Anda di halaman 1dari 8

ANATOMI RETINA

Retina adalah lembaran transparan


tipis jaringan saraf yang melapisi
permukaan dalam 2/3 – 3/4 bagian
posterior bola mata. Pada pemeriksaan
fundus atau oftalmoskopi, retina
normal akan terlihat cerah dan
berwarna jingga, karena di balik retina
yang transparan terdapat latar
belakang pigmen melanin dari lapisan
epitel pigmen retina dan koroid.
Bagian luar retina disuplai oleh
koriokapilaris. Retina bagian dalam di
suplai oleh arteri retina sentralis.
Bagian sentral retina posterior dikenal sebagai
makula lutea, memiliki ketajaman penglihatan
terbaik atau resolusi spasial tertinggi, yang
bertanggung jawab terhadap penglihatan sentral.
Pusat makula, sebuah daerah berdiameter 1,5 mm
yang disebut fovea, merupakan daerah paling tipis
dari retina, bersifat avaskular, dan hanya terdiri dari
sel kerucut (tanpa sel batang).
Lapisan retina :
1. Epitel pigmen retina (RPE, retinal pigment Retina neurosensorik memiliki 3 elemen,
epithelium) dan lamina basal
• Elemen neuronal : sel fotoreseptor,
2. Segmen dalam (IS, inner segment) dan sel bipolar, sel horizontal, sel
segmen luar (OS, outer segment) sel-sel
fotoreseptor amakrin, dan sel ganglion.
Fotoreseptor terdiri dari sel batang
3. Membran limitans eksterna (ELM, external
limiting membrane) (rods) dan sel kerucut (cones)
4. Lapisan inti luar sel fotoreseptor (ONL,
• Glial
outer nuclear/layer) • Vascular.
5. Lapisan pleksiform luar (OPL, outer
pletiform layer)
6. Lapisan inti dalam (INL, inner nuclear
layer)
7. Lapisan pleksiform dalam (IPL, inner
plexiform layer)
8. Lapisan sel ganglion (GCL, ganglion cell
layer)
9. Lapisan serabut saraf (NFL, nerve fiber
layer)
10. Membran limitans interna (ILM, inner
limiting membrane)
DEFINISI

Retinopati Diabetik (RD) merupakan kelainan retina pada


penderita diabetes mellitus dan sebagai salah satu penyebab
utama kehilangan penglihatan dan gangguan penglihatan
pada orang dewasa. Kejadian retinopati diabetik ini ada
sekitar 40-50% dari penderita diabetes mellitus dan
merupakan penyebab utama kebutaan pada pasien berusia
20-64 tahun
EPIDEMIOLOGI
Program skrining
RD pada
penyandang DM
RS Cicendo, di RS Cipto
Bandung,
Mangunkusumo,
ditemukan 19,1%
kasus dengan non
Prevalensi RD terus Jakarta,
proliferative meningkat seiring dengan menemukan
diabetic prevalensi RD
retinopathy atau meningkatnya prevalensi sebesar 24%.
NPDR, dan 1.5%
dengan
DM di seluruh dunia. Pada
proliferative DM tipe 1, resiko untuk
diabetic
retinopathy atau mengalami retinopati
PDR diabetik adalah 90%,
dibandingkan dengan resiko
sebesar 45.8% pada DM
tipe 2
KLASIFIKASI
Retinopati diabetik diklasifikasikan ke dalam tahap awal yaitu retinopati diabetik nonproliferatif, dan tahap yang lebih lanjut yaitu
retinopati diabetik proliferatif.
Non proliferative diabetic retinopathy (NPDR)

1. Mild NPDR : hanya ditemukan 1 mikroaneurisma

2. Moderate NPDR : ditemukan lebih dari 1 mikroaneurisma


dan gejala lain ( seperti : cotton-wool spots, dot-blot
hemorrhages, hard exudates)

3. Severe NPDR : salah satu dari tanda berikut dan tidak ada
tanda-tanda retinopati proliferatif,
 mikroaneurisma di 4 kuadran
 venous beading di 2 kuadran
 IRMA di 1 kuadran
Proliferative diabetic retinopathy (PDR)

1. PDR ringan (tanpa resiko tinggi) : bila ditemukan


minimal adanya neovaskular pada diskus (NVD) tanpa
disertai perdarahan preretina atau vitreus, atau
neovaskular dimana saja di retina (NVE) tanpa disertai
perdarahan preretina atau vitreus

2. PDR resiko tinggi :


 NVD ≥ 1/3 daerah diskus, atau
 NVD disertai perdarahan preretina atau vitreus, atau
 NVE ≥ ½ luas diskus disertai perdarahan preretina atau
vitreus, atau
 Perdarahan preretina atau vitreus yang mengaburkan 1
daerah diskus
PROGNOSIS
Pengobatan dini pada retinopati diabetik dengan
pembedahan laser untuk edema makula mengurangi
insidensi kehilangan penglihatan dari 30% menjadi
15% dalam 3 tahun terakhir. Fotokoagulasi panretinal
laser mengurangi resiko kehilangan penglihatan yang
parah lebih dari 50%

Anda mungkin juga menyukai