EPIDEMIOLOGI TENTANG PENYAKIT YANG BERKAITAN DENGAN K3 KELOMPOK 4
1. RESI OKTARIANA (1913451026)
2. FIRQOH AKBAR (1913451027) 3. INGGA ROSA H (1913451028) 4. DIMAS ADITIYA A (1913451029) 5. LAILA NUR ANISA (1913451030) 6. ALIKAWATI (1913451031) 7. AYU RAHMADHANI (1913451032) 8. FAZLA FITRI A ( 1913451033) PENGERTIAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT ISPA
Surveilans Epidemiologi penyakit ISPA
adalah suatu proses pengamatan terus menerus dan sistematik terhadap terjadinya penyebaran penyakit ISPA serta kondisi yang memperbesar resiko penularan dengan melakukan pengumpulan data, analisis, interpretasi dan penyebaran interpretasi serta tindak lanjut perbaikan dan perubahan. Penyakit ISPA adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut dapat terjadi pada saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Sebagian besar penyakit ISPA bersifat ringan dan tidak memerlukan pengobatan dengan menggunakan antibiotik. Penyebab dari sebagian besar penyakit ISPA ini adalah virus, penyakit ini dapat ditularkan melalui media air ludah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman terhirup oleh orang sehat kesaluran pernafasan. KLASIFIKASI ISPA 1. Kelompok untuk umur kurang 2 bulan, yaitu : a) Klasifikasi Pneumonia Berat : ditandai dengan tarikan dinding pada bagian bawah ke dalam kuat atau adanya napas cepat lebih atau sama dengan 60 kali per menit. b) Klasifikasi Pneumonia : didasarkan padaadanya batuk dan atau kesukaran bernapas disertai adanya napas cepat. c) Klasifikasi Batuk Bukan Pneumonia : mencangkup kelompok penderita balita dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. 2. Kelompok Untuk Umur 2 Bulan Sampai Kurang dari 5 tahun, yaitu : a) Pneumonia Berat : terjadi bila disertai napas cepat dengan tarikan dinding dada bagian bawah kedalam waktu menarik napas, dengan catatan dalam pemeriksaan anak harus tenang dan tidak menangis. b) Pneumonia : terjadi bila hanya disertai napas cepat dengan batasan umur 2 tahun sampai umur kurang dari 1 tahun sebanyak 50 kali per menit atau lebih C) Bukan Pneumonia : terjadi bila tidak ditemukan peningkatan frkuensi napas cepat dan tidak menimbulkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (batuk pilik biasa). PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN ISPA
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara:
Menjaga keadaan gizi agar tetap baik, imunisasi, menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan, mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA. Sedangkan usaha pemberantasannya dilakukan dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang terutama ditujukan pada para ibu, pengelolaan kasus yang disempurnakan, serta gerakan imunisasi. SURVEILANS ISPA
Surveilans epidemiologi ISPA diarahkan untuk
mendapatkan data dan informasi yang dapat digunakan sebagai landasan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan program pemberantasan ISPA secara efektif dan efisien serta mampu mengidentifikasi kecendrungan- kecendrungan yang akan muncul. Data dan informasi dimaksud meliputi data dan informasi kesakitan dan kematian pnemonia, sumber penularan, faktor resiko yang berhubungan dengan pnemonia. KEGIATAN POKOK SURVEILANS PENYAKIT ISPA 1. Pengumpulan Data Data penyakit ISPA termasuk pnemonia balita dikumpulkan di sarana kesehatan tingkat pertama (rawat jalan rumah sakit, Puskesmas, Posyandu, serta pelayanan kesehatan swasta). Dengan menggunakan formulir, kartu atau buku khusus. Selanjutnya kasus pnemonia dari sarana tersebut dilaporkan ke puskesmas yang menangani wilayah kerja dari sarana kesehatan yang bersangkutan, secara aktif (melaporkan sendiri) maupun pasif (puskesmas menjemput laporan dari saran kesehatan di wilayah kerjanya) dengan menggunakan instrumen standar yang dibuat oleh puskesmas. Puskesmas selanjutnya meneruskan laporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk laporan kasus pnemonia dari rumah sakit, laporan langsung ke Dinas Kesehatan. 2. Pengolahan dan Analisa Data Data yang telah terkumpul, baik dari institusi sendiri maupun dari luar selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisa. Pengolahan dan analisa data dilaksanakan baik oleh puskesmas, Kabupaten/Kota maupun Provinsi. 3. Penyajian Data Umpan Balik Sebagai bahan atau dasar bagi kepentingan pelaksanaan kegiatan atau perbaikan pelaksanaan kegiatan, hasil kerja surveilans ISPA perlu disajikan dan disebarluaskan atau diumpanbalikan kepada pihak-pihak yang memerlukannya secara teratur, baik kalangan internal maupun external. 4. Peningkatan Jaringan Informasi Jeringan informasi antara Kabupaten/Kota, Provinsi dan pusat sangat diperlukan untuk membangun sistem informasi kesehatan yang handal sehingga mampu meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanannya penyakit ISPA antar berbagai jenjang dari mulai perencanaan sampai dengan evaluasi program. 5. Pemantauan dan Evaluasi a.) Pemantauan (monitoring) Pemantauan Pemberantasan Penyakit ISPA (monitoring) dimaksudkan untuk memantau secara teratur kegiatan dan pelaksanaan program agar diketahui apakah kegiatan program dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan. Pelaksanaan pemantauan pemberantasan penyakit ISPA dapat memanfaatkan kegiatan supervisi dan bibimbingan teknis, Pencatatan pemberantasan penyakit ISPA, dan pemantauan program P2M&PL di Kabupaten/Kota. b.) Penilaian (Evaluasi) Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah pencapaian hasil kegiatan telah memenuhi target yang diharapkan, mengidentifikasi masalah dan hambatan yang dihadapi serta menyusun lagkah-langkah perbaikan selanjutnya termasuk perencanaan dan penganggaran. Kegiatan evaluasi dilakukan di berbagai jenjang administrasi kesehatan, baik ditingkat pusat, provinsi maupun Kabupaten/Kota.