Anda di halaman 1dari 19

UNDANG – UNDANG

KESEHATAN

AKHMAD ANIQ BARLIAN, S.Farm, MH.Kes


KONTRAK PERKULIAHAN
Deskripsi Mata Kuliah
Mata Kuliah ini membahas tentang undang – undang
kesehatan, undang – undang Farmasi, alat kesehatan,
perbekalan kesehatan, PKRT, bahan berbahaya dan tenaga
kesehatan.
 
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
Mahasiswa mampu mengetahui undang - undang yang
terkait dengan kefarmasian
 
Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Mahasiswa mengetahui landasan hukum dibidang Kesehatan,
Tenaga Kesehatan Obat, Pelayanan Farmasi dan Perlindungan
Konsumen
ORGANISASI MATERI
MINGGU
KOMPETENSI DASAR
KE -
1 Hirarki perundang - undangan
2-3 Undang-undang tentang Kesehatan
4 Undang - undang Tenaga kesehatan
5 Pekerjaan Kefarmasian & Kode Etik Farmasi
6 Penggolongan obat & Undang-undang
Narkotika
7 Standar Pelayanan Farmasi RS
UTS
8 Standar Pelayanan Farmasi APOTEK
9 Standar Pelayanan Farmasi PUSKESMAS
10 Kebijakan Obat
11-12 Ijin usaha sektor kesehatan
13 BAHAN TAMBAHAN PANGAN, Menguasai
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan
kosmetik
14 Perlindungan konsumen
UAS
STRATEGI PERKULIAHAN
a. Teacher Center Learning
b. Study Center Learning
c. Diskusi dan tanya jawab

REFERENSI MATERI/BACAAN PERKULIAHAN


Peraturan perundang-undangan sesuai dengan materi

RENCANA TUGAS
1. Teknik Presentasi Materi
2. Studi Kasus Undang-undang
3. Pembuatan pertanyaan
PENILAI
AN
■ KEAKTIFAN & ABSENSI 10 %
■ PENUGASAN 20 %
■ UTS 30 %
■ UAS 40 %

RENTANG HURUF BOBOT


NILAI
81-100 A 4
69 – 80,9 B 3
60 – 68,9 C 2
49 – 59,9 D 1
< 49 E 0
Tata Tertib Perkuliahan
dan konsekuensi
DOSEN
– Wajib hadir tepat waktu.
– Terlambat > 15 menit, kuliah batal, (kecuali ada konfirmasi
terlebih dahulu terkait keterlambatan)
– Siap dengan materi sesuai RPP
– Mengisi Daftar Hadir , Jurnal Perkuliahan dan Berita Acara
Perkuliahan.
– Melaksanakan UTS setelah 7 (tujuh) pertemuan perkuliahan.
– Melaksanakan UAS setelah 14 (lima belas) kali
pertemuan/perkuliahan.
– Mengevaluasi/mengoreksi dan mengumumkan hasil UTS dan UAS
secara transparan.
– Menanggapi secara positif keberatan mahasiswa atas penilaian
dosen.
– Siap dan terbuka untuk dihubungi mahasiswa dalam batas-batas
kewajaran dan kesopanan, terkait dengan perkuliahan.
– Berhak memberikan sanksi akademik, dan/atau administratif
MAHASISWA
1) Wajib hadir tepat waktu; keterlambatan dikenakan sanksi sesuai dengan
kesepakatan bersama.
2) Wajib hadir minimal 75% jumlah pertemuan yang dilaksanakan dengan dosen.
3) Kehadiran kurang dari 75% sebagaimana ketentuan nomor 2, mahasiswa tidak
berhak mengikuti ujian akhir semester.
4) Ijin, diperhitungkan sebagai tidak hadir kecuali tugas dari lembaga; sakit berat
dapat dipertimbangkan.
5) Wajib mengisi Daftar Hadir dengan tanda tangan mahasiswa
6) Wajib memenuhi semua tugas dan kewajiban yang diagendakan oleh dosen.
7) Dapat mengajukan keberatan atas penilaian dosen.
8) Dapat menghubungi dosen untuk urusan perkuliahan dalam batas-batas
kewajaran dan kesopanan.
9) Siap menerima sanksi akademik dan/atau administratif dari dosen atas sikap
dan/atau tindakannya yang indisipliner.
10)Wajib memakai sepatu, berpakaian seragam sesuai peraturan, rapi dan sopan.
www.binfar.kemkes.go.id
www.jdih.pom.go.id
HIERARKI

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Per


aturan Perundang-Undangan
 
Hierarki atau tata urutan peraturan
perundang-undangan di Indonesia merujuk
ke
Pasal 7 ayat (1) 

Terdiri atas:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
N JENIS YANG MATERI
O MENETAPKAN
1 UUD 1945 MPR yang terdiri dari DPR dan Jaminan HAM, prinsip dan dasar
DPD Negara, tujuan Negara dsb
2 TAP MPR MPR TAP MPR sementara dan TAP
MPR yang berlaku
3 UU/ Peraturan RUU yang telah disetujui Lanjutan UUD 1945 (materi
Pemerintah bersama (DPR&Presiden) sama)
Pengganti UU disampaikan pimpinan DPR
(Perppu) untuk disahkan menjadi UU

Perppu ditetapka presiden


dalam hal kegentingan yang
memaksa
4 Peraturan Presiden Menjalankan Undang-undang
Pemerintah sebagai mestinya
5 Peraturan Presiden Perintah UU
Presiden Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah
Melaksanakan kekuasaan
pemerintah
6 Perda Rancangan Perda Provinsi Otonomi Daerah
(provinsi) disetujui bersama (DPRD Penjabaran Peraturan yang lebih
Provinsi & Gubernur) tinggi
Ditetapkan Gubernur
7 Perda Rancangan Perda disetujui Otonomi Daerah
JENIS PUU
Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang
ditetapkan oleh:
a. MPR;
b. DPR;
c. Dewan Perwakilan Daerah;
d. Mahkamah Agung;
e. Mahkamah Konstitusi;
f. Badan Pemeriksa Keuangan;
g. Komisi Yudisial;
h. Bank Indonesia;
i. Menteri;
j. badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-
Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang;
k. DPRD Provinsi;
l. Gubernur;
m.DPRD Kabupaten/Kota;
n. Bupati/Walikota;
o. Kepala Desa atau yang setingkat; 13
PEMBENTUKAN
PERATURAN
■ Isu yang memperoleh perhatian
luas, atau setidaknya dapat
menimbulkan kesadaran
masyarakat.
■ Adanya persepsi dan pendapat
publik yang luas bahwa beberapa
tindakan perlu dilaksanakan
untuk memecahkan masalah
tersebut
■ Adanya persepsi yang sama dari
masyarakat bahwa masalah itu
merupakan suatu kewajiban dan
TAHAP

■ Penyusunan Agenda
■ Formulasi
■ Adopsi
■ Implementasi
■ Evaluasi / Penilaian
Kebijakan
■ Analisis Kebijakan
GARIS BESAR PROSES PEMBENTUKAN UU

Proses persiapan di lingkungan


Pemerintah/Pemerintah Daerah atau di
DPR/DPRD

Proses Pembahasan di DPR/DPRD

Proses Pengesahan oleh Presiden


terhadap UU, Penetapan PERDA Provinsi
oleh Gubernur dan Penetapan PERDA
Kabupaten/Kota oleh Bupati/Walikota.

Proses Pengundangan
16
Dalam membentuk Peraturan Perundang-
undangan harus dilakukan berdasarkan pada
asas Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan yang baik meliputi:

A. kejelasan tujuan;
B. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang
tepat;
C. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi
muatan;
D. dapat dilaksanakan;
E. kedayagunaan dan kehasilgunaan;
F. kejelasan rumusan; dan
G. keterbukaan
KULTUR
■ harus mengandung peraturan – peraturan artinya
ia tidak boleh mengandung sekedar keputusan –
keputusan yang bersifat ad hoc.
■ Peraturan – peraturan yang telah dibuat itu harus
dirumuskan.
■ Peraturan tidak boleh berlaku surut.
■ Peraturan – peraturan disusun dalam rumusan yang
bisa dimengerti.
■ Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan –
peraturan yang bertentangan satu sama lain.
■ Peraturan – peraturan tidak boleh mengandung
tuntutan yang melebihi apa yang dapat dilakukan.
■ Peraturan tidak boleh sering dirubah – rubah.
■ Harus ada kecocokan anatara peraturan yang
diundankan dengan pelaksanaannya sehari – hari.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai