Anda di halaman 1dari 14

FILARIASIS

Murjani, Ns., M.Kep


PENDAHULUAN

• Filariasis atau penyakit kaki gajah merupakan penyakit zoonosis menular yang
banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia
• Filariasis ditemukan di daerah Asia, Afrika, Amerika Tengah, dan Selatan, dengan
120 juta manusia terjangkit.
• Tahun 2014, data dari WHO, kasus filariasis menyerang 1.103 juta orang di 73
negara yang berisiko filariasis.
• Kasus filariasis menyerang 632 juta (57%) penduduk yang tinggal di Asia Tenggara
(9 negara endemis) dan 410 juta (37%) penduduk yang tinggal di Afrika (35 negara
endemis).
PENDAHULUAN

• Di Indonesia, filariasis merupakan salah satu penyakit endemis, pertama kali dilaporkan oleh Haga
dan Van Eecke pada tahun 1889 di Jakarta yaitu dengan ditemukannya penderita filariasis skrotum
• Tahun 2016 dilaporkan sebanyak 29 provinsi dan 239 kabupaten/kota endemis filariasis,
• Provinsi yang endemis filariasis di Indonesia adalah NTT (2.864), NAD (2.372), Papua Barat (1.244),
Papua (1.184), Kalimantan Timur (524), Jawa Tengah (504), Jawa Barat (94)
• Rata-rata prevalensi mikrofilaria pada tahun 2015 sebesar 4,7%
• Jika tidak ditangani maka penderita kaki gajah akan bertambah dari 13.032 orang menjadi sebanyak
4.807.148 orang yang akan terinfeksi filariasis dan berkembang menjadi penderita penyakit kaki gajah.
PENGERTIAN
 Penyakit Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria, yang hidup
di saluran dan kelenjar getah bening (limfe) serta mengakibatkan gejala akut, kronis dan
ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. (Arsin.A.A, 2016)
 Filariasis (penyakit kaki gajah) merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh
cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat merusak
sistem limfe, menimbulkan pembengkakan pada tangan, kaki, glandula mammae, dan scrotum,
menimbulkan cacat seumur hidup serta stigma sosial bagi penderita dan keluarganya.
(Permenkes RI NO 94, 2014).
PENYEBAB
 Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu : a.
Wuchereria bancrofti b. Brugia malayi c. Brugia timori
RANTAI PENULARAN FILARIASIS

• 1. Sumber penularan, yakni manusia


atau hospes reservoir yang
mengandung mikrofilaria dalam
darahnya
• 2. Vektor, yakni nyamuk yang dapat
menularkan filariasis.
• 3. Manusia yang rentan terhadap
filariasis. Seseorang dapat tertular
filariasis, apabila orang tersebut
mendapat gigitan nyamuk infektif,
yaitu nyamuk yang mengandung larva
infektif (larva stadium 3 = L3).
Limfedema

• Terjadi pembengkakan seluruh kaki,


TANDA & GEJALA
seluruh lengan, skrotum, penis, vulva • 1. Gejala klinis akut berupa limfadenitis,
vagina dan payudara limfangitis, adenolimfangaitis yang
Lymph scrotum
• Terjadi pembengkakan kaki di bawah disertai demam, sakit kepala, rasa lemah
lutut, lengan di bawah siku tetapi siku • Terjadi pelebaran saluran limfe dan timbulnya abses.
dan lutut masih normal. superfisial pada kulit skrotum,
kadang-kadang pada kulit penis

• 2. Gejala kronis terdiri dari


limfedema, lymp scrotum,
kiluria, dan hidrokel

Hidrokel = pelebaran kantung buah zakar Kiluria = kebocoran atau pecahnya


karena terkumpulnya cairan limfe di saluran limfe dan pembuluh darah di
dalam tucina vaginalis testis. Hidrokel ginjal (pelvis renal)  Air kencing
dapat terjadi pada satu atau dua kantung seperti susu karena air kencing banyak
buah zakar mengandung lemak dan terkadang
disertai darah
A. Diethylcarbamazine Citrate (DEC) PENGOBATAN
• Obat Filariasis terpilih terhadap mikrofilaria
B. Albendazole
• Mekanisme Kerja  Melumpuhkan otot
mikrofilaria, sehingga tidak dapat bertahan di • Meningkatkan efek DEC dalam membunuh
tempat hidupnya dan mengubah komposisi mikrofilaria.
dinding mikrofilaria menjadi lebih mudah • Mekanisme kerja  melemahkan makrofilaria
dihancurkan oleh sistem pertahanan tubuh. dan telah luas digunakan sebagai obat cacing usus
(cacing gelang, kremi, cambuk dan tambang).
PENCEGAHAN

• Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di • Membersihkan kolam-kolam dari tumbuhan air


daerah endemis mengenai cara penularan dan cara yang enjadi sumber oksigen bagi larva
pengendalian vektor nyamuk. • Pengendalian vektor jangka panjang dengan
• Melakukan penyemprotan, menggunakan perubahan konstruksi rumah, pemasangan kawat
pestisida residual, memasang kawat kasa, tidur kasa serta pengendalian lingkungan untuk
dengan menggunakan kelambu, memakai obat memusnahkan tempat perindukan nyamuk.
gosok anti nyamuk dan membersihkan tempat
perindukan nyamuk seperti kakus yang terbuka,
banban bekas, batok kelapa dan membunuh larva
dengan larvasida.
PUSTAKA
• Sulistyaningsih N, Musthofa, Kusumawati. (2018). Persepsi Masyarakat Terhadap Program
Eliminasi Filariasis Melalui (Pomp) Sebagai Upaya Pencegahan Filariasis Di Kecamatan Bonang,
Kabupaten Demak. JKM (e-Journal) Vol 6,: 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346). https://
ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/download/20318/19160

• Arsin.A.A.(2016). Epidemiologi Filariasis Di Indonesia. Masagena Press .Makassar

• Permenkes RI NO 94.(2014). Penanggulangan Filariasis

• Wulandhari.S.A. (2015). Analisis Spasial Aspek Kesehatan Lingkungan Dengan Kejadian Filariasis
Di Kota Pekalongan. Fakultas Ilmu Keolahragaan Pekalongan.

Anda mungkin juga menyukai