0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
34 tayangan7 halaman
Xeroftalmia adalah gangguan mata akibat kekurangan vitamin A yang dapat menyebabkan kelainan anatomi mata dan gangguan fungsi retina hingga kebutaan. Penyebabnya adalah defisiensi vitamin A yang disebabkan oleh konsumsi makanan tidak seimbang dan kurang vitamin A, ASI non-eksklusif, gangguan penyerapan vitamin A, serta faktor risiko seperti usia balita dan status gizi buruk. Epidemiologi xeroftalmia di Indonesia masih menj
Xeroftalmia adalah gangguan mata akibat kekurangan vitamin A yang dapat menyebabkan kelainan anatomi mata dan gangguan fungsi retina hingga kebutaan. Penyebabnya adalah defisiensi vitamin A yang disebabkan oleh konsumsi makanan tidak seimbang dan kurang vitamin A, ASI non-eksklusif, gangguan penyerapan vitamin A, serta faktor risiko seperti usia balita dan status gizi buruk. Epidemiologi xeroftalmia di Indonesia masih menj
Xeroftalmia adalah gangguan mata akibat kekurangan vitamin A yang dapat menyebabkan kelainan anatomi mata dan gangguan fungsi retina hingga kebutaan. Penyebabnya adalah defisiensi vitamin A yang disebabkan oleh konsumsi makanan tidak seimbang dan kurang vitamin A, ASI non-eksklusif, gangguan penyerapan vitamin A, serta faktor risiko seperti usia balita dan status gizi buruk. Epidemiologi xeroftalmia di Indonesia masih menj
Xeroftalmia adalah istilah yang menerangkan gangguan
kekurangan vitamin A pada mata sehingga menyebabkan terjadinya kelainan anatomi bola mata dan gangguan fungsi sel retina yang dapat berakibat kebutaan ETIOLOGI Penyebab terjadinya xeroftalmia adalah defisiensi vitamin A
Faktor-faktor yang menjadi penyebab tingginya kasus
Xeroftalmia di Indonesia bila ditinjau dari konsumsi makanan sehari-hari kekurangan vitamin A disebabkan oleh : 1. Konsumsi makanan yang tidak mengandung cukup vitamin A atau pro-vitamin A untuk jangka waktu yang lama 2. Bayi tidak diberikan ASI eksklusif 3. Menu tidak seimbang 4. Adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin A 5. Adanya kerusakan hati FAKTOR RISIKO 1. Umur 2. jenis kelamin 3. Status fisiologis 4. Status gizi 5. Penyakit infeksi 6. Jumlah anggota keluarga besar 7. Sanitasi yang buruk 8. Sosial-ekonomi dan tingkat pendidikan rendah FAKTOR RISIKO Umur Xeroftalmia paling sering ditemukan pada anak-anak usia pra sekolah Jenis Kelamin Laki-laki 12 hingga 10 kali lebih rentan menderita xeroftalmia Status Fisiologis Status fisiologis berkaitan dengan status wanita hamil atau wanita menyusui karena meningkatnnya kebutuhan akan vitamin A Status Gizi Xeroftalmia sering kali berhubungan atau didapatkan bersama-sama dengan kondisi malnutrisi atau KEP Penyakit Infeksi Penyakit infeksi menyebabkan terganggunya pencernaan, pengangkutan, penyimpanan, dan pengikatan metabolisme vitamin A dapat menimbulkan manifestasi defisiensi vitamin A EPIDEMIOLOGI WHO (World Health Organization) memperkirakan 12 juta orang menjadi buta setiap menit di dunia dan diantaranya berasal dari Asia Tenggara
Data WHO tahun 1995 Indonesia merupakan salah satu
negara yang pemenuhan vitamin A tergolong rendah
Berdasarkan data dari study masalah gizi mikro di 10
propinsi tahun 2006 diketahui cakupan pemberian vitamin A mencapai 80% namun menurun pada tahun 2007 yaitu sebesar 60% EPIDEMIOLOGI • Indonesia dinyatakan bebas masalah xeropthalmia (kelainan pada mata karena kekurangan vitamin A ) tahun 2007, namun 50% balita mempunyai serum retinol kurang dari 20 μg/dl yang akan berdampak pada risiko kebutaan dan kematian karena infeksi • Data cakupan vitamin A di Indonesia tahun 2009 sampai 2013 mengalami penurunan dan masih dibawah target yang diinginkan (80%),4 Daftar Pustaka 1. Kemesnkes RI. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2012. Pontianak: Kemenkes RI. 2012 2. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Depkes RI. 2013