CLINICAL NUTRITION IN
INTENSIVE CARE
Created by : Tondi Pakpahan, MD
• Untuk mencegah overfeeding, EN awal penuh dan PN tidak harus digunakan pada pasien kritis tapi
harus diresepkan dalam 3 sampai 7 hari
• EN Kontiniu seharusnya digunakan dari pada Bolus
• Akses Lambung seharusnya digunakan pada pendekatan standar inisiasi EN
• Pada pasien gastric feeding dengan intoleransi yang tidak teratasi dengan prokinetic, postpilorik feeding
harus digunakan
• Pada pasien dengan resiko tinggi aspirasi, post pilorik atau khususnya yeyenal feeding dapat digunakan
• Pada Pasien kritis dengan intoleransi gastrik feeding, eritromisin intravena digunakan sebagai lini
pertama terapi prokinetic
• Sebagai alternative, metoclopramide atau kombinasi metoclopramide dan eritromisin dapat digunakan
• Pada pasien kritis dengan ventilasi mekanik, EE ditentukan dengan kalorimetri indirek, jika tidak
tersedia, gunakan VO2 dari kateter arteri pulmonal atau VCO2 yang berasal dari ventilator
• Jika calorimeter indirek digunakan, nutrisi isotonic dari pada hipokalorik nutrisi dapat
diimplementasikan setelah fase akut awal
• Nutrisi hipokalori digunakan pada fase akut awal
• Setelah hari ke 3, jumlah kalori dapat ditambahkan sampai 80-100 % EE yang diukur
• Jika digunakan nilai prediktif, nutrisi hipokalori digunakan pada satu minggu pertama tingal di ICU
• Pada pasien yang tidak toleransi dengan dosis penuh EN selama 1 minggu pertama di ICU,
keamanan dan keuntungan dari PN dipertimbangkan kasus per kasus
• PN tidak dimulai sampai semua strategi untuk memaksimalkan toleransi EN sudah dilakukan
REKOMENDASI
• Selama sakit kritis, 1,3 g/kg protein per hari dapat diberikan progresif, terapi fisik dapat
meningkatkan keuntungan terapi nutrisi
• Jumlah glukosa (PN) atau karbohidrat (EN) untuk pasien ICU tidak boleh melebihi 5 mg/kg/min
• Penggunaan emulsi lipid intravena merupakan bagian dari PN
• Iipid intravena tidak melebihi 1,5 g lemak/kg/hari disesuaikan dengan toleransi individu
• Pada pasien dengan luka bakar > 20 % , tambahan enteral Glutamin (0,3-0,5 g/kg/hari) selama
10-15 hari sesegera EN dimulai
• Pada pasien trauma kritis, tambahan dosis EN Glutamin (0,2-0,3 g/kg/hari) dimasukkan 5 hari
pertama. Pada kasus penyembuhan luka, selama 10 – 15 hari
• Pasien ICU kecuali luka bakar atau trauma, tambahan Glutamin tidak dimasukkan
• Pasien ICU yang kompleks dan tidak stabil, khususnya dengan gagal hati dan ginjal,
Paranteral GLN-dipeptide tidak dimasukkan
• Dosis tinggi Omega-3 pada Formula EN tidak boleh dimasukkan dengan bolus
• EN dengan Omega-3 FA dalam dosis nutrisi dapat dimasukkan
• Dosis tinggi Omega-3 EN tidak diberikan pada rutinitas
• Emulsi Emulsi lipid denga EPA + DHA (Fish oil 0,1 g/kg/d) dapat diberikan pada pasien
dengan PN
• Mikronutrien (trace elemen dan vitamin) disediakan harian denga PN
• Antioksidan sebagai dosis tinggi monoterapi tidak diberikan tanpa bukti defisiensi
• Pasien ICU yang kompleks dan tidak stabil, khususnya dengan
gagal hati dan ginjal, Paranteral GLN-dipeptide tidak
dimasukkan
• Dosis tinggi Omega-3 pada Formula EN tidak boleh
dimasukkan dengan bolus
• EN dengan Omega-3 FA dalam dosis nutrisi dapat dimasukkan
• Dosis tinggi Omega-3 EN tidak diberikan pada rutinitas
• Emulsi Emulsi lipid denga EPA + DHA (Fish oil 0,1 g/kg/d)
dapat diberikan pada pasien dengan PN
• Mikronutrien (trace elemen dan vitamin) disediakan harian
denga PN
• Antioksidan sebagai dosis tinggi monoterapi tidak diberikan
tanpa bukti defisiensi
• Pada pasien kritis dengan 25-hydroxy-vitamin D < 12,5 ng/ml,
atau 50 nmol/l), Vitamin D3 dapat ditambahkan dengan dosis
tunggal Vitamin D3 (500.000 UI) dalam satu minggu pertama
perawatan
• EN ditunda pada
• Shock tidak terkontrol dan hemodinamik dan targer perfusi jaringan tidak
dicapai
• Hipoxemia tidak terkontrol yang mengancam, hiperkapnu, asidosis
• Perdarahan Upper GI
• Pasien Iskhemia usus
• Pasien fistula intestinal high-output
• Pasien Abdominal Compartemen Syndrom
• Volume aspirasi Gaster diatas 500 ml/6 jam
•Dosis Rendah EN pada
•Pasien dalam terapi hipotermia
•Pasien dengan hipertensi intraabdominal tanpa kompartemen syndrome
•Pasien dengan Akut Liver failure, ketika keadaan akut dan mengancam sudah terkontrol
•EN awal dilakukan pada
•Pasien ECMO
•Pasien Cedera Kepala
•Pasien Stroke
•Pasien Spinal Cord Injury
•Pasien Pancreatitis akut yang berat
•Pasien setelah Operasi GI
•Pasien setelah Operasi Aorta Abdominalis
•Pasien dengan Abdominal trauma dengan GI Track intake
•Pasien yang menerima Agen blocking neuromuscular
•Pasien posisi prone
•Pasien open Abdomen
• Pada pasien non intubasi
• jika target energi tidak tercapai dengan oral, suplemen oral pertama
dipertimbangkan kemudian EN
• Pasien dengan dispagia, makanan adaptasi tekstur dimasukkan, jika menelan
terbukti tidak aman, Dilakukan EN
• Pasien dengan disfagia atau resiko tinggi aspirasi, Post pirolik EN jika tidak
mungkin PN dipertimbangkan