Anda di halaman 1dari 25

PTOSIS

Dr dr SENYUM INDRAKILA, SpM


DEFINISI PTOSIS

 Penurunan kelopak mata secara abnormal


 Normal: Sekitar 1-2 mm di bawah Limbus Kornea
 Posisi primer: melihat lurus tanpa melirik
EPIDEMIOLOGI
Jenis Ptosis Laki-laki Perempuan • Ptosis paling sering pada
(tahun) (tahun)
ptosis kongenital
Ptosis Aponeurotik 68.19 67.83
• 89.7% pasien ptosis anak
Ptosis Mechanical 43.4 49.41
Ptosis Miogen 53.45 43.3
dibawah 19 tahun merupakan
Ptosis Neurogenik 43.6 32.62
ptosis kongenital
Ptosis trauma 35.12 33.4
• Prevalensi ptosis pada anak
Epidemiologi berdasarkan
dibawah 19 tahun:
usia dan jenis kelamin 7.9/100.000 populasi
(Shahzad dan Siccadi, 2o)
Etiologi dan Klasifikasi
 Ptosis Neurogenik
 Gangguan Innervasi M. Levator palpebrae superioris
 Ptosis Miogenik
 Disfungsi otot atau neuro-muscular junction
 Ptosis Mekanikal
 Adanya struktur abnormal
 Ptosis Aponeurotik
 Gangguan pada aponeurosis
 Ptosis Traumatika
 Trauma direk dan indirek terhadap kelopak mata
Patofisiologi
Ptosis Neurogenik
 Kongenital
 Congenitalthird nerve palsy: oculomotor palsy, tanpa
gangguan pupil
 Marcus gunn ptosis: koneksi antara N.V dan N.III
Ptosis pada saat mengunyah/tertawa

 Akuisata
 Cedera N.III
Iskemik: penurunan aliran darah akibat adanya
gangguan jantung, aneurisma, dan tumor
 Oculosymphatic palsy
Gangguan sistem saraf simpatis wajah dan mata
Ptosis miogenik
 Kongenital
 Isolated congenital myogenic ptosis
Mutasi gen COL25A1
Blefarophimosis : Penyempitan horizontal kelopak
mata, ptosis, telecanthus, dan epicantus inversus
 CFEOM (Congenital fibrosis of the extraocular muscle)
N. Okulomotor tidak terbentuk atau hipoplastik
Hipoplasia dan fibrosis otot levator
 Akuisata
 Myastenia gravis
Autoimmun pada neuromuscular junction
Gejala muncul saat lelah
Ptosis Mekanikal

 Gangguan pada kelopak mata


 Sikatrik,
tumor daerah orbita, infeksi, hematom
kelopak mata, dll
 Dilihat dengan MRI untuk melihat adanya masa dan lesi
infiltratif
Ptosis Aponeuritik

 Penipisan dan dehisensi aponeurosis m. Levator palpebra


 Pada usia lanjut
 Trauma lensa kontak
 Blefarokalasis

Disregulasi matriks metalloproteinase


Tanda dan Gejala Ptosis

 Reaksi berlebihan otot frontalis


 Blefarofimosisa: telecanthus, epikantus inversus,
hipoplasia rima orbita superior
 Sinkinesis: Ptosis karena pergerakan otot rahang
 Ptosis dengan gangguan ekstraokuler
 Myasthenia Gravis
 Third nerve palsy
Diagnosis
Pemeriksaan fisik
 Margin-reflex distance 1 (MRD1):
 Pengukuran jarak antara reflek kornea sentral dan
batas kelopak mata atas pada posisi primer.
 Jarak MRD 1 normal adalah 4-5mm.
 Margin-reflex distance 2 (MRD2): P
 pengukuran jarak antara reflek kornea sentral dan
batas antara kelopak mata bawah pada saat posisi
primer.
 Palpebral fissure height (PFH):
 Pengukuran jarak antara kelopak mata atas dan bawah
diukur pada aksis pupil.
 Jarak MRD1 dan MRD2 sama dengan PFH.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik
 Fungsi Levator:
 Metode Berke
 Pergerakan kelopak mata atas
 Interpretasi:
 Buruk: 0-4 mm terangkatnya
kelopak mata
 Sedang: 5-11 mm
terangkatnya kelopak mata
 Baik: 12-14 mm terangkatnya
kelopak mata
 Normal: >15 mm terangkatnya
kelopak mata
Pemeriksaan penunjang
 Fatigue test
 MelakukanMRD1  melirik keatas selama 2 menit 
MRD 1 kembali
 Interpretasi: perburukan ptosis  Curiga Myasthenia
gravis
 Ice Test
 Kompres dingin 2 menit  mata ptosis terangkat
 Interpretasi: + curiga myasthenia
 Tensilon test
 Injeksi 2 mg endrophonium pada mata ptosis
 Interpretasi: lihat perbaikan; bila (+) curiga myasthenia
gravis
Pemeriksaan Penunjang

 Phenylephrine test
 Memberikan phenylephrine/apraklonidine untuk
memeriksa otot muller.
 Terjadi elevasi palpebra karena rangsangan simpatis
 Schirmer’s
 Evaluasi gangguan produksi air mata
 Menilai adanya mata kering
Terapi
 Terapi ptosis adalah pembedahan
 Pada kasus ptosis kongential dilakukan pembedahan
secepatnya karena adanya risiko ambliopia
 Pada kasus risiko ambliopia rendah, dapat dilakukan
observasi sampai usia 3-5 tahun agar pemeriksaan lebih
akurat
 Pembedahan ptosis sebaiknya dilakukan dengan anestesi
lokal  pengukuran kelopak mata lebih akurat
Terapi

 Fasanella-Servat Procedure
 Eksisi tarsus dengan bagian bawah otot muller dan konjungtiva
 Indikasi: Ptosis kongenital ringan dan ptosis dengan fungsi levator baik
 Muller’s muscle-conjungtival resection
 Eksisiotot muller melewati konjungtiva dan menempelkan kembali ke
bagian ujung yang sudah dipotong
 Indikasi: ptosis ringan dengan fungsi levator yang baik
 Levator advancement
 pembedahan dengan pendekatan anterior/posterior
 Indikasi:dehisensi atau disinsersi aponeurosis dengan fungsi muskulus
levator yang baik
Terapi
 Reseksi levator
 Dapat digunakan untuk kasusk kongenital maupun akuisata
 Indikasi: pemeriksaan fungsi levator lebih dari 4 mm
 Metode: 1) konvensional 2) Suspensi ligamen Whitnall
 Frontalis sling
 Menggunakan sling antara otot frontalis pada alis mata dan
kelopak mata
Sling bisa bersifat autogenik (dari bagian tubuh lain) atau non-
autogenik (sintetis)
 Indikasi:gangguan otot levator palpebra superior, ptosis
neurogenik, ptosis miogenik, dan sindrom blefarofimosis
Kesimpulan

 Ptosis adalah kondisi dimana kelopak mata atas turun ketika


mata dalam posisi melihat kedepan tanpa melirik (posisi primer)
 Untuk mendiagnosis ptosis, dapat dilakukan pemeriksaan untuk
mengukur ketinggian kelopak mata atas dan tes untuk menilai
otot-otot levator palpebra.
 Penatalaksanaan pada ptosis kongenital dilakukan segera untuk
mencegah ambliopia
 Penatalaksaan pada ptosis dengan risiko ambliopia rendah,
bertujuan untuk memperbaiki kosmetika pasien.
DAFTAR PUSTAKA

 Dutton, J.J and Frueh, B.R. (2011). Eyelid Anatomy and Physiology with
Reference to Blepharoptosis. Springer New York, pp: 13-23
 Diaz-Manera, J., Luna, S., Roig, C. (2018) Ocular Ptosis: differential diagnosis
and treatment. Wolters Kluwer Health, 31 (5): 620-624
 Gonzalez-Eznaurrizar, G. (2008). The Epidemiology and Etiology of Ptrosis in a
Ophtalmic Center. Investigative Ophtalmology & Visual Science, 49
(13): 640
 Griepentrog, G.J., Diehl, N.N., Mohney, B.G. (2011). Incidence and
demographics of childhood ptosis. Ophthalmology, 118(6):1180-3.
 Koka, K and Patel, B.C. (2019). Ptosis Correction. Stat Pearls Publishing LLC,
pp: 19-20
 Pauly, M and Sruthi, R. (2019). Ptosis: Evaluation and Management. Kerala
Journal of Opthalmology, 31: 11-14
 Shahzad, B and Siccardi, MA. (2019). Ptosis. Stat Pearls Publishing LLC, pp:2-3

Anda mungkin juga menyukai