Anda di halaman 1dari 19

Modul Ke :

MEKANIKA

02
Fakultas :
TANAH

TEKNIK

Program Studi :
Teknik Sipil

Asri Winita, ST., MT


0822-2773-8581
winitaasri@gmail.com
Analisis Ukuran Butiran

• Pengujian yang paling sering dilakukan


• Sifat tanah sangat bergantung pada ukuran
butirannya
• Besar butiran dijadika dasar untuk pemberian
nama dan klasifikasi tanah
Analisis Ukuran Butiran

Adalah penentuan presentase berat butiran pada satu


unit saringan, dengan ukuran diameter lubang tertentu.
Terdapat dua cara pengujian ukuran butiran, yakni cara
uji analisis hydrometer untuk tanah yang butirnya
sangat kecil, dan uji analisis saringan untuk tanah
berbutir kasar.
Tanah Berbutir Kasar
Distribusi ukuran butir untuk tanah berbutir kasar dapat ditentukan
dengan cara menyaring (Analisis Saringan)

Tabel 1. Ukuran Saringan


Gambar 1. Uji Saringan Gambar 2. Sieve Shaker
Analisis Saringan

Gambar 3. Forrmulir tabel hasil analisis saringan


Sumber : SNI 3423-2008
Tanah Berbutir Halus

Distribusi ukuran butir tanah berbutir halus atau


bagian berbutir halus dari tanah berbutir kasar,
dapat ditentukan dengan cara sedimentasi

dimana,
  𝛾 𝑠−𝛾 𝑤 2 v = kecepatan (jarak/waktu)
𝑣= 𝐷
18 𝜇 w = berat voluem air (gr/cm3)

s = berat volume butiran padat (g/cm3)


µ = kekentalan air absolut (g.det/cm2)
D = diameter butiran tanah (mm)
•  
Pengujian Hidrometer
Bila sebuah alat hidrometer diletakkan
dalam larutan tanah tersebut pada waktu t,
yang diukur dari mula-mula terjadinya
sedimentasi, maka alat tersebut mengukur
berat spesifik dari larutan di sekitar bola
kacanya sampai sedalam L dari
permukaan larutan
Ukuran Butiran
Kerikil (ukuran batas - lebih besar dari
4,75 mm) = 0%
Pasir (ukuran batas - 4,75 mm sampai
dengan 0,075 mm) = persentase
butiran yang lebih halus dari 4,75 mm
- persentase butiran yang lebih halus
dari 0,075 mm = 1 00- 62 = 3 8%.
Lanau dan lempung (ukuran batas-
kurang dari 0,075 mm)= 62%.
Grafik ukuran butir menurut USCS
Kurva distribusi ukuran-butiran dapat digunakan untuk membandingkan
beberapa jenis tanah yang berbeda-beda. Selain itu ada tiga parameter
dasar yang dapat ditentukan dari kurva tersebut, dan parameter-
parameter tersebut dapat digunakan untuk mengklasifikasikan tanah
berbutir kasar. Parameter-parameter tersebut adalah:
a. ukuran efektif (effective size)
b. koefisien keseragaman (uniformity coefficient)
c. koefisien gradasi (coefficient of gradation).
 
Koefisien Keseragaman
Diameter dalam kurva distribusi ukuran-butiran yang
bersesuaian dengan l 0% yang lebih halus (lolos ayakan)
didefinisikan sebagai ukuran efektif, atau D10. Koefisien
keseragaman diberikan dengan hubungan:

  𝑫 𝟔𝟎
𝑪𝒖=
𝑫 𝟏𝟎

Dimana,
Cu = koefisien keseragaman
D60 = diameter yang bersesuaian dengan
60% lolos ayakan yang ditentukan dari
kurva distribusi ukuran butiran.
Koefisien Gradasi

•   𝐷 30 2
𝐶𝑐 =
𝐷 60 × 𝐷 10

Dimana,
Cc = koefisien gradasi
D30 = diameter yang bersesuaian dengan 30% lolos ayakan
Konsistensi Tanah
Awal tahun 1900, seorang ilmuwan dari Swedia bernama Atterberg
mengembangkan suatu metode untuk menjelaskan sifat konsistensi
tanah berbutir halus pada kadar air yang bervariasi.

Gambar 4. Batas-batas atterberg


Batas Cair

Gambar 6. Alat untuk


menggores

Gambar 5. Alat untuk uji batas cair

Gambar 7. Contoh tanah sebelum diuji dan setelah diuji


Batas Plastis

Didefinisikan sebagai kadar air dan kedudukan


antara daerah plastis dan semi padat, yaitu
persentase kadar air dimana tanah dengan
diameter silinder 3,2 mm mulai retak ketika
digulung.
PI = LL - PL
Batas Susut (Shinkrage Limit)

•Suatu
  tanah akan menyusut apabila air yang
dikandungnya perlahan-lahan hilang dalam tanah.
Dengan hilangnya air secara terus menerus, tanah
akan mencapai suatu tingkat keseimbangan
dimana penambahan kehilangan air tidak akan
menyebabkan perubahan volume.
Variasi volume dan kadar air pada kedudukan batas cair, batas Plastis dan batas susut
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai