Anda di halaman 1dari 9

Relevansi kebutuhan akan

Konseling Lintas Budaya


diIndonesia
Rima Rahmadiana
Relevansi kebutuhan akan Konseling Lintas
Budaya diIndonesia

 Saat ini semakin sering persoalan-persolan yang bersumber dari keragaman budayaklien muncul dan sulit dipecahkan
dalam proses pendidikan dan konselingsekolah; sementara para konselor itu, dan bahkan sistem persekolahan kbelum
secara sengaja disiapkan untuk menghadapi keadaan tersebut
 Perilaku malasuai (maladjustment) siswa untuk tingkat tertentu sangat terkait dendari mana la berasal dan kemana afiliasi
kelompoknya, apakah itu etnik, ras,asal daerah, atau bahkan status sosial-ekonomi keluarganya.
 Hal serupa terjadi di luar persekolahan. Ketika terjadi berbagai gejolakdaerah (Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Sulawesi tengah, Malukdan Timor Timu), banyak pendudduk mengungsi dan mengalami stress berat.
Pemerintah kemudian meluncurkan program rehabilitasi sosial melalui layanankonseling bekerjasama dengan beberapa
perguruan tinggi dan Lembaga SosMasyarakat (LSM
 Dilaporkan bahwa tidak banyak orang atau lembaga yangsecara khusus mempunyai cukup kepakaran untuk menangani
persoalanpersoalan seperti itu. Mereka menyadari bahwa prinsip-prlnsip yang lazimdigunakan dalam konseling dan
psikologi saja tidak cukup untok menanganimasalah-masalah yang bersifat lintas-budaya, tanpa adanya pengertian
yangmemadai tentang karakteristik budaya populasi yang dilayaninya
 Sunaryo Kartadinata (1996) mengemukakan bahwa konselor berperan dan berfungsi sebagai seorang
Psychoeducator, maka harus memahami kompleksitas interaksi individu-lingkungan dalam ragam konteks
sosial dan budaya; menguasai ragam bentuk intervensi psikologis yang tidak terbatas kepada intervensi
intrapersonal tetapi juga interpersonal dan lintas budaya.
1. pola bimbingan yang holistikmakna batwa
Mohamad Surya (1997) mengemukkan bahwa layanan yang diberikan merupakan suatu
bimbingandalam suasana harmoni budaya bangsa, yaitu keutuhanberbagal dimensi yang terkalt
bahwa kebudayaan hendaknya di jadikan sebagai suatu 2. fokus sasaran himbingan diarahipada
pendekatanPelaksanaan bimbingan Pola bimbingan yang pemberdayaan pribadi sebagai sumber
ditawarkan adalahbimbingan yang holistik dengan fokus kekuatan daya manusiawi
sasaran utamanya adalah pemberdayaanpribadi, 3. bimbingan yang berpusat pada keluarga
berpusat pada keluarga dengan berakar pada nilai relegi,
4. pola bimbingan yangbemuansa pendidikan
bernuansapendidikan, dan dalam harmoni budaya bangsa
dalam arti dilandasi oleh paradigma dan nilai
nilaipendidikan karena pada hakekatnya
bimbingan menupakan proses pendidikan
5. bimbingan dalam suasana hamoni budaya
bangsa
Adapun pola-pola bimbinganyang dimaksud, yaitu
 (1) shilaturrahmi, berupa cinta kasih sesama manunia, sesama warganegara
Indonesia
 2) tukhuwah, berupa semangat persaudaraarn yang tidakterikat oleh bertagai
identitas suku, ras dan agama
 3) musyawarah, persamaan yang berpandangan bahwa harkat dan martahal
mansala adalah sama, tanpamemandang jenis kelamin, suku dan kebangaannya
 4) adil,makna seimbang dalam memandang, menilai atau menyikapi sesuatu
atau orang
 (5) husnudzdzan (baik sangka) yang memandang manusia dilahirkan atas fitrah
yang suci
 6) tawadhu, yang mewujudian sikap rendah hati yan lahirr dari keinsafan bahwa
Terdapat berbagai nilai yang kesempumaan tidak dimiliki oleh manusia
perlu dilestarikan dan  7) tepat janji yang merupakan ciri khas manusia terpuji
dipelihara dari generasi ke  (8 lapang dada, yaitu adanya kesediaan menghargai pendapat dan pandangan
penerasidan sama sekali tidak orang lain
dapat diabaikan dalam  9) amanah,merupakan ciri manusia yang dapat dipercaya, karena memiliki
menata kehidupan di tanggungjawab yang tinggi

era globalisasi yang utuh  10) harga diri, yang menunjukkan sikap rendah hati, tidak mudah memelas
 11) hemat, dalam arti tidak menahan hak orang lain; dan

Nilai-nilai tersebut disingkapkan oleh Malik 12) dermawan yang menunjukkan sikap penolong bagi sesama manusia
Fadjar (1999)
perspektif global konseling lintas budaya

 Setiap bangsa berkembang karena adanya interaksi dengan bangsa lain, sehingga sistem nilai budaya dan nilai
lainnya akan saling mempengaruhi satu sama lain. Perspektif global bertolak dari masalah yang ada dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya mengenai masalah pendidikan, kesehatan, pengangguran, kemiskinan, dan
sebagainya. Semua permasalahan ini berdampak pada permasalahan global.
 Selain pengenalan terhadap seluk beluk budaya lokal dan sikap-sikap yang menyertai perbedaan antar-budaya,
isu dalam kajian anatar-budaya umumnya konseling lintas budaya khususnya juga berkaitan dengan pergeseran
hubungan antar-peradaban yang mempengaruhi pola-pola hubungan antar individu dan antar-kelompok
individu. Maka sebav itu dalam hal ini, siapapun yang terlibat dalam kajian antar-budaya dituntut untuk
memiliki perspektif global.
 Mungkin perspektif ini tidak langsung berkaitan dengan pemahaman konselor terhadap perilaku klien, tetapi
memberikan perspektif pada bagaimana seorang konselor lintas-budaya memposisikan diri dalam
perkembangan global.
perspektif global konseling lintas budaya

 apakah konseling seperti yang dipraktikkan di Amerika Utara, bisa diadabtasikan ke negara lain.?
 Analisis budaya dan konseling menyimpulkan, bahwa negara aman dan makmur memandang konseling
sebagai cara untuk mempromosikan minat dan kemampuan individu. Negara yang ekonominya kurang maju
dan berada di bawah ancaman pihak asing, memandang pelayanan konseling sebagai cara untuk
menghubungkan individu dengan area tertentu yang dibutuhkan untuk bertahan secara budaya (Super, 1954).
 Pengetahuan tentang perbedaan budaya semacam ini, harus diperhatikan dalam konseling internasional
Hanvey (1976) menyebutkan 5 dimensi dari
perspektif global sebagai berikut.

1)      Perspective conciousness
Kesadaran dan penghargaan terhadap adanya berbagai macam pendapat yang berbeda-beda di   dunia ini.
2)      State of planet awareness
Adanya pengertian yang mendalam terhadap isu-isu dan peristiwa-peristiwa global.
3)      Cross-cultural awareness
Adanya kesepakatan yang bisa diterima secara umum dalam membuat karakteristik budaya-budaya yang ada di dunia ini,
yaitu bahwa sekalipun ada perbedaan-perbedaan dalam budaya, namun ada banyak kesamaan yang dimiliki.
4)      Systemic awareness
Mengetahui akan sistem-sistem yang ada di alam, sehingga mulai mengenal kompleksnya sistem internasional, di mana
aktor-aktor negara dan aktor-aktor non-negara saling mempengaruhi dalam berbagai macam isu yang terjadi di kawasan-
kawasan yang ada di dunia ini.
5)      Options for participation
Mengetahui strategi-strategi yang tepat sehingga mampu berpartisipasi dengan baik dalam menghadapi isu-isu yang
terjadi di tingkat lokal, nasional hingga internasional.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai