Anda di halaman 1dari 41

BASIC PRINCIPLES

ILS

RAN 4
Instrument Landing System OLEH :
MUH WILDAN, S.T.,M.T.
(ILS) Contact :

TNU 33 2015
m_wildan@yahoo.com
HP : 085288428850
Balai Teknik Penerbangan
Outlines
• Prinsip kerja ILS
• Localizer
• Glide Slope
• Dominan signal
• Course Line
• Single Frequency dan Dual frequency
• Sinyal CSB dan SBO
• Pola radiasi CSB dan SBO
• Course Width dan Clearance
• Antena Localizer dan Glide Slope
PRINSIP KERJA ILS
 LOCALIZER dan GLIDE SLOPE memiliki prinsip kerja yang
sama

 Localizer bekerja untuk memberikan informasi panduan pada


bidang horizontal, sedangkan
Glide Slope memberi informasi panduan bidang vertikal.

 Transmitter memancarkan RF CARRIER yang dimodulasikan


secara AM dengan dua sinyal audio frequency (guidance tone)
yaitu 90 Hz dan 150 Hz.

 Sinyal audio 90 Hz dan 150 Hz ini dipancarkan pada dua lobe,


satu lobe dimodulasikan dengan dominan 90 Hz, sedangkan
lobe yang kedua dimodulasikan dengan dominan 150 Hz.
Localizer
Localizer menghasilkan bidang “course horisontal” oleh
persimpangan dari radiasi pattern dua antenna kanan
dan kiri yang memiliki amplitudo yang sama dan dengan
pengaturan phase tertentu.
Satu pattern dimodulasi oleh 90 Hz dan yang lain 150 Hz.
COURSE LINE adalah garis perpotongan antara modulasi
90 Hz dan 150 Hz dimana memiliki % modulasi yang
sama atau dapat diartikan memiliki difference depth of
modulation (DDM) sama dengan 0.
 Ini terjadi pada posisi garis lurus perpanjangan dari as
landasan (centerline runway).
Glide slope
 Glide Slope menghasilkan bidang “course vertikal”
oleh pancaran antena glide slope yang memiliki
persimpangan radiasi pattern dengan “image
antenna” yang seolah olah memiliki amplitudo sama
dan mengatur phase length-nya dibuat sedemikian
rupa menjadi inphase dengan antena sebenarnya,
sehingga didapatkan nilai zero (0) DDM sebagai
informasi “angle slope”.
 Pada posisi garis sudut pendaratan ini, COURSE LINE
terbentuk pada garis perpotongan dimana modulasi
90 Hz dan 150 Hz memiliki % modulasi yang sama
atau dapat diartikan memiliki difference depth of
modulation (DDM) sama dengan 0.
Dominan signal
• Pada Localizer modulasi sinyal 90 Hz
mendominasi sebelah kiri perpanjangan as
landasan dan 150 Hz mendominasi sebelah
kanan perpanjangan as landasan.

• Untuk Glide Slope modulasi sinyal 90 Hz


mendominasi di atas sudut pendaratan dan
150 Hz mendominasi di bawah sudut
pendaratan. Sudut pendaratan pada
umumnya 3 derajat.
LOCALIZER “COURSE LINE”
GLIDE PATH “COURSE LINE”
“SINGLE FREQUENCY”
• Pemancar Utama, ILS (LOC/GS) dengan single
frequency disebut pemancar COURSE.
• Sebuah pemancar COURSE memancarkan dua sinyal
yaitu:
 Sinyal Carrier Side Band (CSB) / modulasi AM-(DSB)
 Sinyal Side Band Only (SBO) / modulasi AM-(DSB-
SC)
• Sinyal yang dipancarkan diudara terdiri dari kombinasi
kedua sinyal tersebut dan menghasilkan pola radiasi
gabungan (composite radiation pattern).
• Efek ini disebut Space Modulation.
“Dual Frequency”
• Bila sistem kedua Course dan Clearance
tersebut dipakai untuk ILS disebut Dua
Frekuensi Localizer/Glide Slope (Dual
Frequency Localizer/Glide Slope).
• Tiap lokasi ILS mempunyai Identifikasi yang
dipancarkan lewat Localizer dengan kode
tertentu (ditetapkan) dengan nada 1020 Hz.
• Code letter keyer diawali dengan “I”,
terdapat 4 letter. (misalnya “ICGK”)
SINYAL CSB
• Sinyal CSB adalah RF Carrier yang dimodulasi dengan
dua frekuensi audio, 90 Hz dan 150 Hz dan menghasilkan
suatu sinyal modulasi amplitudo yang terdiri sbb:
 RF Carrier (FC)
 Upper Sideband, RF plus 90 Hz dan RF plus 150 Hz.
 Lower Sideband, RF minus 90 Hz dan RF minus 150 Hz.
• Besarnya modulasi AM audio frekuensi (90 Hz atau 150
Hz) pada frekuensi carrier adalah masing masing 20%
(untuk LOC) dan 40% (untuk GP), total modulasi kedua
audio tersebut adalah 40%(LOC) dan 80% (GP)
• Total modulasi ini biasa disebut sebagai SDM (sum depth
of modulation).
Sinyal SBO
• Sinyal SBO adalah frekwensi Sideband saja dan frekuensi
carriernya dihilangkan (diperlemah). Karena ada dua audio
modulasi frekuensi (90 Hz dan 150 Hz), hasil frekuensi
sideband adalah:
 Frekuensi RF Carrier plus dan minus 90 Hz.
 Frekuensi RF Carrier plus dan minus 150 Hz.

• Bila dua sinyal (CSB atau SBO) di atas bila dipancarkan


dengan antenna biasa, hasil kombinasi kedua sinyal tersebut
tidak ada perbedaan Modulation Depth, karena kedua sinyal
mempunyai Modulation Depth dan fase yang sama.
Phase in Sinyal CSB dan SBO
• Supaya menghasilkan radiasi ILS seperti yang diminta
perlu merubah hubungan fase dari dari audio guidance
ILS tersebut:
 Audio signal 90 hz dan 150 hz pada CSB harus
dibuat sephase (inphase)
 Audio signal 90 hz dan 150 hz pada SBO harus
dibuat out of phase (beda phase 180º )
 Namun hal di atas belum menghasilkan hasil radiasi
yang dikehendaki karena salah satu Sideband dari
SBO akan menambah radiasi CSB, sedangkan
Sideband dari SBO yang lain akan saling
menghilangkan karena fase digeser 180º tersebut.
CON’T
• Untuk mendapatkan pancaran yang dikehendaki selanjutnya
menggeser fase 180º sinyal SBO pada separo sistem jajaran
antena dan 90º berbeda fasanya dari sinyal CSB.
• Sehingga hasil :
 Separo dari jajaran antena akan memancarkan
kombinasi sinyal CSB dan SBO dimana sideband 90 Hz
akan saling menambah (sama fasenya), sedangkan
sideband 150 Hz akan saling menghilangkan (berbeda
fase 180º)
 Separo dari jajaran antena yang sebaliknya akan
memancarkan kombinasi sinyal CSB dan SBO dimana
sideband 150 Hz akan saling menambah (sama
fasenya), sedangkan sideband 90 Hz akan saling
menghilangkan (berbeda fase).
PHASE IN ANTENA

CONTOH PENGAMAT
BERADA PADA
SEBELAH KIRI ANTENA
LOCALIZER
Pola radiation of antenna
“CSB DAN SBO“ VECTOR
RESULTAN VEKTOR 90 HZ
RESULTAN VEKTOR 150 HZ
DDM pada Receiver
Course Width
• Dengan mengatur level sinyal CSB dan SBO, pancaran
lebar beam (course width) dapat diatur.
• Menambah power SBO terhadap CSB power akan
menghasilkan beam yang sempit (sudut course width
mengecil) dan sebaliknya.
• Bila sinyal CSB saja yang dipancarkan (tidak dengan
SBO) sistem akan menjadi tidak terarah (non-directional)
dan menghasilkan DDM=0 pada semua daerah.
• Hal ini digunakan untuk menyetel peralatan dan
meyakinkan bahwa level modulasi 90 Hz dan 150 Hz
adalah balance.
LOCALIZER “COURSE SECTOR”

Course Sector - CS; the sector in the vertical


plane limited of DDM = 0.155
LLZ Displacement Sensitivity (DS); change in
DDM pr. meter at ILS reference datum (thr)
should be 0.00145 DDM/m (0.00044 DDM/ft)
hence;
CS is 106.9m (107.2m) at threshold.
CON’T
Sinyal Clearance
• Pancaran frekuensi yang dipakai Localizer maupun Glide
Slope terpengaruh terhadap pantulan pancaran dari
bangunan, gunung-gunung.
• Untuk mengurangi pengaruh tersebut dapat menambahkan
pancaran sinyal di udara yang disebut Clearance pada ILS.
• Pancaran Clearance pada Localizer mendominasi sudut
10º sampai 35º dari perpanjangan as pada kedua sisi
perpanjangan landasan.
• Pancaran sinyal Clearance juga sama pada Glide Slope,
sinyal Clearance memperkuat sinyal modulasi 150 Hz
(bagian bawah sudut pendaratan), untuk
memastikan/menjamin indikasi terbang ke atas secara
positip (positive fly up).
CON’T
• Sinyal Clearance pada daerah tersebut lebih
kuat dan dapat menanggulangi terhadap
pantulan sinyal (yang tidak dikehendaki) yang
dihasilkan oleh side lobe dari sinyal Course
(sinyal normal).
• Pancaran RF sinyal Clearance dihasilkan oleh
pemancar yang kedua dan beroperasi sama
seperti prinsip pemancar yang memancarkan RF
sinyal Course, namun ada perbedaan RF /
frekuensi kerja antara pemancar Clearance
dengan pemancar Course yaitu sebesar 9 KHz.
ANTENNA LOCALIZER
• Localizer ILS menggunakan jajaran antena
multi elemen / array untuk menghasilkan
radiasi sinyal yang direncanakan / diminta.
• Besarnya modulasi AM audio frekwensi (90
Hz atau 150 Hz) pada frekuensi carrier
adalah 20%, total modulasi kedua audio
tersebut adalah 40%.
• .
Jajaran antena Localizer
• Jajaran antena Localizer terdiri dari beberapa pasangan
antena dipole dengan jenis/ tipe LPDA (log periodic
dipole antenna) dan tiap-tiap pasangan antena mendapat
RF sinyal.
• Jumlah antena dipole dapat terdiri dari 6 sampai 24 dipole
(3 atau 12 pasang) tergantung dari keadaan lokasi dan
panjang landasan dll.
• Sinyal CSB dipancarkan dari kombinasi pasangan jajaran
antena localizer dan menghasilkan DDM=0 pada as
landasan.
• SBO dipancarkan oleh kombinasi pasangan jajaran antena
localizer dan menghasilkan sinyal 90 Hz yang mendominasi
sebelah kiri landasan sedangkan sinyal 150 Hz akan
mendominasi sebelah kanan landasan
ANTENNA GLIDE SLOPE
• Prinsip kerja Glide Slope sama dengan Localizer, kecuali informasi
yang diberikan adalah sudut pendaratan pada bidang vertikal.

• Untuk menghasilkan hal tersebut di atas antena Glide Slope


dipasang pada tiang vertikal, satu antena di atas antena yang lain
dan seolah olah memiliki pasangan antena pada banyangannya
didalam tanah. (image antena)

• Tanah di depan antena Glide Slope berfungsi sebagai reflektor dan


sudut pendaratan (sudut Glide Slope) ditentukan oleh tinggi antena
terhadap tanah.
• Karena tanah berfungsi sebagai reflektor adalah penting supaya
daerah/tanah di depan antena Glide Slope dijaga tetap rata
(sesuai persyaratannya) dan bebas halangan.
Sistem antena Glide slope
• Ada tiga tipe sistem antena Glide Slope
untuk mengatasi macam-macam kondisi
lokasi, sbb:
1) Null Referance Glide Slope.
2) Sideband Referance (B-Type) Glide
Slope
3) “M” array Glide Slope
Antena Null Reference System
• Antena Null Reference System adalah sistim konfigurasi
antena yang sederhana dan digunakan apabila kondisi
lokasi di bagian depan antena Glide Slope yang akan
dipasang adalah rata hingga jarak 450 m.
• Sistem antena terdiri dari dua antena yang dipasang pada
tiang, satu antena dipasang di atas antena yang lain secara
vertikal.
• Antena bagian bawah memancarkan sinyal course (CSB
saja), dipasang pada tinggi (h) kira-kira lima kali panjang
gelombang dari atas tanah. Untuk Glide Slope yang bekerja
pada frekuensi bagian tengah band RF, tinggi antena
tersebut ± 4 m.
Con’t
• Antena bagian bawah ini menghasilkan lobe utama
(major lobe) dengan sudut 3º pada bagian tengahnya.
• Antena bagian atas dipasang dua kali tinggi antena
bagian bawah (2h) dan memancarkan sinyal SBO saja.
• Antena bagian atas ini menghasilkan pancaran dua
lobe dan minimum (nol) pada sudut 3º.
• Hasil kombinasi di udara dari sinyal CSB hasil antena
bagian bawah dan sinyal SBO hasil antena bagian
atas menghasilkan DDM=0 pada sudut 3º dengan
modulasi 150 Hz mendominasi bagian bawah sudut
Glide Slope dan modulasi 90 Hz mendominasi bagian
atas sudut Glide Slope.
Gambar antena Null Reference
Sideband Reference Glide Slope
• Sideband Reference System dipasang
apabila kondisi lokasi di bagian depan dari
antena Glide Slope yang akan dipasang
terdapat tanah lapang / daerah yang curam.
• Sistem antena terdiri dari dua antena yang
dipasang pada tiang, satu antena dipasang
di atas antena yang lain secara vertikal
tetapi tinggi antena (h) berbeda dengan
tinggi antena Null Reference System.
Con’t
• Antena bawah dipasang setinggi (h/2), memancarkan
sinyal CSB dan SBO, menghasilkan lobe utama 2 kali
sudut Glide Slope.
• Antena atas dipasang setinggi (3h/2), memancarkan
sinyal SBO saja dan menghasilkan beberapa lobe
dengan null (sinyal null) pertama pada 4º (first null
centered on 4º). Perubahan tinggi antena dan
kombinasi sinyal menghasilkan pola radiasi Glide
Slope sedemikian hingga pengaruh yang disebabkan
oleh tanah lapang / daerah yang curam di depan
antena menjadi berkurang / kecil.
Gambar antena Sideband Reference
Capture Effect (M - Type) Glide Slope
• Capture Effect (M - Type) System dipasang apabila kondisi
lokasi di bagian depan antena Glide Slope yang akan
dipasang terdapat tanah lapang / daerah halangan berupa
bukit, gedung-gedung atau transmisi listrik.
• Susunan antena Capture Effect (M - Type) terdiri dari 3 antena
yang dipasang vertikal pada satu tiang, satu antena di atas
antena yang lain.
• Antena bagian bawah dengan tinggi (h), memancarkan
kombinasi sinyal CSB dan SBO dengan lobe utama pada 3º.
Antena tengah dengan tinggi (2h), juga memancarkan
kombinasi sinyal CSB dan SBO dengan minimum lobe pada
3º. Antena atas dengan tinggi (3h), memancarkan sinyal SBO
saja dan menghasilkan beberapa lobe dengan maksimum lobe
pada 1º dan 3º serta minimum lobe pada 2º dan 4º.
Con’t
• Kombinasi sinyal menghasilkan radiasi (field strength)
pada sudut di bawah 1º sangat berkurang sehingga
sistem tidak begitu terpengaruh adanya bukit.
• Seperti dalam Localizer, sinyal clearance dipasang
untuk memberikan indikasi “terbang ke atas” (fly up).
Dalam hal ini hanya sinyal SBO dengan modulasi 150
Hz saja yang digunakan dan dipancarkan dari antena
bagian bawah dan atas.
• Untuk mengarahkan pancaran sinyal, semua sistem di
atas menggunakan multielemen antena dipole jalur
lebar (broadband antena).
Gambar Antena “Capture Effect”
Pola Lobe pattern GS
• Pola radiasi antena Glide Slope sebagai acuan luncur dibentuk
oleh superposisi dua macam lobe vertikal miring memanjang ke
arah datangnya pesawat terbang.
• Untuk menciptakan susunan lobe miring pada gelombang UHF,
dapat dijelaskan dengan konsep antena bayangan (image
antenna concept).
• Radiasi dari antena yang sebenarnya terletak di atas
permukaan lahan berjalan melalui jalur yang berbeda menuju ke
antena penerima, yaitu jalur langsung dan jalur tak langsung
(melalui permukaan pantul). Sinyal pantul dapat dianggap
sebagai sinyal yang dipancarkan dari antena bayangan yang
terletak pada bidang vertikal di bawah permukaan lahan dan
mempunyai ketinggian sama dengan antena yang sebenarnya.
Sinyal yang berasal dari antena nyata dan antena bayangan
dijumlahkan secara vektor.
Gambar “Image antena concept”
Perhitungan ketinggian antena

Anda mungkin juga menyukai