Gangguan Psikotik
Gangguan Psikotik
Gangguan Psikotik
Faktor Sosial
Awitan (Onset)
• Dapat mendadak atau perlahan-lahan
• Sering awitan antara usia 15 - 25 tahun
(normalnya beberapa tahun lebih dulu
pada lai-laki)
• Sering kali awitannya mempunyai fase
pre-psikotik dengan meningkatnya gejala
negatif yang diikuti oleh fase psikotik yang
jelas dengan gejala positif (lihat dua slide
berikut)
Perjalanan Penyakit
• Sebagian individu memiliki perjalanan penyakit
yang relatif stabil, sementara sebagian yang lain
memperlihatkan perburukan progresif yang
berhubungan dengan disabilitas yang cukup
berat.
• Luaran klinis:
– orang tersebut pulih sepenuhnya atau pulih sebagian
dengan beberapa gejala tertinggal;
– orang tersebut pulih tetapi terdapat beberapa episode
berikutnya (relaps/kambuh); dan
– gejala berlanjut sampai 3 bulan atau lebih (psikosis
kronik) dapat terjadi perburukan fungsi (deteriorasi)
Gejala Negatif
• Emosi yang mendatar
• Tidak adanya motivasi dan energi
• Kehilangan minat dan kesenangan dalam
aktivitas
• Interaksi sosial berkurang
Kesulitan dalam
Pembicaraan mempertahankan percakapan
dan/atau tetap fokus pada
terdisorganisasi suatu topik
ya
Kemungkinan Lihat Kotak Penatalaksanaan di
Psikosis Kronis mhGAP IG
3. Apakah orang ini mengalami
episode manik akut?
Cari:
• Gejala-gejala yang berlangsung beberapa hari:
Mood yang meningkat bermakna atau iritabel
Energi atau aktivitas yang berlebihan
Berbicara berlebihan
Kurang berhati-hati
• Riwayat:
Mood depresi
Energi dan aktivitas yang menurun
ya
Kemungkinan Lihat Modul Gangguan Bipolar
(Dianjurkan untuk dirujuk apabila Modul
Gangguan Bipolar
Gangguan Bipolar tidak diajarkan)
Catatan:
• Orang yang mengalami episode manik
saja (tanpa depresi) juga diklasifikasikan
sebagai menderita gangguan bipolar
ya
Jika YA, maka Tangani keduanya, baik psikosis
maupun kondisi yang menyertai itu
Penatalaksanaan Gangguan
Psikotik
Rencana Penatalaksanaan
• Terdiri dari 2 komponen utama:
1. Intervensi psikososial
2. Intervensi farmakologik
Intervensi Farmakologik
Gangguan Psikotik
Intervensi Farmakologik
Sedasi + +++ +
Kencing tersendat + ++ +
Hipotensi ortostatik + +++ +
Efek samping +++ + + (bergantung dosis)
ekstrapiramidal**
Sindrom Neuroleptik Jarang Jarang Jarang
Maligna***
Tardive dyskinesia**** + + +
Perubahan EKG + + +
Kontraindikasi Hipersensitivitas, kesadaran Hipersensitivitas, Hipersensitivitas
menurun, penyakit kesadaran menurun, terhadap risperidon
Parkinson penyakit Parkinson
* Dosis lebih hingga mencapai 1 g mungkin diperlukan pada kasus-kasus yang berat.
** Gejala-gejala Ekstrapiramidal di antaranya reaksi distonia akut, tik, tremor, rigiditas otot dan roda gerigi (cogwheel).
***Sindroma Neuroleptik Maligna merupakan gangguan yang jarang tapi berpotensi mengancam nyawa. Dtandai dengan kekakuan otot,peningkatan suhu tubuh dan tekanan darah.
**** Tardive dyskinesia adalah efek samping jangka panjang dari medikasi antipsikotik yang ditandai oleh gerakan-gerakan otot yang involunter, khususnya wajah, tangan, dan dada.
Obat Antipsikotik Injeksi
Medikasi Haloperidol HCl Haloperidol Dekanoat Flufenazin Dekanoat
Risperidon
• Obat antikolinergik
– Triheksifenidil tab 2 mg
– Mayoritas pasien tidak memerlukan antikolinergik
jangka panjang evaluasi setiap 3 bulan
– Jangan diberikan malam hari gejala biasanya tidak
terjadi waktu tidur
Akatisia: Gejala
• Perasaan subektif yang tidak menyenangkan
mengenai kegelisahan dari dalam dirinya dan
dorongan kuat untuk bergerak
• Menghentakkan kaki waktu duduk
• Menggerakkan/menggoyangkan kaki,
menyilangkan dan meluruskan
• Bergantian memindahkan berat badan ke kaki
kiri dan kanan
• Mondar mandir
• Sering dikelirukan dengan agitasi psikotik
Akatisia: Awitan
• Akatisia akut
– Dalam beberapa jam sampai minggu setelah
dimulainya antipsikotik atau peningkatan
dosis
• Akatisia tardiva:
– Perlu waktu lebih lama
– Dapat persisten setelah antipsikotik
dihentikan
Akatisia: Pengobatan
• Mengurangi dosis antipsikotik
• Penggantian ke antipsikotik atipikal
• Obat yang dapat digunakan
– Propranolol 30 – 80 mg/hari (dosis terbagi)
– Klonazepam dosis rendah
– Difenhidramin
• Antikolinergik tidak memberi manfaat
Intervensi Psikososial
Gangguan Psikotik
Intervensi Psikososial
Gangguan Psikotik
1. Psikoedukasi
2. Fasilitasi rehabilitasi di komunitas
3. Follow-up
1. Psikoedukasi:
Pesan untuk Orang dengan Psikosis
• Kemampuan orang tersebut dapat dipulihkan;
• Penting: melanjutkan aktivitas sosial yang biasanya,
pendidikan, dan pekerjaan sejauh memungkinkan;
• Penderitaan dan masalah dapat dikurangi dengan
pengobatan;
• Penting: minum obat secara teratur;
• Hak setiap orang: dilibatkan dalam setiap keputusan
yang diambil berkaitan dengan pengobatannya;
• Penting: menjaga kesehatan dengan diet sehat,
melakukan aktivitas fisik secara aktif, mempertahankan
perawatan diri.
1.Psikoedukasi:
Pesan tambahan untuk keluarga dari orang
dengan gangguan psikotik (1)
• Orang dengan psikosis mungkin mendengar suara-suara
atau menyakini secara jelas sesuatu yang salah.
• Orang dengan psikosis sering tidak menyadari bila
dirinya sakit dan kadang menjadi bersikap kasar..
• Harus ditekankan: Pentingnya pengenalan akan
kambuhnya/memburuknya gejala-gejala dan perlunya
penilaian ulang.
• Perlu ditekankan: pentingnya melibatkan orang dengan
psikosis dalam aktivitas keluarga dan sosial lainnya.
• Anggota-anggota keluarga sebaiknya tidak melakukan
kritik yang terus menerus atau keras atau bersikap kasar
terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan
psikosis.
1.Psikoedukasi:
Pesan tambahan untuk keluarga dari orang
dengan gangguan psikotik (2)
• Orang dengan psikosis sering didiskriminasi meskipun
seharusnya mereka menikmati hak asasi manusia yang
sama dengan semua orang
• Orang dengan psikosis mungkin memiliki kesulitan
– untuk pulih, atau
– untuk berfungsi dalam lingkungan hidup atau lingkungan kerja
yang penuh stres.
• Secara umum, lebih baik seseorang tinggal bersama
keluarga atau anggota masyarakat di lingkungan yang
mendukung di luar lingkup rumah sakit.
– Perawatan di rumah sakit dalam waktu yang lama sebaiknya
dihindari.
2. Fasilitasi Rehabilitasi di
Komunitas (1)
• Koordinasikan intervensi dengan:
– staf kesehatan
– sejawat yang bekerja di layanan sosial
– organisasi yang bergerak di bidang disabilitas.
• Fasilitasi hubungan dengan sumber-sumber di
bidang kesehatan dan sosial demi terpenuhinya
kebutuhan keluarga secara fisik, mental dan
kebutuhan di bidang kesehatan jiwa.
2. Fasilitasi Rehabilitasi di
Komunitas (2)
• Dorong secara aktif orang dengan psikosis untuk
mencoba kembali aktivitas sosial, edukasional, dan
okupasional yang sesuai dan disarankan oleh anggota
keluarga.
– Fasilitasi keterlibatan kembali dalam aktivitas ekonomi dan
sosial, termasuk dukungan pekerjaan yang sesuai dengan
konteks sosial dan budaya.
– Orang dengan psikosis seringkali didiskriminasi, oleh karenanya
penting untuk mengatasi pandangan negatif baik internal
maupun eksternal dan bekerja untuk mencapai kemungkinan
kualitas hidup terbaik.
– Bekerjasama dengan agen-agen lokal untuk menggali
kemungkinan-kemungkinan kerja dan pendidikan, berdasarkan
kebutuhan dan tingkat keterampilan orang tersebut.
2. Fasilitasi Rehabilitasi di
Komunitas (3)
• Jika diperlukan dan tersedia, pikirkan
kemungkinan adanya dukungan
perumahan/bantuan hidup.
– Pertimbangkan secara matang kapasitas fungsional
dan kebutuhan akan dukungan dalam rangka
memberikan petunjuk dan memfasilitasi pengurusan
perumahan yang optimal, pertimbangkan hak asasi
orang tersebut.
3. Follow-up (1)
• Orang dengan psikosis diminta untuk datang
kontrol secara teratur.
• Follow-up awal sebaiknya sesering mungkin,
bahkan setiap hari, sampai gejala akutnya mulai
berespons dengan pengobatan.
– Setelah gejala-gejala menunjukkan respons, kontrol
satu kali sebulan atau satu kali dalam 3 bulan dapat
direkomendasikan sesuai dengan kebutuhan klinis,
faktor-faktor yang mungkin laksana seperti
ketersediaan staf, jarak dari klinik, dll.
3. Follow-up (2)
• Pelihara harapan dan optimisme yang relistis
selama terapi.
• Di setiap follow-up, lakukan penilaian gejala,
efek samping obat dan kesetiaan terhadap
pengobatan.
– Ketidaksetiaan terhadap pengobatan umum terjadi
dan pelibatan pelaku rawat adalah penting dalam
periode tersebut.
• Nilai dan kelola kondisi medis penyerta.
• Nilai kebutuhan akan intervensi psikososial di
setiap kunjungan follow-up.
POKOK BAHASAN D.
Rujukan Kasus Gangguan
Psikotik
• Rujukan bukan hanya berarti mengirimkan
pasien untuk mendapatkan
penatalaksanaan dari pihak lain (spesialis
ataupun non-spesialis), tetapi juga
termasuk konsultasi atau bertanya kepada
yang lebih ahli
Indikasi untuk merujuk kasus
1. Kegawatdaruratan: perilaku kekerasan
dan agitasi yang tidak teratasi, efek
samping yang berat
2. Resistensi pengobatan: tidak berespon
adekuat terhadap percobaan dua jenis
antipsikotik dalam dosis dan lama
pemberian yang tepat
Konsultasi spesialis, jika tersedia,
dianjurkan untuk kasus:
1. Penderita wanita yang hamil atau
menyusui
2. Penghentian pengobatan
3. Episode pertama
4. Jika terjadi keraguan dalam diagnosis
dan penatalaksanaan
Surat Rujukan
• Dalam surat rujukan hendaknya
disertakan informasi yang cukup lengkap
untuk menjamin kesinambungan layanan:
1. Riwayat singkat penyakit/kondisi sekarang
2. Hasil pemeriksaan dan diagnosis
3. Masalah yang dihadapi
4. Penatalaksanaan yang telah dilakukan
5. Tujuan rujukan
Albert Maramis
Email :
almarams@indo.net.id
amaramis@indosat.net.id
HP : 08158959009
BB : 2A6FB7B2