll, Brg yg tdk mungkin dimiliki individu –
danau, lautan, Brg yg menguasai hajat hidup
org banyak – emas, perak dll
iii. Kepemilikan negara; ghanimah, fai, kharaj,
rikaz dll
Pemanfaatan Kepemilikan; pengembangan
86
harta & penggunaan harta
Distribusi Kekayaan
 Wajibnya muzakki memberikan kpd mustahik
 Hak setiap warga negara
 Pembagian harga negara
 Pemberian harta waris kpd ahli warisnya
 Larangan menimbun emas dan perak sekalipun
telah dikeluarkan zakatnya

Pengaturan Kekayaan:
 Pemanfaatan harta
 Pembayaran zakat – penyeimbang kekuatan
ekonomi
 Penggunaan harta benda tanpa merugikan org lain
 Memiliki harta secara sah
 Penggunaan berimbang
 Kepentingan kehidupan
87
Keadaan/Pembagian Harta,
dapat dimiliki ataupun
tidaknya:
1. Harta yang tidak dapat dimiliki dan
dihakmilikkan orang lain
 Setiap harta milik umum seperti jalanan, jembatan,
sungai dll. dimana harta/barang tersebut untuk
keperluan umum.
 Harta yang tidak bisa dimiliki kecuali dengan
ketentuan syariah
 Seperti harta wakaf, harta baitul mal dll. Maka harta
wakaf tidak bisa dijual atau dihibahkan kecuali dalam
kondisi tertentu seperti mudah rusak ataupun biaya
pengurusannya lebih besar nilai hartanya.

2. Harta yang bisa dimiliki dan dihakmilikkan


88 kpd. lainnya

Habisnya Hak Manfaat
 Habisnya waktu pemanfaatan yang
terbatas
 Rusaknya benda/barang yang digunakan
ataupun tercatat dengan kecacatan yang
membatalkan hak pemanfaatannya
 Waktu si pengguna, menurut Hanafiah
 Wafatnya pemilik resmi harta, apabila
penggunaanya melalui cara peminjaman
ataupun sewa

89
1. Pemilikan atas barang saja
 Hak kepemilikan milik sendiri, namun hak pakai
milik yang lain
- Hak Pakai tidak bisa diwariskan menurut
Hanafiyah

2. Pemilikan manfaat perorangan atau hak


pakai saja
 Lima hal yang menyebabkan hak pakai/pemilikan
manfaat:
1. Peminjaman, menurut jumhur hanafiyah dan
malikiyah,barang yang dipinjam dapat
dipinjamkan kepada yang lainnya. Adapun
menurut syafiiyah dan Hanbali, barang tersebut
tidak dapat di pinjamkan kepada orang lain (selain
peminjam)
90 - Pemindahan hak pakai tanpa membayar ganti
2. Sewa (Ijarah), yaitu pemindahan hak pakai
Jenis-jenis pemilikan
1. Taam: Sempurna
Jenis Kepemilikian atas sesuatu yang
sekaligus dapat memanfaatkannya, atau si
pemilik berhak atas seluruh hak-hak syariy
- Tidak terbatas pada waktu
- Tidak dapat di batalkan pemilikannya
2. Naqis: Tidak Sempurna
Bisa hanya memiliki ataupun punya hak
pakai
- Hak Pakai pada barang tidak bergerak
seperti rumah atau tanah

91
Bab 8

Peran Negara dalam ekonomi


Islam

92
Peran & Fungsi Negara (Yusuf
Qardhawy)
1. Menjamin kebutuhan minimal rakyat;
fungsi ini bertujuan utama untuk memelihara keimanan rakyat
dengan menekan atau bahkan menghilangkan hambatan-
hambatan ekonomi yang mengganggu hubungan mereka dengan
Allah SWT.

2. Memberikan pendidikan dan pembinaan;


fungsi ini bertujuan untuk meningkatkan keimanan rakyat agar
kualitas hubungan manusia dengan Allah SWT dapat terus
meningkat.

ASUMSI: Keimanan merupakan parameter utama dari


Keberhasilan
sebuah negara

Pemerintah dapat berfungsi sebagai distributor maupun pemilik


manfaat sumber-sumber
ekonomi serta sebagai lembaga pengawas kehidupan ekonomi
melalui lembaga Hisbah.
93
Hisbah pernah ada di zaman Nabi Muhammad s.a.w., sebagai
Peran & Fungsi Negara
(Hasanuzzaman)
1. Pembuat kebijakan dan legislasi. Kebijakan dan legislasi yang menjadi
wewenang negara
diharapkan mampu menekan inefisiensi dan diskriminasi.
2. Pertahanan negara. Dalam hal ini Islam bukan hanya mempertahankan
negara secara fisik tapi juga
mempertahankan risalah Islam secara normative.
3. Pendidikan dan penelitian. Dengan begitu diharapkan keilmuan yang
mapan mampu memberikan efek
multiplier bagi pembangunan segala bidang yang dilakukan negara. Dengan
kata lain program ini bukan hanya
meningkatkan pembangunan baik secara kuantitas dan kualitas, tapi juga
memperkokoh kewujudannya.
4. Pembangunan dan pengawasan moral-sosial masyarakat. Sudah
menjadi kemestian secara otomatis
bahwa negara Islam harus menjaga prinsip-prinsip syariah dalam kehidupan
warga negaranya. Fungsi negara
untuk kategori ini dimainkan oleh institusi negara yag di sebut Hisbah.
5. Menegakkan hokum, menjaga ketertiban dan menjalankan hudud.
Sejalan dengan fungsi negara
kategori sebelumnya, bahwa usaha negara dalam mewujudkan ketertiban dan
kedisiplinan fisik maupun moral,
diperlukan penegakkan hokum yang jelas dan tegas yang bersifat mengikat,
94
beserta dengan konsekwensi dan
Peran & Fungsi Negara (M.N.
Siddiqi)
1. Fungsi yang menjadi tugas dari syariat. Fungsi negara
ini merupakan tugas yang secara spesifik terangkum
dalam Qur'an dan Sunnah dan di benarkan oleh para
Fuqaha. Fungsi ini tidak tergantung pada perubahan
social masyarakat. Contoh dari fungsi negara jenis ini
adalah fungsi pertahanan, ketertiban umum, pelarangan
riba dan implementasi Zakat.
2. Fungsi turunan dari syariat yang merupakan hasil dari
ijtihad berdasarkan situasi kontemporer. Fungsi negara
kategori ini bersumber dari analogis argumentasi yang
berbasiskan Qur'an dan Sunnah, yang sangat
bergantung pada keadaan (tempat dan waktu),
misalnya fungsi negara dalam menjaga lingkungan dari
masalah-masalah social.
3. Fungsi yang ditugaskan oleh masyarakat melalui
mekanisme syura (parlemen) kepada negara. Fungsi
negara kategori ini merupakan "permintaan"
masyarakat melalui mekanisme yang dibenarkan
95 syariat, dalam hal ini melalui kewenangan syura
(parlemen), misalnya fungsi negara dalam menyediakan
Anggaran Negara
PENERIMAAN PENGELUARAN
Jenis Regulasi  
Zakat Kebutuhan Dasar
Kharaj Kesejahteraan Sosial
Jizyah Pendidikan & Penelitian
Ushur Infrastruktur (Fasilitas Publik)
Jenis Sukarela Dakwah & Propaganda Islam
Infak-Shadaqah Administrasi Negara
Wakaf Pertahanan & Keamanan
Hibah-Hadiah  
Jenis Kondisional  
Khums  
Pajak  
Keuntungan BUMN (Fay’)  
Lain-lain  

96
Keuangan Publik Dalam
Perekonomian Islam (Umar
Bin Khattab)
Zakat Fay’ Pajak Takaful

• Zakat ditujukan untuk mensejahterakan masyarakat dengan


terlebih dahulu menjamin kebutuhan dasar bagi tiap warga
negara.
• Jika zakat tidak cukup maka negara dapat menggunakan
harta negara yang bersumber dari fay’ meliputi kharaj,
jizyah, khums, ushr, al mustaglat, dan lain-lain.
• Jika fay’ tidak cukup negara diperkenankan mengambil pajak
pada golongan masyarakat yang kaya saja, dengan membuat
kriteria objek pajak dan tingkat pajak yang dibenarkan
syariah.
• Jika pajak juga tidak cukup, maka negara dibolehkan
97 melakukan pemerataan (takaful).
Struktur Fay’ 1
• Kharaj: Hasanuzzaman mengungkapkan bahwa pajak tanah
ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu pajak Ushr dan pajak
Kharaj. Pajak ushr dikenakan pada tanah di jazirah arab, baik
yang diperoleh secara turun temurun maupun dengan
penakhlukan. Sedangkan pajak kharaj dikenakan pada tanah
diluar jazirah arab. Sementara Abu Yusuf berpendapat bahwa
setiap tanah yang pemiliknya masuk Islam adalah tanah ushr,
dan diluar itu, seperti tanah orang-orang asing yang telah
didamaikan penduduknya dan menjadi tanggungan umat
Islam, maka tanah itu adalah kharaj. Besarnya pajak jenis ini
menjadi hak Negara dalam penentuannya. Dan Negara
sebaiknya menentukan besarnya pajak ini berdasarkan kondisi
perekonomian yang ada.
• Jizyah (poll tax) merupakan pajak yang hanya diperuntukkan
bagi warga negara bukan muslim yang mampu. Quthb Ibrahim
Muhammad dan Hasanuzzaman serta beberapa pakar sejarah
ekonomi Islam klasik mengungkapkan bahwa jizyah ini rata-
rata dikenakan pada setiap laki-laki dewasa non-muslim
98 sebesar 2 dinar. Golongan laki-laki dewasa ini pada hakikatnya
adalah golongan non-muslim Dzimmah, yang disebut dzimmi.
Struktur Fay’ 2
• Ushur merupakan pajak khusus yang dikenakan atas barang
niaga yang masuk ke Negara Islam (impor). Menurut Umar bin
Khattab, ketentuan ini berlaku sepanjang ekspor Negara Islam
kepada Negara yang sama juga dikenakan pajak ini. Dan jika
dikenakan besarnya juga harus sama dengan tariff yang
diberlakukan negara lain tersebut atas barang Negara Islam.
• Infaq-Shadaqah-Wakaf merupakan pemberian sukarela dari
rakyat demi kepentingan ummat untuk mengharapkan ridha
Allah SWT semata. Namun oleh Negara dapat dimanfaatkan
dapat digunakan Negara dalam melancarkan proyek-proyek
pembangunan Negara.
• Al Mustaglat yaitu pendapatan negara yang bersumber dari
government investment. Sumber pendapatan ini termasuk
sumber baru bagi negara yang diperkenalkan oleh Walid bin
Abdul Malik. Untuk komoditi yang vital bagi kepentingan
rakyat negara diperkenankan berusaha komersil dengan
tujuan penyediaan kebutuhan vital bagi warga negara.
• Lain-lain. Penerimaan negara dapat juga bersumber dari
99 variable seperti warisan yang memiliki ahli waris, hasil sitaan,
denda, hibah atau hadiah dari negara sesama Islam, hima dan
Tugas Lembaga Hisbah
 Mengawasi timbangan, ukuran dan harga.
 Mengawasi praktek riba, maisir, gharar dan
penipuan.
 Mengawasi jual beli terlarang.
 Mengawasi bongkar muat barang di pasar
dan pelabuhan.
 Mengawasi kehalalan, kesehatan dan
kebesihan suatu komoditas.
 Pengaturan (tata letak) pasar.
 Mengatasi persengketaan dan ketidakadilan.
 Menyuruh membayar hutang bagi orang
yang mampu tapi enggan membayar hutang.
 Melakukan intervensi pasar.
 Memberikan hukuman terhadap pelanggaran
100 (ta’zir).
Arsitektur Ekonomi Islam
Otoritas Ekonomi Lembaga
(Economy Authority) Hisbah
Bait Al Maal (Hisbah
Otoritas Pasar
(Treasury Council)
(Market
House) Authority)

Qiradh
(Financial
Authority)

Perbankan Lembaga Non-Bank


(Banking (Non-Banking
Institution) Institution)

Pasar (Market)

101
Bab 9

Riba dalam Islam

102
Pengertian.
Yang dimaksud dengan transaksi pengganti atau
penyeimbang
yaitu transaksi bisnis atau komersial yang
melegitimasi adanya
penambahan tersebut. Seperti transaksi jual-
beli, gadai, sewa,
Ibnu Al Arabi Al Maliki, dalam kitabnya Ahkam Al
atau bagi hasil proyek.
:Qur’an,menjelaskan
‫وا لربا يف ا للغة هوا لزيادة وا ملراد ب ه يف ا آلية ك لزيادة مل ي قابلها ع وض‬

Pengertian riba secara bahasa adalah tambahan, namun“


yang dimaksud riba dalam ayat Qur’ani yaitu setiap
penambahan yang diambil tanpa adanya satu transaksi
”.pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan syariah

103
BEDA BUNGA DAN MARGIN KEUNTUNGAN MURABAH

1 BUNGA MARGIN KEUNTUNGAN


2 Uang sebagai Objek Barang sebagai Objek
dan
komoditas
3 Bunga bisa berubah Harga yang telah
secara sepihak disepakati tidak bisa
berubah
Tidak dikaitkan Sektor Moneter dan
4 dengan sektor riel Riel terkait kuat,
(Sektor sehingga mendorong
Moneter & Riel percepatan arus
terpisah) barang dan produksi
Margin dan
‫البيع‬harga tidak
‫ و‬berubah
104 5 ‫و حرم الربا‬ ‫أحل هللا‬
Bila macet, bunga
JENIS-JENIS RIBA
1. Riba Qardh ( ‫) ربِا ا لقرض‬
        

Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang


disyaratkan
terhadap yang berhutang (muqtaridh)
  2. Riba Jahiliyyah (‫) ربِا ا لجاهلية‬
Hutang dibayar lebih dari pokoknya, karena si
peminjam tidak
mampu membayar hutangnya pada waktu yang
ditetapkan.
  3. Riba Fadhl (‫) ربِا ا لفضل‬
Pertukaran antarbarang sejenis dengan kadar atau
takaran
yang berbeda, sedangkan barang yang
dipertukarkan itu
termasuk dalam jenis barang ribawi.
  4. Riba Nasi’ah ( ‫نسيئة‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ا‬ِ‫) رب‬
105
Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis
TAHAPAN PELARANGAN RIBA
DALAM AL-QURAN
Larangan riba yang terdapat dalam Al Qur’an tidak
diturunkan sekaligus, melainkan diturunkan dalam empat
tahap.

Tahap pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba


yang pada zhahirnya seolah-olah menolong mereka yang
memerlukan sebagai suatu perbuatan mendekati atau
"Dan sesuatu
taqarrub riba
kepada (tambahan) yang kamu berikan
Allah
agar harta manusia bertambah, Maka riba itu tidak
menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang -orang yang melipatgandakan
(pahalanya).“
106
(Q.S. Ar Rum: 39).
Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk.
Allah mengancam dengan balasan yang keras kepada orang
Yahudi yang memakan riba.

"Maka disebabkan kezhaliman orang-orang Yahudi, Kami


haramkan atas mereka yang (memakan makanan) yang baik-
baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena
mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan
disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya
mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka
memakan harta orang dengan jalan yang bathil. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu
siksa yang pedih." (Q.S. An Nisa: 160-161)

Tahap ketiga, Allah mengharamkan riba yang berlipat ganda.


Sedangkan riba yang tidak berlipat ganda belum diharamkan.
Allah berfirman :"Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu memakan riba dengan berlipat-ganda dan bertaqwalah
kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan."
(Q.S. Ali Imran: 130).
107
Tahap terakhir, Allah dengan jelas dan tegas
mengharam-kan apa pun jenis tambahan yang
diambil dari pinjaman baik bunga yang kecil
maupun besar. Ini adalah ayat terakhir yang
diturunkan menyangkut riba.

"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah


kepada Allah dan tinggalkan sisa-sisa (dari
berbagai jenis) riba jika kamu orang-orang yang
beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa
Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka
bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya
108
dan tidak pula dianiaya." (Al Baqarah: 278-279)
          Perbedaan Investasi
dengan Membungakan
Ada dua perbedaan mendasar antara investasi dengan
membungakan uang.Uang
Perbedaan tersebut dapat ditelaah
dari definisi dan makna masing-masing.

1. Investasi adalah kegiatan usaha yang mengandung


risiko karena berhadapan dengan unsur ketidakpastian.
Dengan demikian, perolehan kembaliannya (return) tidak
pasti dan tidak tetap.
2. Membungakan uang adalah kegiatan usaha yang
kurang mengandung risiko karena perolehan
kembaliannya berupa bunga yang relatif pasti dan tetap.

Islam mendorong masyarakat ke arah usaha nyata dan


produktif. Islam mendorong seluruh masyarakat untuk
melakukan investasi dan melarang membungakan uang.
109 Sesuai dengan definisi di atas, menyimpan uang di bank
Islam termasuk kategori kegiatan investasi karena
DOSA RIBA/BUNGA
 Pelaku Riba/Bunga kekal di Neraka (QS.2:275)
 Mudah dipengaruhi Syetan (QS. 7:96)
 Riba diperangi Allah dan Rasulnya (QS. 2:279)
 Sistem Riba Sumber Petaka (QS.2:275)
 Rezekinya tidak berkah (QS.2:276)
 Doanya tidak Maqbul (QS.2:186)
 Dosanya lebih berat dari menzinai ibu kandungnya
sendiri (Hadits Riwayat Hakim dari Ibnu Mas’ud)
 Dilaknat Rasulullah Saw (H.R.Ahmad & At-Tarmizi)
 Termasuk 7 dosa besar yang dimurkai Allah
(H.R.Muttafaq Alaih)
 Tidak akan masuk syurga (Pemakan riba, peminum
khamar, pemakan harta anak yatim, durhaka kpd ibu-
110 Bapa, Hadits Riwayat Al-Hakim)
ANCAMAN BAGI PEMAKAN
RIBA
Firman Allah :
 Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang-orang yang kemasukan
syetan, lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian, disebabkan disebabkan mereka berpendapat,
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti dari mengambil riba, maka praktek yang lalu menjadi
urusan Allah. Tetapi siapa yang mengulangi kembali, mereka itu
adalah penghuni-penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya
(Surah Al-Baqarah : 275)
 Allah mencabut berkah riba dan menyuburkan sedeqah,
Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang engkar
dan berdosa (QS. 2.276)
 Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan
tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut), jika kamu orang-
orang yang beriman (QS.2:278)
111 Maka jika kamu tidak meninggalkan riba, ketahuilah, bahwa Allah
HADITS-HADITS TENTANG
DOSA RIBA
 Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, Nabi Saw
bersabda : “ Riba itu mempunyai 73 pintu (tingkatan). Yang
paling rendah dosanya, sama dengan seseorang yang
berzina dengan ibunya”.
‫ الربا ثالثة وسبعون بابا‬: ‫عن ابن مسعود ان النبي صلعم قال‬
)‫ايسرها مثل ان ينكح الرجل أمه (رواه الحاكم‬
 Dari Abdillah bin Hanzalah, Nabi Saw bersabda :
“Satu dirham yang diterima seseorang dengan
sengaja lebih buruk
daripada berzina sebanyak 36 kali” (H.R.Ahmad)

 Sabda Nabi Saw, “Jauhi kamulah 7 dosa besar yang


membinasakan !!!, :
1. Syirik kepada Allah
2. Sihir
3. Membunuh orang yang diharamkan Allah
4. Makan riba
112 5. Makan harta anak yatim
6. Lari dari medan perang
Fakta Implikasi Riba
 Volume transaksi yang terjadi di pasar uang (currency
speculation dan derivative market) dunia berjumlah US$
1.5 trillion hanya dalam sehari, sedangkan volume
transaksi yang terjadi pada perdagangan dunia di sektor
real hanya US$ 6 trillion setiap tahun.
 Sepanjang abad 20, (Roy Davies dan Glyn Davies (1996)
dalam buku mereka a history of money from ancient
times to the present day), telah terjadi lebih dari 20
krisis (kesemuanya merupakan krisis sektor keuangan).
 Kekuatan berupa voting powers negara-negara maju
atas kebijakan yang ada dalam institusi keuangan dunia
adalah sebagai berikut: 24% di WTO, 48% di IDB, 60% di
ADB, 61% di WB dan 62% di IMF.
 Hutang negara berkembang lebih dari tiga trillion US
dollars dan masih terus tumbuh. Hasilnya adalah setiap
laki-laki, wanita, anak-anak di negara berkembang (80%
dari populasi dunia) memiliki hutang $ 600, dimana
113 pendapatan rata-rata pada negara yang paling miskin
kurang dari satu dollar perhari.
Bab 10

Perbankan Islam

114
HUKUM – HUKUM
SEPUTAR AQAD, JUAL
BELI DAN SYIRKAH
DALAM ISLAM

115
Pengertian Aqad
Akad merupakan hubungan antara ijab dan
qabul dalam bentuk yang disyariatkan,
dengan dampak yang ditetapkan pada
tempatnya. (Ibn al-Abidin, Hasyiyah Ibn Abidin, Juz II, h.
355, Wahbah az Syhayli, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, juz IV,
hal 2918.}
 Ijab dan qabul ini harus dilakukan
secara syar’i, sehingga dampaknya juga
halal bagi masing-masing pihak. (Hafidz
Abdurrahman)
Aqad sangat penting dalam Aktivitas
muamalah hampir sama dengan niat
dalam masalah ibadah
116
(Menurut
SYARIAH)

a) transaksi hanya dilakukan berdasarkan


prinsip saling paham dan
saling ridha;
(b) prinsip kebebasan bertransaksi diakui
sepanjang objeknya halal
dan baik (thayib);
(c) uang hanya berfungsi sebagai alat tukar
dan satuan pengukur
nilai, bukan sebagai komoditas;
(d) tidak mengandung unsur riba;
(e) Tidak mengandung Unsur Kedzoliman
117
(f) tidak mengandung unsur maysir;
(g) tidak mengandung unsur gharar;
(h) tidak mengandung unsur haram;
(i) tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang
(time valueof
money).
(j) transaksi tidak diperkenankan menggunakan
standar ganda
harga untuk satu akad serta tidak menggunakan
dua transaksi
bersamaan yang berkaitan (ta’alluq) dalam satu
akad;
(k) tidak ada distorsi harga melalui rekayasa
permintaan(najasy), maupun melalui rekayasa
penawaran
(ihtikar);
(l) tidak mengandung unsur kolusi dengan suap
menyuap(risywah).
118
Produk
Perbankan Syariah

119
JUAL BELI

120
JUAL BELI
Jenis Produk

 1. Titipan (Wadiah)
 2. Bagi Hasil (Syirkah)
 3. Jual Beli (al Bai’)
 4. Sewa (al Ijarah)
 5. Jasa-jasa (Ja’alah)
 6. Tukar Menukar Valuta (Sharf)
 7. Produk dan Jasa Lainnya
121
Produk & Jasa Lembaga
Keuangan Syariah
Giro (Yad
Wadiah Dhamanah)
Penghimpun
an Dana Tabungan
Mudharab
ah Deposito
Operasional Equity
Bank Syariah Penggunaan Financing
di Indonesia Dana
Debt
Financing
Wakalah ZIS
(arranger/agency)
SDB
Hawalah (anjak
Jasa Layanan piutang)
Perbankan Kafalah (garansi
bank)
Rahn (Gadai)

122
Produk Pembiayaan
(Financing)
Muthlaqah (tidak
bersyarat)
Mudhara
bah
Muqayyadah (bersyarat)
Equity
Financi
ng

Musyarakah
Musyarak
(kerjasama dua pihak
ah
atau lebih)

123
Produk Pembiayaan
(Financing) (Lanjutan)
Barang- Barter
barang
Jual Beli (Bai)
• Murabahah (margin)
• Bitsaman Ajil (cicil)

Barang -
uang Sewa Menyewa (Ijarah)
Debt • Ijarah (sewa)
Financing • Ijarah Wa Iqtina (sewa
beli)
Salam (indent->
Uang - pertanian)
Barang Istishna (indent ->
manufacture)
Uang - Sharf (tukar valas)
uang

124
Skema Operasional Bank
Syariah
Bagi Hasil:
·Mudharabah
·Musyakarah
Bagi
SUMBER Hasil
DANA: POOLING Pembiayaan/Jual Profit
·Giro Wadiah DANA Beli: Distributio
·Tab Wadiah · Murabahah
Margi n
·Tab. Angsuran
· Murabahan n
Mudharabah Alhamdulillah... Sewa Beli:
·Dep. Sekaligus
· Ijarah
Mudharabah
·Equity
Porsi
Nasaba
h
Jasa-jasa:
• Kiriman
Uang
• Inkaso 100% pendapatan Pors
• Garansi Bank Bank i
• Gadai Ban
125 k
1. Wadiah
 Dari segi bahasa diartikan sebagai meninggalkan,
meletakkan atau meletakan sesuatu pada orang lain
untuk dipelihara dan dijaga
 Secara teknis berarti titipan murni, dari satu pihak ke
pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang
harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip
kehendaki
 Landasan hukum:
a. Al Qur’an
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk
menyampaikan amanat (titipan) kepada yang berhak
menerimanya
(QS An Nisaa (4) : 58)

Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,


hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya
126 (utangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah
Tuhannya
Wadiah (Lanjutan)

 Prinsip wadiah yang diterapkan adalah wadiah yad dhamanah,


yang diterapkan pada giro
 Pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab atas keutuhan
harta titipian
 Bank boleh memanfaatkan harta titipan
 Prinsip wadiah yang lain adalah wadiah yad amanah, yaitu
harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi
 Keuntungan dan kerugian menjadi hak dan kewajiban bank
(pemilik dana dapat diberi bonus tanpa perjanjian)
 Bank dapat mengenakan biaya administrasi untuk menutupi
biaya yang benar-benar terjadi
 tidak boleh overdraft

127
Wadiah (Lanjutan)

1.Titip dana
Nasabah Bank
(penitip) (Penyimpan)
4. Beri bonus

2. Pemanfaatan
3. Bagi hasil dana

Skema Wadiah Nasabah


Yad adh- Pembiayaan
Dhamanah
128
Wadiah (Lanjutan)

Rukun Wadiah
 Penitip / pemilik barang / harta
(muwaddi’)
 Penerima titipan / orang yang
menyimpan (mustawda’)
 Barang / harta yang dititipkan
 Aqad / Ijab Qabul

129
2. Syirkah

 Prinsip yang didasarkan pada prinsip


bagi hasil
 Terdapat pada produk Pendanaan dan
Pembiayaan
 Jenis-jenis Syirkah :
 Musyarakah
 Mudharabah (Muthlaqah,
Muqayyadah on Balance Sheet &
Muqayyadah Off Balance Sheet)
 Isu sentral dari prinsip ini adalah
130 modal, jaminan, manajemen, jangka
Syirkah - Musyarakah
 Merupakan bentuk umum dari usaha bagi hasil
 Sering disebut dengan syarikah, serikat atau kongsi
 Dilandasi keinginan para pihak bekerjasama untuk
meningkatkan nilai assets yang dimiliki secara bersama-sama
 Termasuk dalam golongan ini adalah semua bentuk usaha
yang memadukan seluruh bentuk sumber daya (tangible
maupun intangible) serta melibatkan minimal dua pihak
 Kontribusi para pihak dapat berupa dana, trading assets,
enterpreneurship, skill, property, equipment, paten, goodwill,
credit worthiness dsb, yang dapat dinilai dengan uang
 Bisa dengan batasan waktu maupun tanpa batasan waktu
 Dengan menyatukan semua modal maka pemilik modal
berhak turut serta menentukan kebijakan usaha yang
dijalankan pelaksana proyek
 Biaya pelaksanaan dan jangka waktu proyek harus diketahui
bersama
131
Syirkah - Musyarakah (Lanjutan)

 Keuntungan dan kerugian dibagi sesuai kesepakatan


 Proyek yang dijalankan harus disebutkan dalam akad
 Pemilik modal dan Pelaksana yang dipercaya tidak boleh :
 Menggabungkan dana proyek dengan dana pribadi
 Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa
izin pemilik modal lainnya
 Memberi pinjaman pada pihak lain
 Setelah proyek selesai, modal dapat dikembalikan kepada
pemilik modal bersama bagi hasil, atau sesuai kesepakatan
pada akad
 Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau
digantikan pihak lain
 Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama jika :
 Menarik diri dari perserikatan
132  Meninggal dunia
Syirkah - Musyarakah
(Lanjutan)
 Landasan Hukum
a. Al Qur’an
Maka mereka berserikat pada sepertiga (QS An Nisaa (4):12)
Dan, sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang
berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian
yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh (QS Shaad : 24)

b. Al Hadits
Dari Abu Hurairah,”Rasulullah SAW bersabda,”sesungguhnya
Allah azza wa jalla berfirman,”Aku pihak ketiga dari dua orang
yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati
lainnya
(HR. Abu Dawud)

133
Syirkah - Musyarakah (Lanjutan)

Skema
Nasabah Musyarakah Bank
Asset Value Pembiayaan

Proyek /
Usaha

Keuntungan / Kerugian

Bagi hasil keuntungan / kerugian


sesuai porsi kontribusi modal
134
Syirkah - Musyarakah (Lanjutan)

1. Akad
Bank Umum Musyarakah BPRS (B)
(A) (Mitra)
(Shahibul Modal B Rp 125 juta
(20%)
Maal)
3. Nasabah Aka
2. Modal A d
B
Rp 500 juta
Modal Rp
(80%)
625 juta

4.Pemba
Nisbah 56% gian Nisbah 44 %
x Marjin x Marjin
Debitur Keuntung Debitur
. 5. Pengembalian Modalan . 5. Pengembalian Modal
Pokok A Rp 500 juta Pokok B Rp 125 juta
(80%) Modal (20%)
Pokok
135
Syirkah - Mudharabah
Pembiayaan
 Berasal dari kata adharbu fil al ardhi (ulama Iraq), yaitu bepergian
untuk urusan dagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata al
qardhu (ulama hijaz) yang berarti al qath’u (potongan), karena
pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan
memperoleh sebagian keutungan
 Merupakan bentuk musyarakah yang paling populer dalam
perbankan syariah
 Bentuk kerjasama antara minimal 2 pihak dimana pemilik modal
(shahib al maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan
 Kontribusi modal 100% dari shahibu al maal dan skill dari mudharib
 Tidak mensyaratkan adanya wakil shahib al maal dalam
manajemen proyek sebagai org kepercayaan
 Mudharib harus bertindak hati-hati karena harus bertanggung
jawab atas kerugian akibat kelalaian (PSAK 59)
 Musyarakah dan Mudharabah dalam fikih berbentuk uqud al
amanah (perjanjian kepercayaan), yang menuntut kejujuran yang
tinggi dan menjunjung keadilan
136 Jumlah modal yang diserahkan sebaiknya tunai, jika bertahap harus
jelas tahapannya dan disepakati bersama
Syirkah - Mudharabah (Lanjutan)

Pembiayaan - Lanjutan
 Hasil pengelolaan dapat diperhitungkan dengan 2 cara:
 Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing)
 Perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing)
 Hasil usaha dibagi sesuai akad.
 Shahib al maal menanggung seluruh kerugian kecuali akibat
kelalaian dan penyimpangan mudharib
 Shahib al maal dapat melakukan pengawasan terhadap
pekerjaan namun tidak berhak campur tangan dalam urusan
pekerjaan.
 Nasabah/pengelola yang wanprestasi dapat dikenakan sanksi
administrasi

137
Syirkah - Mudharabah (Lanjutan)

 Landasan Hukum
a. Al Qur’an
Dan jika dari orang-orang yang berjalan di muka bumi
mencari sebagian karunia Allah
SWT (QS Al Muzzamil (73):20)

Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah


kamu di muka bumi dan carilah
Karunia Allah SWT (QS Al Jumuah (63):10)

b. Al Hadits
Dari Shalih bin Suaib ra bahwa Rasulullah SAW
bersabda,”Tiga hal yang didalamnya
terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh,
138
muqaradhah (mudharabah) dan
Syirkah - Mudharabah (Lanjutan)

60 % Laba 40 %
Skema
Pembiayaa
n
Mudharaba
Bank h
100 % modal management

100 % Rugi 0%

Repayment of Capital

139
Syirkah - Mudharabah (Lanjutan)

Pendanaan
 Deposan bertindak sebagai shahib al maal (pemilik
modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola)
 Dana dapat dipergunakan bank untuk melakukan
pembiayaan murabahah, ijarah, mudharabah dsb
 Dalam hal dana dipergunakan untuk pembiayaan
mudharabah, maka kerugian menjadi kewajiban bank
 Produk mudharabah diaplikasikan pada tabungan dan
deposito berjangka
 Bank wajib memberitahukan nisbah & tata cara
pemberian keuntungan dan/atau perhitungan
pembagian keuntungan serta risiko yg dpt timbul dr
penyimpanan dana
 Dana dpt ditarik oleh pemilik dana sesuai perjanjian
140
Syirkah - Mudharabah (Lanjutan)

Rukun Mudharabah
 Shahib al maal (pemilik modal / nasabah)
 Mudharib (Bank)
 Amal (pekerjaan)
 Hasil (bagi hasil)
 Aqad / Ijab qabul

Contoh Perhitungan Bagi Hasil :


saldo rata-rata nasabah x keuntungan yang diperoleh produk x
Nisbah
saldo rata-rata produk
Contoh :
Bapak Ahmad memiliki Deposito Rp. 10.000.000,- Jangka
waktu 1 bulan, Nisbah Deposan 57% dan Bank 43 %, dgn
asumsi rata-rata saldo deposito jangka waktu 1 bln Rp.
950.000.000,- dan keuntungan yang diperoleh u/ deposito 1
bln Rp. 30.000.000,-. Keuntungan Bp Ahmad sbb:
141 (10.000.000 : 950.000.000) x 30.000.000 x 57 % = 180.000
(Sebelum Pajak)
Syirkah - Mudharabah (Lanjutan)

Mudharabah Muthlaqah
 Tidak ada pembatasan bagi bank mempergunakan
dana yang dihimpun
 Bank wajib menginformasikan nisbah dan tata
cara serta resiko & keuntungan, kesepakatan
tersebut harus tercantum pada akad
 Untuk bukti penyimpanan dapat berupa buku
(tabungan dan bilyet (deposito)
 Tabungan dapat diambil setiap saat, tetapi tidak
boleh mengalami saldo negatif
 Deposito hanya dapat dicairkan sesuai dengan
jangka waktu yang disepakati
 Deposito yang diperpanjang setelah jatuh tempo
akan diperlakukan sama seperti deposito baru,
142 tetapi bila pada akad sudah dicantumkan ARO,
Syirkah - Mudharabah (Lanjutan)

1. Titip dana
Bank :
Penabung / -Mudharib
Deposan -Wkl Shahibul Maal
Shahibul Maal
4.Bagi Hasil
2. Pemanfaatan
3. Bagi Hasil dana

Skema
Mudharabah Pengusaha
Muthlaqah
143
Syirkah - Mudharabah (Lanjutan)
Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet
 Merupakan simpanan khusus (restricted investment)
 Pemilik dana menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi bank
(misalnya syarat untuk bisnis, akad atau nasabah tertentu).
 Bank wajib menginformasikan nisbah dan tata cara serta resiko &
keuntungan, kesepakatan tersebut harus tercantum pada akad
 Bank wajib menerbitkan bukti simpanan khusus dan wajib
memisahkan dana dari rekening lainnya
 Penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usaha
 Bank bertindak sebagai perantara (arranger)
 Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus
dipatuhi bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai

144
Syirkah - Mudharabah (Lanjutan)

Mudharabah Muqayyadah Off Balance


Sheet- Lanjutan

 Bukti penyimpanan berupa bukti simpanan


khusus
 Bank wajib memisahkan dana dari rekening
lainnya
 Dicatat pada pos tersendiri dalam rekening
administratif
 Dana simpanan khusus harus disalurkan
secara langsung kepada pihak yang
diamanatkan pemilik dana
145
 Bank menerima komisi, sementara antara
pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku
Syirkah - Mudharabah (Lanjutan)

Investasi Khusus
2. dana 1. Proyek

Nasabah Bank Proyek

3. Paper

Reksadana Equity

Investasi Reksadana
Bank Manajer Obligasi
Investasi
Lain-Lain
Skema Mudharabah
Muqayyadah
146
3. Al Bai’
 Prinsip sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan
barang atau benda (transfer of property)
 Tingkat keuntungan bank ditentukan di muka dan menjadi bagian
harga atas barang yang dijual
 Jenis-jenis Al Bai’ adalah :
 Murabahah (Angsuran/Bai’ Bi tsaman ajil dan Tangguh)
 Salam
 Istishna
 Isu sentral Al Bai’ adalah :
 Harga kredit lebih tinggi dalam murabahah, harga mecicil lebih
mahal dibandingkan tunai
 Peningkatan harga kredit dalam murabahah, harga mencicil 2
tahun lebih mahal dibandingkan mencicil 1 tahun
 Penjual atau penyandang biaya ?
 Bebas resiko atau bagi-bagi resiko ?

147
Al Bai’ - Murabahah
 Berasal dari kata Ribhu (keuntungan) yaitu jual beli dimana
bank menyebut jumlah keuntungannya
 Bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli
 Harga jual adalah harga beli dari pemasok ditambah dengan
biaya bank ditambah dengan marjin keuntungan (cost plus
profit). Biaya bank tersebut antara lain ekuivalen harapan
bagi hasil untuk deposan, overhead cost dan faktor resiko
 Kedua belah pihak wajib menyepakati akad yang berisikan
harga jual dan jangka waktu pembayaran
 Akad tidak dapat diubah selama masa berlakunya
 Lazimnya dilakukan secara bi tsaman ajil atau cicilan

Landasan Hukum
a. Al Qur’an
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba
(QS Al Baqarah (2) : 275)
b. Al Hadits
dari Suaib ar-Rumi ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Tiga
148 hal yang di dalam terdapat
keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradhah
Al Bai’ – Murabahah (Lanjutan)
 Bank dan pembeli melakukan negosiasi tentang :
 Jumlah
 Kualitas
 Harga
 Profit margin bank
 Cara pembayaran nasabah
 Jenis-jenis barang yang dapat diperjualbelikan antara lain
barang konsumsi, modal kerja dan investasi

 Nasabah yang lalai dapat dikenakan penalty


 Discount dapat diberikan kepada nasabah yang
mempercepat pembayaran (tidak diperjanjikan pada
nasabah)
 Nasabah dapat diwajibkan menyediakan uang muka yang
dihitung dari harga beli barang atau sebesar minimal yang
149 ditetapkan bank
Al Bai’ – Murabahah Lanjutan

1. Negosiasi

2. Akad
Nasabah
Bank

6. Bayar
5. Terima Barang &
Dokumen

Pemasok/Toko/Pabrikan

3. Beli Barang 4. Kirim Barang

150 Skema Murabahah


Al Bai’ – Salam
 Dalam bahasa, salama sama dengan salafa, yaitu
pemesan barang menyerahkan uangnya di tempat
akad.
 Menurut sayyid sabiq dalam fiqqih sunnah, as-salam
dinamai juga as-salaf (pendahuluan), yaitu penjualan
sesuatu dengan kriteria tertentu (yang masih
berada) dalam tanggungan dengan pembayaran
disegerakan
 Transaksi jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada
 Barang diserahkan secara tangguh sedangkan
pembayaran tunai
 Bank sebagai pembeli dan nasabah sebagai penjual
 Sekilas transaksi ini mirip ijon kecuali sudah adanya
kepastian waktu penyerahan, kuantitas, kualitas dan
151
harga, misalnya 100 Kg mangga harumanis kualitas
Al Bai’ – Salam (Lanjutan)

 Jika bank menjual tunai maka biasanya disebuat


bridging financing dan Umumnya dilakukan pada
transaksi komoditi pertanian
 Jika hasil produksi tidak sesuai akad maka nasabah
harus bertanggung jawab
 Bank dimungkinkan melakukan salam akad pararel
dengan pihak lain.
 Landasan Hukum
a. Al Qur’an
hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya (QS Al
Baqarah (2) : 283)
b. Al Hadits
152 dari Suaib ar-Rumi ra bahwa Rasulullah SAW
bersabda,”Tiga hal yang di dalam terdapat
Al Bai’ – Salam (Lanjutan)

Rukun Salam
Pembeli (Muslam / salam)
Penjual (Muslam ilaihi)
Barang (Muslam fihi)
Harga (Tsaman)
Ijab-qabul

153
Al Bai’ – Salam (Lanjutan)

Skema Salam
4. Kirim
Pesanan
Nasabah Pembeli
Penjual

5. Bayar tunai setelah


pesanan
selesai dibuat
2. Pemesanan
Barang Nasabah 3. Kirim 1. Negosiasi
& Bayar Tunai dokumen Pesanan

Bank
154
Al Bai’ – Istishna
 Menyerupai produk salam, namun pembayarannya
dapat dilakukan oleh bank dan beberapa pihak.
 Menurut jumhur ulama fuqaha, merupakan jenis
khusus bai’ as-salam yang biasanya dipergunakan
untuk manufaktur dan konstruksi
 Spesifikasi barang harus jelas seperti jenis, macam
ukuran, mutu dan jumlah. Jika terjadi perubahan
dari kriteria pada akad maka seluruh biaya
tambahan ditanggung nasabah

Rukun Istishna
 Produsen (Shaani’)
 Pemesan (Mustashni’)
 Barang (Mashnu)
 Harga (Tsaman)
155
 Sighat (Ijab-qabul)
Al Bai’ – Istishna (Lanjutan)

1. Pesan
Nasabah Bank
Konsumen Penjual
(pembeli) 4. Nasabah beli
pesanan dan
bayar cicil atau 2. Pesan,
tunai 3. Bank beli bayar di
pesanan muka, bayar
sesuai
Skema Produsen termin
Pembuat
Istishna’

156
4. Al Ijarah
 Berasal dari kata alajru yang berarti al
‘iwadhu (ganti)
 Merupakan transaksi perpindahan
manfaat/hak guna, hampir sama dengan jual
beli, perbedaannya hanya pada obyek
transaksi dimana tidak diikuti perpindahan
kepemilikan (milkiyyah)
 sewa dapat dilakukan dengan operating lease
(tidak terjadi perpindahan kepemilikan) atau
bank dapat menjual barang yang
disewakannya kepada nasabah (ijarah
muntahhiyah bittamlik-IMBT/sewa yang diikuti
dengan perpindahan kepemilikan/finance
157
lease)
Al Ijarah (Lanjutan)
 Landasan Hukum
a. Al Qur’an
Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,
tidak dosa bagimu apabila kamu mmberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah maha melihat
apa yang kamu kerjakan (QS Al Baqarah (2) : 233)

b. Al Hadits
diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW
bersabda,”berbekam kamu, kemudian berikanlah
olehmu upahnya kepada tukang bekam itu”
(HR Bukhari & Muslim)
Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda,”berikanlah
upah pekerja sebelum kering keringatnya” (HR Ibnu
Majah)

158
 Obyek sewa yang ditransaksikan antara lain meliputi
barang konsumsi, properti, peralatan, alat-alat
Al Ijarah (Lanjutan)

SKEMA IJARAH MUNTAHIYAH BITTAMLIK

Supplier / Objek Nasabah /


Pemasok Sewa Penyewa

4. Menyerahkan
objek Sewa

1. Mengajukan
Permohonan Sewa Beli
Bank 3. Akad Sewa
Syariah 5. Membayar Sewa
2. Membeli Objek Sewa

159
5. Ja’alah

 Adalah akad antara dua pihak; pihak pertama


menjanjikan imbalan tertentu kepada pihak
kedua atas jasa atau pelayanan yang
diberikannya kepada pihak pertama
 Penerapannya dalam perbankan syariah
dapat berupa berbagai pelayanan dengan
imbalan fee tertentu, seperti Referensi Bank,
Informasi Usaha dan sebagainya
 Antara lain :
 Safe Deposit Box yang dapat dilakukan
dengan akad ijarah atau Wadiah Yad
Amanah
 E-Banking seperti ATM, Debit Card, Prepaid
160
Card, SMS Banking, Internet Banking
6. Sharf
 Sharf adalah transaksi pertukaran emas dan
perak atau pertukaran valuta asing yang
dilakukan sesuai syariah yaitu penyerahannya
harus dilakukan pada waktu yang sama (spot)
 Dalam aplikasinya di perbankan syariah, Sharf
merupakan jasa / pelayanan bank kepada
nasabahnya untuk melakukan transaksi valuta
asing menurut prinsip yang dibenarkan
syariah.

Syarat Transaksi :
 Harus dilakukan secara tunai
 Transaksi tidak dimaksudkan untuk tujuan
spekulatif, tetapi benar-benar untuk tujuan
161 operasional.
Produk dan Jasa
Lainnya

162
1. Hiwalah
 Berasal dari kata tahwil yang berarti intiqal
(perpindahan), yaitu memindahkan hutang dari
tanggungan orang yang berhutang (muhil) menjadi
tanggungan orang yang berkewajiban membayar
hutang (muhal ’alaih)
 Dalam konsep hukum perdata, adalah serupa dengan
lembaga pengambialihan utang (schuldoverneming)
atau lembaga pelepasan/penjualan utang atau lembaga
penggantian kreditor atau penggantian debitor.
 Prakteknya dipergunakan kepada supplier untuk
mendapatkan modal tunai untuk kelanjutan produksi
 Bank mendapat biaya jasa atas pemindahan piutang
 Bank perlu berhati-hati karena resikonya cukup besar,
dimungkinkan adanya buy back guarantee
 Dasar Hukum
a. Al Hadits
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa
163
Rasulullah SAW bersabda,”menunda pembayaran bagi orang yang
Hiwalah (Lanjutan)

Muhal ’alaih Factor/Bank

2. Invoice 3. Bayar 4. Tagih 5. Bayar

Muhil Muhal
Supplier Pembeli
1. Supply Barang

Skema Hiwalah dalam Anjak Piutang


164
2. Qardh
 Secara bahasa adalah pemberian harta kepada
orang lain yang dapat ditagih atau diminta
kembali atau dengan kata lain meminjamkan
tanpa mengharapkan imbalan
 Dalam literatur fiqih klasik dikatagorikan
sebagai akad tathawwu’ atau saling membantu
dan bukan transaksi komersial
 Dalam aplikasi biasanya dilakukan dalam 4 hal :
 Talangan haji
 Cash advanced
 Pinjaman kepada pengusaha kecil terutama
yang tidak mampu diberikan dengan
pinjaman komersial
 Pinjaman kepada pengurus bank
165
Qardh (Lanjutan)

 Landasan Hukum
a. Al Qur’an
Siapa yang mau meminjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik, Allah akan
melipatgandakan (balasan) pinjaman itu
untuknya dan dia akan memperoleh pahala
yang banyak (QS Al Hadiid (57) : 11)

b. Al Hadits
Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi SAW
berkata,”bukan seorang muslim (mereka)
yang meinjam muslim (lainnya) dua kali
kecuali yang satunya adalah (senilai)
166
sedekah (HR Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan
Qardh (Lanjutan)

Perjanjian/Akad
Bank Nasabah

Proyek/
Usaha
100% Kembali
Modal
Keuntungan
167
3. Rahn
 Secara bahasa berarti tetap dan lestari. Sering
disebut Al Habsu artinya penahan. Ni’matun
rahinah artinya karunia yang tetap dan lestari
 Secara teknis menahan salah satu harta
peminjam yang memiliki nilai ekonomis sebagai
jaminan barang yang diterimanya. Sering disebut
gadai
 Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan
jaminan pembayaran kembali pada bank dalam
memberikan pembiayaan
 Barang yang digadaikan harus barang milik
nasabah sendiri, jelas ukuran/sifat/nilai – nilai
ditentukan berdasarkan nilai riil pasar
 Barang yang digadaikan dikuasai bank namun
168 tidak boleh dimanfaatkan bank
 Nasabah dapat menggunakan barang yang
Rahn (Lanjutan)

 Bank dapat melakukan penjualan barang gadai


nasabah wanprestasi. Untuk mendapatkan hasil
optimal penjualan, nasabah dengan seizin bank
dapat juga melakukan penjualan
 Biasanya dilakukan dalam 2 akad, yaitu akad
penitipan barang dan qardh
 Bank mendapatkan keuntungan dari biaya
penitipan.
 Barang yang digadaikan harus memiliki nilai
jaminan dan tidak boleh merupakan barang
rampasan, barang pinjaman atau barang yang
dijaminkan kepada pihak lain
 Akad tidak dapat dibatalkan atau ditarik kembali.
Jika bank melakukan perbuatan yang
169 menghilangkan status kepemilikan maka akad
gadai batal
Rahn (Lanjutan)
 Landasan Hukum
a. Al Qur’an
Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh
seorang penulis, hendaklah ada barang tanggungan yang dipergang
(oleh yang berpiutang) QS Al
Baqarah (2) : 283)

b. Al Hadits
Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW membeli makan dari seorang
Yahudi dan menjamin
kepadanya baju besi (HR Bukhari & Muslim)

Anas ra berkata,”Rasulullah SAW menggadaikan baju besinya kepada


seorang yahudi di Madinan
dan mengambil darinya gandum untuk keluarga beliau” (HR Bukhari,
Ahmad, Nasa’I dan Ibnu
Majah)

Rukun Gadai
170
 Ar Rahin (orang yang menggadaikan)
Rahn (Lanjutan)

3. Akad
Nasabah Bank

4. Qardh

Jaminan/Marhun
1. Titip + biaya pemeliharaan

171
Skema Rahn
4. Wakalah
 Wakalah atau wikalah berarti menyerahkan, pendelegasian
atau pemberian mandat
 Dalam bahasa Arab dipahami sebagai at-tafwidh
(penyerahan),
 Secara teknis adalah akad perwakilan antara dua pihak,
dimana pihak pertama (muwakkil) mewakilkan suatu urusan
(taukil) kepada pihak kedua (wakil) untuk bertindak atas
nama dan untuk kepentingan pihak pertama
 terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank
untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan atau jasa
tertentu, seperti kliring, pembukaan L/C (impor dan ekspor),
documentary collection, inkaso dan transfer uang.
 Kelalaian dalam kuasa menjadi tanggung jawab bank,
namun sepanjang pihak bank telah menjalankan sebatas
kuasa dan wewenang yang diberikan, maka resiko dan
tanggung jawab atas dilaksanakannya perintah tersebut
menjadi tanggung jawab pemberi kuasa (termasuk force
majeur)
 Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad
172
pemberian kuasa harus cakap hukum. Khusus untuk akad
Wakalah (Lanjutan)

 Tugas, wewenang dan tanggung jawab bank harus jelas sesuai


dengan kehendak nasabah bank. Setiap tugas harus
mengatasnamakan nasabah dan harus dilaksanakan oleh bank
 Atas pelaksanaan tugasnya, wakil mendapat pengganti biaya (fee)
berdasarkan kesepakatan bersama
.
 Landasan Hukum
a. Al Qur’an
Dan demikian kami bangkitkan mereka agar saling
bertanya di antara mereka sendiri. Berkata salah seorang di
antara mereka,” sudah berapa lamakah kamu berada di
sini?” mereka menjawab,”kita sudah berada (di sini) satu
atau setengah hari” berkata (yang lain lagi),”Tuhan kamu
lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini).
Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota
dengan membawa uang perakmu ini dan hendaklah ia lihat
manakah makan yang lebih baik dan hendaklah ia
membawa makan itu untukmu dan hendaklah ia berlaku
173
lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan
halmu kepada seseorangpun (QS Al Kahfi (18) : 19)
Wakalah (Lanjutan)
Al Qur’an
jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir). Sesungguhnya aku
adalah orang yang pandai menjaga lagi
Berpengalaman (QS Yusuf (12) : 55)

b. Al Hadits
Bahwa Rasulullah SAW mewakilkan kepada Abu Rafi dan seorang
Anshar untuk mewakilkan mengawini
Maimunah binti-Harist (HR Malik)

Jenis Wakalah :
1. WAKALAH AL MUTHLAQAH
Perwakilan diberikan secara mutlak, tanpa batasan waktu
maupun urusan

2. WAKALAH AL MUQAYYADAH
Perwakilan hanya diberikan untuk urusan-urusan tertentu

174 3. WAKALAH AL AMMAH


Perwakilan yang diberikan lebih luas dari pada Wakalah Al
Wakalah (Lanjutan)

Kontrak + Fee
Nasabah
(muwakil)
• Agency
• Administration Bank
• Collection (wakil)
• Payment
• Co Arranger
(taukil)
Investor
(muwakil)
Kontrak + Fee

Skema Al Wakalah
175
5. Kafalah
 Merupakan akad jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil)
kepada pihak ketiga dalam rangka menjamin kewajiban pihak yang
ditanggung (makfulanhu), apabila pihak yang ditanggung tersebut
cedera janji atau wanprestasi.
 Dalam arti lain berarti juga mengalihkan tanggung jawab seseorang
yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain
sebagai jaminan
 Diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu
kewajiban.
 Bank dapat mempersyaratkan nasabah untuk menyimpan dana
dalam bentuk wadiah.
 Masuk dalam transaksi jenis ini adalah L/C dengan segala jenis dan
variasinya
 Landasan Hukum
Al Qur’an
Penyeru-penyeru itu berseru,”kami kehilangan piala raja dan barang siapa
yang dapat mengembalikannya akan
memperoleh makanan (seberat) beban unta dan aku menjamin
terhadapnya (QS Yusuf (12) : 72)

176Al Hadits
Telah dihadapkan kepada Rasulullah SAW (mayat seorang laki-laki untuk
Kafalah (Lanjutan)

 Jenis-Jenis Kafalah
1. KAFALAH BIN NAFS
Jaminan dari diri seseorang yang memiliki reputasi, kredibilitas
dan bonafiditas yang
dikenal baik (Personal Guarantee).
2. KAFALAH BIL MAAL
Jaminan pembayaran barang atau pelunasan hutang. Dalam
aplikasinya di perbankan dapat
berupa jaminan uang muka (Advance Payment Bond) atau
jaminan pembayaran (Payment
Bond).
3. KAFALAH BIN NAFS
Jaminan dari diri seseorang yang memiliki reputasi, kredibilitas
dan bonafiditas yang
dikenal baik (Personal Guarantee).
4. KAFALAH BIL MAAL
Jaminan pembayaran barang atau pelunasan hutang. Dalam
aplikasinya di perbankan dapat
Berupa jaminan uang muka (Advance Payment Bond) atau
177
jaminan pembayaran (Payment
Kafalah (Lanjutan)

Penanggung Tertanggung Ditanggung


(Bank) (Jasa/Obyek) (Nasabah)

Skema Al Kafalah

178
6. Zakat, Infaq dan
Shadaqah (ZIS)
 Secara fikih berarti sejumlah harta
tertentu yang diwajibkan Allah
diserahkan kepada orang-orang yang
berhak
 Kata zakat dalam bentuk ma’rifah
disebutkan 30 kali dalam Al Qur’an, 27
kali disebutkan bersama shalat dan 1
kali sama dengan shalat
 Zakat diwajibkan pada tahun ke 9
Hijriah sementara shadaqah pada
tahun ke 2 Hijriah
179
 Zakat diatur dalam UU No 38 tahun
1999 tentang ketentuan pengelolaan
Zakat, Infaq dan Shadaqah
(ZIS) (Lanjutan)
 Lembaga zakat wajib memiliki persyaratan teknis :
 Berbadan hukum
 Memiliki program kerja yang jelas
 Memiliki pembukuan yang baik
 Bersedia diaudit
 Pengelola zakat wajib :
 Beragama Islam
 Mukallaf (dewasa)
 Memiliki sifat amanah dan jujur
 Mengerti dan memahami hukum zakat
 Berkemampuan melaksanakan tugas dengan baik
 Pekerja keras
 UU mengizinkan dibentuknya Lembaga Amil Zakat (LAZ)
yang dibentuk oleh masyarakat (orpol, ormas, takmir masjid,
pesantren, media massa, bank dsb) selain Badan Amil Zakat
yang dibentuk pemerintah
 Penyaluran dana ZIS kepada 8 kelompok masyarakat sesuai
180 Al Qur’an
7. Wakaf Tunai
 Berasal dari kata waqafa, berarti menahan atau
berhenti, berarti menyerahkan suatu milik yang tahan
lama (zatnya) kepada seseorang atau nadzir (penjaga
wakaf), baik berupa perorangan maupun badan
pengelola dengan ketentuan bahwa hasil atau
manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang sesuai
dengan syariat
 Harta yang diwakafkan keluar dari hak milik pewakaf,
namun tidak menjadi hak milik nadzir, tetapi menjadi
milik Allah dalam pengertian milik masyarakat umum
 Dalam sejarah Islam merupakan lembaga penting
dalam sistem sosio ekonomi Islam, khususnya semasa
kekhalifahan Ottoman
 Landasan Hukum:
a. Al Qur’an
kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna)
sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan
apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah
181 mengetahuinya (QS Ali Imran : 92)
b. Al Hadits
Wakaf Tunai (Lanjutan)

 Dalam hal wakaf tunai, sesuai komisi fatwa


MUI :
 Adalah wakaf yang dilakukan seseorang,
kelompok orang, lembaga atau badan hukum
dalam bentuk tunai
 Termasuk dalam pengertian uang adalah
surat-surat berharga
 Hukumnya boleh (jawaz)
 Hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk
hal-hal yang dibolehkan secara syar’I
 Nilai pokok wakaf harus dijamin
kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan
atai diwariskan
 Di kalangan ulama hukum wakaf tunai
182
merupakan permasalahan yang diperdebatkan,
Wakaf Tunai (Lanjutan)

Pewakaf Bank Penerima manfaat


(Wakif) Syariah (Al Mawquf’alaih)

Badan Wakaf Nasional


Lembaga
Penjamin

Pengelolaan Dana

Rugi Laba

183
Bank sebagai Penerima dan Penyalur
Wakaf Tunai (Lanjutan)

Pewakaf Lembaga Penerima manfaat


(Wakif) Pendidikan (Al Mawquf’alaih)

Badan Usaha Lembaga Pendidikan


Lembaga
Penjamin
Pengelolaan Dana

Rugi Laba

184
Lembaga sebagai Penerima dan Penyalur
8. Investasi Reksadana Syariah
 Merupakan salah satu alternatif investasi
bagi masyarakat pemodal
 Dirancang sebagai sarana untuk
menghimpun dana yang memiliki modal
dan mempunyai keinginan untuk
berinvestasi, namun hanya memiliki waktu
dan pengetahuan terbatas
 Secara teknis diartikan sebagai wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portfolio efek (saham,
obligasi, valas atau deposito) oleh manager
investasi
185
 Reksadana syariah tidak menginvestasikan
Investasi Reksadana Syariah
(Lanjutan)
 Pengelolaan dilakukan oleh perusahaan yang telah
mendapatkan ijin Bapepam sebagai manajer investasi.
Perusahaan tsb dapat berupa :
 Perusahaan efek, dimana umumnya berbentuk divisi
tersendiri atau PT yang khusus menangani
reksadana selain divisi perantara pedagang efek
(broker dealer) dan penjamin emisi (underwriter)
 Perusahaan yang secara khusus sebagai perusahaan
manajemen investasi
 Dalam pengelolaan juga melibatkan bank kustodian
yang berwenang menyimpan, menjaga dan
mengadministrasikan kekayaan, baik dalam pencatatan
serta pembayaran/penjualan kembali suatu reksadana
berdasarkan kontrak yang dibuat manajer investasi
 Jenis Reksadana berdasarkan sifat :
 Tertutup (close end fund)
186 pemodal tidak bisa menjual kembali kepada manajer
investasi melainkan harus melalui pasar modal
9. Investasi Obligasi Syariah
 Merupakan surat utang dari suatu lembaga atau perusahaan yang
dijual kepada investor untuk mendapatkan dana segar
 Biasanya investor akan mendapatkan return dalam bentuk suku
bunga tertentu
 Sebagaimana fixed income securities, maka memiliki beberapa
karakter:
 Surat berharga yang mempunyai kekuatan hukum
 Memiliki jangka waktu atau jatuh tempo
 Memberikan pendapatan tetap secara periodik
 Ada nilai nominal
 Sebagai surat hutang, maka melibatkan perjanjian yang mengikat
yang berisi minimal antara lain :
 Besar tingkat kupon serta periode pembayaran
 Jangka waktu jatuh tempo
 Besarnya nominal
 Jenis obligasi

187
Investasi Obligasi Syariah
(Lanjutan)
 Sebagaimana fatwa DSN MUI, obligasi syariah adalah surat
berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa margin/fee serta membayar
dana obligasi saat jatuh tempo
 Obligasi syariah bukan hutang berbunga tetap, tetapi merupakan
penyerta dana yang didasrkan pada prinsip bagi hasil.
 Akad yang digunakan adalah penyertaan (muqaradhah bond)
 Obligasi syariah kompetitif sebab :
 Kemungkinan perolehan dari bagi hasil pendapatan lebih tinggi
 Lebih aman karena untuk mendanai proyek prospektif
 Bila terjadi kerugian (di luar kontrol) investor tetap memperoleh
aktiva
 Bukan surat hutang, tetapi surat investasi

188
Bab 11

Pasar Modal Dalam


Ekonomi Islam

189
Konsep Modal (Capital)
 Modal (Capital) adalah segala sesuatu yang diproduksi
atau diadakan pada sistim ekonomi yang digunakan
sebagai inputs dalam kegiatan produksi dan distribusi
dari produk (mal) dan jasa (amal) di masa mendatang
 Jenis Modal
 Tangible (Physical) Capital
 Social (Infrastructure) Capital
 Intangible (Human/Intellectual) Capital
 Dimensi Waktu dari Modal
 Manfaat = The value of services rendered over time
 Kemampuan memberi manfaat berubah dengan waktu
 Penentuan Nilai dari Modal
 Current Market Value = Potensi Pemanfaatan vs Depresiasi
 Demand-Supply

190
Peran Modal dalam Ekonomi
Non-Syariah

 Memperbolehkan adanya partisipasi


secara penuh terhadap kekayaan
perusahaan bagi investor

 Memungkinkan pemegang saham dan


surat hutang untuk memperoleh likuiditas
dengan menjual saham atau obligasi
perusahaan ke pasar modal

 Memperbolehkan perusahaan
meningkatkan dana eksternal dalam
191 rangka ekspansi aktivitas perusahaan.
Tujuan utama Pasar Modal:
memfasilitasi perdagangan atas klaim terhadap
bisnis perusahaan –
pasar modal dapat memberikan dampak yang
signifikan thdp
investasi krn 2 alasan:

1. Hal ini tidak bermanfaat dalam menaikkan


perusahaan baru, jika
perusahaan sejenis dpt memperolehi dengan
membeli saham di
pasar modal.

2. Mungkin akan bermanfaat untuk membuat


192 perusahaan baru
bukan karena perusahaan teresbut
Fungsi, struktur dan kinerja
pasar modal dalam ekonomi
islam
Fungsi dasar pasar modal: memfasilitasi
pihak yang membutuhkan dana dengan pihak
yg kelebihan dana.

193
Konsep Waktu dalam
Ekonomi

 Konsep Waktu dalam Produksi


 Produktivitas Modal (Faktor Produksi) berubah =
waktu
 Tangible umumnya mengikuti pola Life Cycle (S-
Curve)
 Social/Infrastructure mengikuti kondisi sosial
 Intangible umumnya mengikuti gaya hidup
 Waktu sendiri adalah salah satu Faktor Produksi
 Konsep Waktu dalam Distribusi
 Distribusi berfungsi menyampaikan supply =
demand
 Demand mempunyai dimensi waktu & berubah =
waktu

194 Konsep Waktu dalam Konsumsi
Konsep Time vs Value vs
Money
 Uang dalam Transaksi & Produksi adalah alat
pertukaran dalam memperoleh barang/jasa
(mal/amal) yang dapat memberi manfaat
 Manfaat kegunaan sendiri  Konsumsi
 Manfaat untuk Produksi  Modal (Capital)
 Transaksi & Produksi dalam Ekonomi = sarana
untuk memperoleh pertambahan nilai pada
produk/jasa
 Fungsi dari perubahan produktivitas-supply-demand
vs waktu
 Kebutuhan akan uang vs Ketersediaan uang
 Kebutuhan yang sah vs Kebutuhan yg tidak sah
(spekulasi)
 Fungsi dari perubahan nilai mal/amal yg akan dibeli
195
dgn uang
 Net Present Value & Discounted Cash Flow
Thank You
Wassalam
Oleh:
H. Ahmad Rafiki
BBA (Hons) Marketing – MARA University of
Technology, Malaysia
MMgt – International Islamic University,
Malaysia
PhD Candidate – Islamic Science University,
Malaysia
196

Anda mungkin juga menyukai