Kegawatdaruratan Pada Nyeri Adbomen

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 44

KEGAWATDARURATAN

PADA NYERI ADBOMEN


Kelompok 4
Evaluasi Awal

Riwayat
Focus pada riwayat nyeri pasien dapat menentukan kajian selanjutnya. Tanyakan
adanya nyeri yang beradiasi dan adanya perubahan posisi tubuh atau gerakan tubuh
yang dapat mempengaruhi nyeri. Pertimbangan lainnya :

1. Anoreksia
2. Kolik – nyeri abdomen local, nyeri tajam, dan nyeri semakin meningkat bahkan
sampai puncak
3. Identifikasi kapan terakhir BAB terutama untuk pasien usia lanjut dan pasca-
oprasi.
4. Tentukan riwayat medis masa lalu yang berkaitan seperti riwayat oprasi di
daerah abdomen dan mengidap penyakit menular.
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital
1. Takikardia dan hipotensi dapat menjadi indicator kekurangan volume atau
sepsis.
2. Takipnea dan penurunan saturasi oksigen dapat menunjukkan proses infeksi
akut
3. Demam menunjukkan adanya infeksi tetapi tidak selalu tanda tersebut muncul.

Asesmen Respirasi dan Kardiovaskular


Pengkajian area ini harus menjadi perhatian, pada pasien dengan nyeri abdomen
bagian atas,dapat dinyatakan adanya pneumonia atau iskemia jantung.
Asesmen Abdomen
1. Inspeksi : Pertimbangkan ekspresi wajah pasien, penggunaan otot abdomen,
kenyamanan posisi,dan gerakan tubuh selama pemeriksaan

2. Auskultasi : Auskultasi abdomen di keempat kuadran meliputi frekuensi, dan


karakteristik bising usus. Bising usus normal 5 samapai 35 kali per menit.
Dengarkan bunyi dari aorta abdominal dan ginjal,iliaka,dan arteri inguinal,
indicator terbaik yang menunjukkan adanya peristaltic usus adalah adanya
flatus.

3. Perkusi : Perkusi pembesaran hati dan limpa. Tepi hati harus lembut di area
margin kostan kanan.

4. Palpasi : Palpasi adanya kekakuan abdomen,nyeri,massa,dan hernia.


Posisi
1. Pasien yang dengan tidak nyaman bergerak di tempat tidur cenderung
memiliki etiologi yang serius.
2. Pasien yang berbaring secara kaku atau dengan posisi fetus merupakan posisi
klasik dari peritonitis ; posisi tersebut di asumsikan oleh pasien untuk
menghindari iritasi pada peritoneal.

Prosedur Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium dasar, termasuk hitung darah lengkap dan panel
metabolic lengkap,dilakukan secara rutin. Direkomendasikan pemeriksaan amilase
dan lipase secara bersamaan pada pasien dengan nyeri epigastric.
TABEL 28- 1 POLA NYERI ABDOMEN DAN KEMUNGKINAN
PENYEBABNYA
Nyeri Difusi Nyeri Epigastrik Kuadran Kiri Atas
 Gastroenteritis akut  Gastroenteritis akut  Gastritis atau UPD
 Sickle sel kritis  PUD  Pneumonia lobus kiri bawah
 DKA  GERD  Infrak atau ruptur spleen
 Peritonitis  AAA  Leukemia, mononucleosis
 IBS  Viscus perforasi  Kolik renal kiri ,
 Obstruksi usus  Pankreatitis akut Pyelonephritis
 Konstipasi  Miokard infark akut  Herpes zoster

Kuadran Kanan Bawah


Kuadran Kiri Bawah Kuadran Kanan Bawah  Hernia Inguinal
 Toris ovarium atau kista  Hepatitis, Batu empedu,  Apendiksitis akut
rupture abses  Toris ovarium, kista rupture
 PDI, salpingitis  Pneumonia lobus kanan  PID, ovarian abses, atau
 Hernia inguinalis bawah salpingitis
 Divertikulitis  Pyelonephritis kanan atau  Rupture ektopik
 Ruptur ektopik kolik  Mackel’s diverticulitis,
 Herpes zoster Mesenteric adenitis
 hepatomegali
Kegatwatdaruratan abdomen khusus
 Parotitis
Peritonitis primer terjadi ketika mikroorganisme masuk melalui darah ke rongga
peritoneum. Peritonitis sekunder memiliki insiden yang lebih sering, hal ini terjadi
saat adanya kebocoran organ abdomen dan melepaska isinya ( empedu, enzim, dan
bakteri ) ke dalam rongga peritoneal.

Tanda dan Gejala


1. Tanda syok hipovolemik dikarnakan perpindahan cairan dengan jumlah yang
banyak ke dalam peritoneum.
2. Nyeri tekan pada lokasi yang tertekan.
3. “Mempertahankan” atau melindungi area nyeri dengan memberikan
posisi,dimana pasien menolak untuk dilakukan pemeriksaan di daerah abdomen
tersebut.
4. Kekakuan otot abdomen atau abdomen seperti papan (karena spasme otot akibat
iritasi dan perforasi)
Prosedur Diagnostik
1. Positif nyeri lepas : lakukan palpasi secara mendalam. Nyeri bertambah karna
iritasi perineum.
2. Uji Markle : pasien berdiri, kemudian berjinjit dengan lutut lurus, dan suruh
untuk turun ke bawah ke dua tumit, untuk menguji adanya iritasi peritoneal.
 

Intervensi Terapeutik
3. Pusatkan pasien, pasang NGT, dan mulai istirahatkan kerja usus.
4. Pasang akses intervensi, ganti cairan dan elektrolit sesuai indikasi
5. Berikan nalgestik, antiemetic, dan antibiotic yang telah di resepkan
6. Antisipasi perlunya intervensi bedah
Gastroentritis Akut
Gastroentritis akut dapat di sebabkan oleh bakteri, virus, atau kimia. Pasien dapat
ditemukan dengan kondisi dehidrasi, pasien dengan umur yang sangat muda atau
orang tua,rentang mengalami hipovelemia.
 

Tanda dan Gejala


1. Diare disertai mual dan muntah
2. Nyeri biasanya berkarakteristik menyebar, terkadang disertai kram, nyeri pada
abdomen bagian bawah
3. Demam
4. Tanda-tanda dehidrasi seperti tachycardia, kulit hangat dan keringat
5. Adanya splenomengali menunjukkan gastroenteritis karna bakteri
6. Kaji riwayat anggota keluarga yang memakan makanan yang sama untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya keracunan makanan.
Prosedur Diagnostik
1. Pemeriksaan telur dan uji parasite pada feses.
2. Elektrokardiogram dengan gejala mual muntah yang dapat mengindentifikasi
adanya kelainan jantung.
3. Konsumsi digoxin pada populasi usia lanjut.
4. Singkirkan kemungkinan apendeksitis
5. Bedakan dari gastritis

Intervensi Terapeutik
6. Tetapkan akses intra vena ( lakukan pemasangan infus ) untuk menggantikan
cairan dan elektrolit seperti di yang direkomendasikan.
7. Berikan anti mual
8. Fasilitasi terapi untuk pengontrol nyeri jika diperlukan
9. Sebagian besar gastroenteristis ialah dapat sembuh sendiri.
Apendistis
Apendistis terjadi ketika ada sumbatan pada lumen appendix yang mengakibatkan
penurunan suplai darah, yang jika tidak diobati, dapat berkembang menjadi nekrosis,
perporasi, dan peritonitis.

Tanda dan Gejala


1. Presentasi klasik apendisitis adalah demam ringan dengan nyeri.
2. Anoreksia, mual dan muntah
3. Untuk menilai tanda psos, perawat meminta pasien untuk berbaring, lalu pasien
miring kiri, cara pasif perawat meminta kaki kanan pasien untuk ekstensi, dan
meminta pasien untuk secara aktif melenturkan kaki kanannya. Jika kuadran
kanan menunjukkan adanya nyeri perut, itu adalah “positif” tanda psoas.
4. Nyeri dihasilkan karena otot psoas berbatasan dengan rongga peritoneum dan
pergerakan itu menyebabkan gesekan sehingga menimbulkan peradangan pada
jaringan di sekitarnya.
5. Adanya nyeri lepas
6. Kekakuan pada abdomen
Prosedur diagnostic
1. CBC untuk mendeteksi leukositosis
2. Urinalisis dan tes kehamilan
3. Imaging : CT scan dengan
 

Intervensi Trapeutik
4. Pertahankan pasien untuk puasa
5. Lakukan pengkajian ulang pada perut
6. Dapatkan akses IV dan mulai penggantian volume cairan
7. Berikan analgestik parenteral dan antiemetic yang diperlukan
8. Berikan antibiotic spectrum luas secara Iv
9. Siapkan pasien untuk kemungkinan dilakukan intervensi bedah
Gastroesophageal Reflux Disease dan Esofagitis.
Gastroesophageal Reflux Disease( GERD) terjadi ketika refluks sekresi lambung kembali
ke essofagus dan menyebabkan gejala : mungkin berhubungan dengan adanya cedera
mukosa esophagus atau esophagitis. Esofagitis mungkin juga diakibatkan dari infeksi,
radiasi, atau menelan zat kaustik seperti asam kuat atau alkali.
 

Tanda dan Gejala


1. Menetapkan, nyeri substernal yang meningkat dengan menelan, mungkin posisi,
semakin memburuk ketika pasien terlentang.
2. Ketidaknyamanan dari “ rasa panas dalam perut “ sering meniru dari iskemia miokard
baik dalam radiasi dan intensitas.
3. Sesekali munta
4. Kehilangan berat badan
5. Sakit tenggorokan, suara serak
6. Adanya perdarahan saluran pencernaan
bagian atas
Prosedur Diagnistik
Diangnosis dibuat terutama berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik.

 
Intervensi
1. Kaji jalan nafas dan pernapasan
2. Modifikasi gaya hidup seperti penurunan berat badan, menghindari makanan
yang dapat mengendurkan sfingter esophagus bagian bawah
3. Lakukan beberapa tindakan untuk meminimalkan refluks termaksud
menggangkat kepala tempat tidur dan menghindari volume besar makan atau
minuman ,terutama sebelum tidur.
4. The “GI cocktail” (campuran dari antacid cair,lidokain kental,dan antikolinegik
seperti Donnatal elixir),30 mL secara oral,pada intervensi awal.
5. Thrapi termasuk antacid,penghematan pompa proton (PPI),atau histamine (H2)
blockers.
Pendarahan Saluran Pencernaan Bagian Atas
Pendarahan saluran pencernaan bagian atas adalah kondisi yang berpotensi
mengancam jiwa. Penyebab paling umum dari pendarahan saluran pencernaan
bagian atas non-variceal adalah duodenum dan ulkus lambung,erosi lambung,
sindrom Mallory-Weiss , dan esophagitis.

Tanda dan Gejala


1. Hematemesis atau melena ( 31 % sampai 69 % ) mungkin satu-satunya gejala.
2. “ kopi-tanah “ emesis adalah merupakan temuan spesifik untuk pasien dengan
pendarahan GI atas
3. Kelemahan, pusing, sinkop
4. Postural hipotensi
5. Kemugkinan adanya tanda syok
hipovolemik (takikardia,hipotensi,
capillary refill time ( CRT ) memanjang).
Prosedur Diagnostik
1. Hitungan darah lengkap dan serial hemoglobin level
2. Panel metabolic dasar
3. Panel koagulasi termasuk PT, Appt, INR, dan jumlah trombosit.
4. Jenis dan crossmatch dalam mengantisipasi trasfusi PRC
5. CT scan atau scanning perdarahan saluran pencernaan jika di perlukan
6. Endoskopi untuk mengindebtifikasi lokasi pendarahan
 

Intervensi Terapeutik
7. Airway manajemen dengan melakukan intubasi edotrakel pada pasien dengan
pendarahan aktif.
8. Dapatkan akses IV dengan IV kateter ( dengan lumen ) yang berukuran besar,dan
mulailah penggatian volume.
9. Pasang NGT untuk menggosongkan dan dekompresi abdomen dan untuk
mengindentifikasi karakteristik aspirasi
10. Lavage dengan es atau saline dengan suhu ruangan tidak lagi dianjurkan
11. Trasfusi darah dapat dimulai pada pasien yang tingkat hemoglobin kurang dari 7
g/ Dl.
12. Antisipasi terapi endoskopik untuk mengontrol area perdarahan.
Penyakit Ulkus Peptikum
Penyakit ulkus peptikum ditandai dengan adanya kondisi area mukosa yang
mengalami peradangan dan ulserasi. Ada tiga jenis ulkus yang berhunbungan dengan
penyakit ulkus peptikum : duodenum, Lambung, dan stress ulcer.

Tanda dan Gejala


1. Terjadinya secara serentak, rasa sakit perih yang tidak disengaja atau nyeri
terbakar
2. Nyeri berkurang atau bertambah oleh makanan
3. Nyeri sering disertai dengan perasaan penuh atau kembung
4. Nyeri bisa membuat pasien terbangun di malam hari
5. Riwayat seringnya pemakaian NSAID atau penggunaan aspirasi dengan dosis
rendah
6. Pendarahan saluran pencernaan bagian atas mungkin manifestasi awal dari peptic-
ulcer
Prosedur Diagnostik
1. Tes laboratorium rutin
2. Tes non-invasif untuk infeksi H.pylori, termasuk antigen tinja dan pengujian urea
napas.
 

Intervensi Terapeutik
3. Kebanyakan pasien dengan peptic ulcer stabil dan dapat ditangani secara rawat
jalan dengan kombinasi obat penghambat-asam dan antibiotic.
4. Standar dosis H2 bloker atau inhibitor proton untuk mempromosikan
penyembuhan ulkus.
5. Jika pasien positif dengan H. pylori, therapy antibiotic seperti clarithromycin dan
amoxicillin dianjurkan.
6. Pengguanaan NSAID harus dihentikan.
Sindrom Mallory-Weiss
Sindrom Mallory-Weiss adalah diakibatkan dari muntah yang parah dan muntah/
vomiting tidak sinkron dengan regurgitasi lambung.Muntah terus-menerus
menyebabkan kerusakan mukosa yang memanjang di persimpangan
gastroesophageal ( kardia lambung)
 

Tanda dan Gejala


1. Riwayat muntah atau muntahan dari isi normal perut (,diikuti oleh hematemesis
2. Mungkin juga memiliki riwayat konsumsi alcohol, Penggunaan aspirin, angkat
berat, batuk, bulimia, atau kehamilan.
3. Muntahan nya merah atau coffe ground / hematemesis ( dengan atau tanpa
menelan ). Volume hematemesis adalah panduan yang lemah untuk
memperkirakan kehilangan volume.
4. Hematochezia ( feces berwarna marun )
mungkin dapat muncul.
Prosedur Diagnostik
1. Pasang NGT untuk aspirasi dapat digunakan untuk mengkaji darah samar.
2. Endoskopi GI tract bagian atas sering digunakan untuk diagnosis jika terdapat
perdarahan aktif.
3. Penelitian laboratorium tambahan seperti yang di ajukan pada bagian “
perdarahan saluran pencernaan bagian atas”.
 

Intervensi Terapeutik
4. Dapatkan akses IV dan obat antimetik yang diperlukan.
5. Siapkan pasien untuk endoskopi untuk perbaikan perdarahan pada pembuluh.
6. Balloon tamponade harus di hindari kecuali upaya lain telah gagal atau tidak
tersedia.
Perdarahan Varices Esofagus
Vena portal mengalir sekitar 1500 mL/ menit darah dari usus, limpa, dan lambung,
ke hati. Obstruksi aliran vena ini (sering kali dari penyakit hati atau sirosis)
meningkatkan tekanan vena portal dan menyebabkan pembuluh darah kolateral
untuk terbentuk antara perut dan vena sistemik dibagian bawah esophagus.

 
Tanda dan gejala
1. Pasien mungkin memiliki riwayat penyakit hati (sirosis), hipertensi portal, atau
asupan alcohol kronis
2. Tanda-tanda perdarahan GI bagian atas dan syok hipovolemik.
Prosedur diagnostic
1. Tes laboratorium adalah sebagai berikut:
2. Panel koagulasi darah
3. Fungsi hati
4. Pemeriksaan pencitraan / imaging meliputi:
5. Endoskopi saluran pencernaan atas
6. USG Abdomen atau CT scan
 

Intervensi Terapeutik
7. Pengobatan terapeutik berfokus pada pengelolaan perdarahan syok hipovolemik
hemoragik
8. Masukkan NGT memiliki risiko rupture esophagus secara tidak sengaja dan
perdarahan dan harus dilakukan secara hati-hati.
9. Terapi farmakologis menggunakan somatostatin atau octreotide
10. Endoskopi untuk injeksi skleroterapi
11. Tekanan langsung melalui balon tamponade hanya digunakan secara terapi
farmakologis atau endoskopi telah gagal.
Kolesistitis
Kolesistitis adalah peradangan akut atau kronis pada kandung empedu, biasanya dihasilkan dari
dampak batu pada leher kandung empedu atau pada saluran sistik.

Tanda dan gejala


1. Nyeri pada kuadran kanan atas yang dapat menyebar ke punggung, atau bahu kanan atau
tulang belikat, terutama setelah mengkonsumsi makanan dengan kandungan lemak yang
tinggi.
2. Nyeri mungkin awalnya kolik tapi akan menajdi konstan
3. Tanda Murphy positif
4. Tanda-tanda infeksi atau peradangan, termasuk demam ringan atau takikardia
5. Penyakit kuning jika obstruksi signifikan
6. Saluran pencernaan: mual dan muntah, anoreksia, eruktasi (bersendawa), perut kembung,
atau intoleransi lemak.
Prosedur diagnostic
1. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dapat berupa hal berikut:
Leukositosis
Peningkatan level bilirium
Peningkatan ALT danAST
2. Tes kehamilan harus dilakukan pada wanita usia subur
3. USG sensitive dalam emngidentifikasi batu. Prosedur tersebut cepat, non-invasif,
dan gersedia
4. Cholescintigraphy radionuklida adalah prosedur diagnostic yang spesifik dan
yang paling sensitive, yang tersedia untuk menyingkirkan kolesistitis dan
penyumbatan saluran empedu
5. Pemeriksaan pencitraan lain termasuk CT scan abdomen, cholangiogram,
cholecystogram, endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP), dan
radiografi posisi tidur flat dan posisi datar dan berdiri tegak
 
Intervensi terapeutik
1. Puaskan pasien. Beberapa pasien mungkin memelukan pemasangan NGT
karena muntah dan nyeri.
2. Lakukan akses IV untuk rehidrasi dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit
3. Berikan antiemetic dan analgesic yang diperlukan
4. Berikan antibiotic spectrum luas karena potensi terjadinya gangrene dan
perforasi
5. Antisipasi kemungkinan tindakan bedah atau endoskopi
Pankreatitis
Pancreatitis diakibatkan dari pelepasan enzim pancreas ke dalam jaringan pancreas, dengan
auto-digestion, peradangan, kerusakan jaringan, dan cidera pada struktur organ yang
berdekatan.

Tanda dan gejala


1. Rasa nyeri yang muncul secara tiba-tiba, dan secara bertahap level keparahan yang terus
meningkat.
2. Nyeri digambarkan seperti rasa yang tumpul dan terus menerus.
3. Nyeri terletak di abdomen bagian atas kiri atau epigastrium
4. Karena lokasi retroperitoneal pancreas, nyeri dapat menyebar melalui abdomen ke
belakang.
5. Nyeri dapat berkurang ketika pasien dalam posisi duduk atau posisi fetus
6. Adanya nyeri tekan pada abdomen
7. Mual, muntah, anoreksia
8. Demam dan takikardia
9. Pada kasus yang parah, hipovolemia dan dapat mengakibatkan sepsis
Prosedur diagnostic
1. Serum amylase dan lipase mengikuti pola klasik.
2. Tes laboratorium lainnya termasuk elektrolit, CBC, profil hati, dan glukosa
darah.
3. Peningkatan kontras pada CT scan perut dipertimbangkan sebagai studi
pencitraan / imaging terbaik, tetapi biasanya tidak di rujuk ke department
darurat.
4. USG dapat melihat saluran empedu tetapi seringnya tidak dapat
memvisualisasikan pancreas.
5. Rangkaian pemeriksaan perut dapat digunakan untuk memeriksa udara bebas dan
perforasi.
 
Intervensi terapeutik
6. Dapatkan akses IV untuk resusitasi cairan dan pemberian obat
7. Manajemen nyeri dengan pemeberian meperidin intravena
8. Berikan antiemetic sesuai yang diperlukan
9. Penggantian kalsium serum dengan infuse IV seperti yang dianjurkan
10. Assesmen pasien perlu dilakukan dengan ketat
11. Antibiotic IV dapat diberikan jika kondisi pasien berkembang menjadi abses
pancreas atau sepsis
Obstruksi Usus
Obstruksi usus disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk berikut ini:
Adanya obstruksi fisik, seperti impaksi tinja (obstruksi yang disebabkan oleh feses yang
mengalami pengerasan), hernia, tumor, intussusceptions (masuknya salah satu bagian usus
ke bagian usus yang lain atau invaginasi), volvulus (proses memutarnya usus (biasanya
sekum atau kolon sigmoid)

Tanda dan gejala


1. Adanya riwayat operasi abdomen, terutama usus buntu
2. Nyeri abdomen, sering kolik secara alami
3. Mual dan muntah
4. Takikardia dan hipotensi
5. Distensi abdomen dan nyeri
6. Tidak ada flatus (obstipasi) atau bagian tinja, meskipun merasa perlu
7. Bising usus dapat bernada tinggi, suara hiperaktif seketika pada bagian proksimal
obstruksi, dengan hipoaktif atau tidak ada bising usus pada distal obstruksi
Prosedur diagnostic
1. Pemeriksaan serum kimia darah rutin
2. Peningkatan sel darah putih
3. Tingginya kadar urea nitrogen darah (BUN) mungkin sebagai akibat dari
dehidrasi
4. Radiografi abdomen
5. CT memiliki tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi pada obstruksi
lengkap usus kecil
 
Inervensi teraeutik
6. Komplikasi langsung pada obstruksi usus adalah dehidrasi dari rongga ketiga.
Komplikasi potensial lainnya termasuk infark usus dan kemungkinan perforasi,
dan infeksim terutama sepsis
7. Resusitasi cairan yang agresif diperlukan untuk mencegah syok hipovolemik
8. Dekompresi usus dilakukan dengan sunsctoin melalui NGT
9. Berikan analgesic, antiemetic, dan mungkin antibiotic IV
10. Konsultasi bedah
Incarcerated Hernias (hernia yang tertahan)
Hernia merupakan penonjolan keluar dari sebuah lingkaran usus (atau isi abdomen lainnya)
melalui otot perut, tetapi tidak menembus kulit. Hernia paling sering ditemukan di inguinal,
femoral, dan daerah pusar.

Tanda dan gejala


1. Nyeri dan bengkak ditempat herniasi
2. Hernia inguinalis biasanya tampak tegas, massa lembut di kanalis inguinalis dan skrotum
superior, biasanya ipsilateral
3. Mual dan muntah
4. Kemungkinan adanya tanda obstruksi usus
 
Prosedur diagnostic
5. Diagnosis biasanya didasarkan pada pemeriksaan fisik
6. CBC harus di[eroleh tetapi hasilnya biasanya tidak spesifik
7. Radiografi abdomen dapat digunakan untuk
menyingkirkan obstruksi intestinal
4. Ultrasonigrafi untuk membantu mendeteksi
bagian yang etrtahan
Intevensi terapeutik
1. Antisipasi penurunan hernia secara manual
2. Berikan sedasi dan analgesia yang memadai sebelum mencoba di reduksi.
3. Ice pack pada hernia dan posisi Trendelenburg dapat digunakan 20-30 menit
sebelum di reduksi
4. Konsultasi bedah mungkin diperlukan
Perdarahan pada saluran pencernaan bagian bawah
Perdarahan saluran pencernaan bagian bawah mengacu pada kehilangan darah yang berasal dari
distal Ligamentum Treitz. Hal ini jarang terjadi dan umumnya kasusunya tidak separah GI bagian
atas, banyak perdarahan GI bagian bawah yang terhenti secara spontan. Perdarahan dari usus
besar atau rectum biasanya disebabkan oleh penyakit radang usus, perdarahan polip atau ulcer,
kanker, wasir, abses perirectal, dan diverticulosis

Tanda dan gejala


1. Perdarahan biasanya ringan, tapi bisa berat dan mengancam jiwa
2. Perdarahan rectum biasanya berwarna merah terang dan mungkin berisi gumpalan
3. Perdarahan biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri
4. Pucat, kelelahan, perubahan postural, sinkop, takikardia.
5. Dengan kehilangan darah yang benyak, pasien mungkin menunjukkan tanda-tamda ketidak
stabilan hemodinamik.
6. Hipotensi biasanya adalah kondisi sudah parah ,
tachycardia dapat menjadi tanda awal severity
kasus tersebut.
Prosedur diagnostic
1. Riwayat penggunaan antikoagulen
2. CBC, panel koagulasi
3. Specimen feses ntuk darah yang tersembunyi
4. Pemeriksaan colonoscopic dapat menjadi keduanya, diagnostic dan terapeutik
 

Intervensi terapeutik
5. Hemodinamik pasien yang tidak stabil akan membutuhkan resusitasi cairan yang
agresif pada syok hipovolemik
6. Kembalikan kondisi koagulopati apapun
7. Kolonoskopi mungkin melibatkan thermal coagulation atau vasokonstriktor atau
agen sclerosing.
Irritable bowel syndrome (sindrom iritasi usus)
Sindrom iritasi usus ditandai dengan adanya nyeri pada bagian abdomen dan perubahan
fungsi usus tanpa kelainan structural atau biokimia, ini mungkin dapat menjadi sebuah
pengecualian diagnosis. Syndrome iritasi usus memilikitiga komponen: perubahan pada
motilitas saluran pencernaan (GI), hyperanalgesia visceral, dan psikopatologi.

Tanda dan gejala


1. Nyeri abdomen berkaitan dengan peruabahan kebiasaan buang air besar (sembelit,
diare, atau keduanya)
2. Nyeri biasanya diabdomen bagian bawah (meskipun lokasi dan intensitas beragam)
3. Nyeri dapat digambarkan sebagai kram atau sebagai sakit umum dengan disertai
periode kram abdomen
4. Nyeri dan ketidaknyamanan abdomen bisa dikurang dengan buang air besar
5. Kecemasan atau stress psikologis dapat menjadi faktor.
6. Kehilangan berat badan jika diare adalah gejala
yang menonjol.
Prosedur diagnostic
1. CBC untuk mendeteksi anemia, alju endap darah (ESR), panel metabolic
lengkap.
2. Feses untuk darah yang tersembunyi, telur dan parasit, dan pathogen enteric
termasuk Clostridium difficile.
3. CT scan abdomen untuk menyingkirkan masalah lain seperti tumor atau
obstruksi usus.
4. Kolonoskopi sering direkomendasikan untuk menyingkirkan etiologi yang lebih
serius.
 
Intervensi terapeutik
5. Pengobatan dengan sasaran pada gejala seperti analgesic, anti-diare,
antikolinergik, prokinetik, dan antideoresan.
6. Rujukan ke bagian psikiatrik atau rujukan psikologis.
7. Peppermint merupakan alat bantu “alami”, karena bekerja seperti blocker
saluran kalsium untuk mengendurkan otot halus.
8. Modifikasi diet
 Penyakit Radang Usus
Penyakit radang usus mengacu pada gangguan dimana usus menjadi meradang yang
kemungkinan sebagai akibat dari reaksi autoimun.

Tanda dan gejala

Tabel 28-2 TANDA DAN GEJALA KOLOSIS ULSERATIVA DAN


PENYAKIT CHORN
ULCERATIVE COLITIS PENYAKIT CHORN
 Tinja berdarah  Nyeri perut
 Diare berat, kram, dan dehidrasi pada penyakit yang  Terasa kram atau stabil
berat  Periumbilikalis atau kuadran kanan bawah
 Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah  Intermittent demam ringan
 Distensi abdomen  Penurunan berat badan
 Demam dan takikardia  Terdapat tanda-tanda obstruksi usus
 Penurunan berat badan  Berkaitana dengan lubang anal, perianal fistula,
atau abses
Prosedur diagnostic
1. Uji laboratorium secara rutin termasuk darah lengkap dan panel metabolic
lengkap untuk menyingkirkan diagnosis lain.
2. Serum albumin sebagai indicator status gizi.
3. Diagnosis pasti dibuat dengan pemeriksaan endoskopi.
4. Radiografi abdomen dapat menunjukkan dilatasi kolon, bukti perforasi, atau
obstruksi.
 
Intervensi terapeutik
5. Pengelolaan awal meliputi mengistirahatkan usus dengan rehidrasi IV.
6. Kortiosteroid dan anti-inflamasi dan agen anti diare adalah manajemen medis
utama,
7. Penyakit crohn juga dikelola dengan imunosupresi atau infliximbab, obat untuk
memblokir respon inflamasi tubuh.
8. Pembedahan dapat dipertimbangkan jika manajemen medis gagal.
Diverticulitis
Divertikula merupakan tonolan-tonjolan kecil pada saluran pencernaan, yang paling
sering pada area kolon sigmoid. Divertikulisis mengacu pada keberadaan divertikula
yang meradang dan hal ini diduga berhubungan dengan diet rendah serat, sembelit, dan
obesitas. Diverticulitis didefinisakan sebagai peradangan pada salah satu atau lebih
divertikula. Peradangan ini, dan selanjutnya nekrosis fokal dan perforasi, merupakan
dampak dari obstruksi divertikula oleh material feses atau makana yang tidak tercerna.

Tanda dan gejala


1. Nyeri pada abdomen dibagian kuadran bawah dan terasa nyeri tekan , sering disebut
sebagai “sisi kiri usus buntu”.
2. Anoreksia. Mual, muntah.
3. Kemungkinan perubahan kebiasaan dalam buang air besar (konstipasi atau diare).
4. Demam dan tanda-tanda peritonitis jika terjadi perforasi
Prosedur diagnostic
1. Diagnosis didasarkan pada riwayat dan presentasi klinis.
2. CBC yang berbeda-beda mungkin menunjukkan leukositosis jika muncul
infeksi.
3. BMP untuk menentukan ketidakseimbangan elektrolit.
4. CT scan atau radiografi abdominal mungkin diindikasikan.
 

Intervensi terapeutik
5. Gejala ringan dapat dikelola secara rawat jalan dengan diet cairan bening dan
antibiotic spectrum luas.
6. Cairan IV untuk Rehidrasi yang diperlukan.
7. Rawat inap dan amanajemen yang agresif akan diperlukan jika infeksi atau
peritonisis muncul.
Obstruksi Esofagus
Penyebab paling umum dari obstruksi esophagus pada anak-anak adalah benda asing yang
tertelan. Obstruksi pada orang dewasa biasanya karena bolus tuang atau makanan.
 
Tanda-dan gejala
1. pasien mengeluh “ada sesuatu yang terjebak” di tenggorokan.
2. Riwayat menelan benda asing, terutama jika pasien anak-anak, mungkin tidak ada.
3. Kesulitan menelan.
4. Mengeluarkan air liur.
5. Subkutan emfisema pada leher dapat tampak jika terjadi perforasi pada esophagus.
 
Prosedur diagnostic
Radiografi pada dada dan leher dapat dilakukan.
 
Intervensi terapeutik
1. Kompromi jalan napas merupakan perhatian utama
2. Berikan Glukagon IV, untuk merelaksasi otot polos dan membantu untuk
meloloskan benda asing.
3. Posisikan secara tepat pasien dengan duduk tegak untuk memfasilitasi
keluarnya benda asing.
4. Esophagoscopy untuk menghilangkan benda asing.
5. Jika objek tidak memiliki tepi yang tajam dapat masuk kedalam abdomen,
biasanya berproses terus melalui usus tanpa kesulitan.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai