Anda di halaman 1dari 4

Theory of Work Adjustment (TWA)

Theory of Work Adjustment (TWA) atau teori penyesuaian kerja


tumbuh dan berkembang di University of Minnesota. Teori penyesuaian kerja
pertama kali dikembangkan oleh Rene Dawis dan Lofquist. Teori ini berhubungan
dengan memprediksikan penyesuaian kerja individu berdasarkan kemampuan yang
diperoleh melalui tes
Dawis dan Lofquist mengemukakan bahwa penyesuaian kerja merupakan
proses yang berkesinambungan dan dinamis para pencari kerja untuk berprestasi dan
menjaga hubungannya dengan lingkungan kerja. Dengan kata lain teori penyesuian
kerja membutuhkan waktu yang lama atau selama masa jabatan. Hal ini berhubungan
dengan masa jabatan, konsep kerja, dan penampilan dalam bekerja. Keterbatasan teori
penyesuaian kerja ini adalah apabila seseorang salah dalam pemilihan karirnya, maka
performance-nya akan terganggu. (Darwis, 2017)

Teori penyesuaian kerja termasuk kelas teori yang dikenal sebagai teori P
(person) dan E (environment). Teori ini untuk mengetahui P sebagai invidu atau
pekerja/karyawan sedangkan E adalah lingkungan kerja dan atau organisasi, pokok
kesesuaian antara keduanya, dan interaksi yang terjadi antara P dan E. Variabel P dan
E ini sering digunakan untuk menjelaskan perilaku atau hasil. Namun, proposisi dasar
teori PE adalah bahwa penjelasan untuk perilaku atau hasil perilaku tidak terletak
begitu banyak pada variabel P atau variabel E, melainkan terletak pada kombinasi P
dan E untuk dapat menjelaskan dan memprediksi perilaku kerja dan hasil kerja.
(Brown dalam Darwis, 2017)

Konsep Dasar Teori Penyesuaian Kerja


Pada dasarnya, penyesuaian kerja memiliki dua aspek, yaitu Penyesuaian pribadi dan
Penyesuaian sosial.
a. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya
sendiri sehingga tercapainya hubungan yang harmonis antara siapa dirinya dengan
lingkungan kerjanya. Ia sadar sepenuhnya siapa dirinya, apa kelebihan dan
kekurangannya dan bertindak objektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.
Keberhasilan diri pribadi dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan
atau tanggungjawab, kecewa atau tak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan
kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang
menyertai rasa bersalah, rasa tidak puas, rasa cemas, rasa kurang dan keluhan
terhadap nasib yang dialaminya.
b. Penyesuaian Sosial
Setiap individu hidup dalam masyarakat, dimana terdapat proses saling
mempengaruhi satu sama lain. Dari proses tersebut timbul pola kebudayaan dan
tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka
patuhi, demi untuk mencapai penyesuaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari.

Ada dua komponen utama untuk memprediksi penyesuaian kerja: kepuasan


dan kualitas memberikan kepuasan yang cukup untuk memenuhi permintaan atau
kebutuhan (satisfactoriness).
Kepuasan mengacu pada sejauh mana kebutuhan individu dan persyaratan
dipenuhinya pekerjaan yang dia lakukan. Satisfactoriness menyangkut penilaian
orang lain, dari sejauh mana individu menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan
kepadanya.

Fokus teori penyesuaian kerja ini adalah memprediksi penyesuaian kerja


seseorang. Menurut Dawis dan Lofquistkemampuan dan nilai-nilai yang dimiliki
individu dapat diprediksi untuk menyesuaikan kerja seseorang. Alat ungkap yang
menerapkan teori penyesuaian kerja adalah The Minnesota Importance Qustionare
(MIQ) yang mengukur kebutuhan kerja individu.

Theory of Work Adjustment didasarkan pada hubungan antara individu


dengan lingkungan kerjanya. Hubungan tersebut dimulai ketika individu
memperlihatkan kemampuan atau keahlian yang memungkinkan untuk memberikan
tanggapan terhadap kebutuhan kerja dari suatu lingkungan kerja. Dari lain pihak,
lingkungan kerja menyediakan pendorong atau penghargaan tertentu seperti gaji,
status, hubungan pribadi, dan lain-lain dalam hubungannya dengan kebutuhan
individu.

Jika individu memenuhi persyaratan kerja, maka karyawan akan dianggap


sebagai pekerja-pekerja yang memuaskan dan diperkenankan untuk tetap bekerja di
dalam badan usaha. Di lain pihak, jika kebutuhan kerja memenuhi kebutuhan individu
atau memenuhi kebutuhan kerja, pekerja dianggap sebagai pekerja-pekerja yang puas.

Model Theory of Work Adjustment mengukur 20 dimensi yang menjelaskan


20 kebutuhan elemen atau kondisi penguat spesifik yang penting dalam menciptakan
kepuasan kerja. Dimensi-dimensi tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Ability Utilization adalah pemanfaatan kecakapan yang dimiliki oleh karyawan.


2. Achievement adalah prestasi yang dicapai selama bekerja.
3. Activity adalah segala macam bentuk aktivitas yang dilakukan dalam bekerja.
4. Advancement adalah kemajuan atau perkembangan yang dicapai selama bekerja.
5. Authority adalah wewenang yang dimiliki dalam melakukan pekerjaan.
6. Company Policies and Practices adalah kebijakan yang dilakukan adil bagi karyawan.
7. Compensation adalah segala macam bentuk kompensasi yang diberikan kepada para
karyawan.
8. Co-workers adalah rekan sekerja yang terlibat langsung dalam pekerjaan.
9. Creativity adalah kreatifitas yang dapat dilakukan dalam melakukan pekerjaan\
10. Independence adalah kemandirian yang dimiliki karyawan dalam bekerja.
11. Moral values adalah nilai-nilai moral yang dimiliki karyawan dalam melakukan
pekerjaannya seperti rasa bersalah atau terpaksa.
12. Recognition adalah pengakuan atas pekerjaan yang dilakukan.
13. Responsibility, tanggung jawab yang diemban dan dimiliki.
14. Security, rasa aman yang dirasakan karyawan terhadap lingkungan kerjanya.
15. Social Service adalah perasaan sosial karyawan terhadap lingkungan kerjanya.
16. Social Status adalah derajat sosial dan harga diri yang dirasakan akibat dari
pekerjaan.
17. Supervision-Human Relations adalah dukungan yang diberikan oleh badan usaha
terhadap pekerjanya.
18. Supervision-Technical adalah bimbingan dan bantuan teknis yang diberikan atasan
kepada karyawan.
19. Variety adalah variasi yang dapat dilakukan karyawan dalam melakukan
pekerjaannya.
20. Working Conditions, keadaan tempat kerja dimana karyawan melakukan
pekerjaannya.

DARWIS, R. (2017). PENGARUH PENYESUAIAN KERJA TERHADAP


PENINGKATAN KARIR KARYAWAN PT. GATIPURA MULYA KECAMATAN
PANGEAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).

Steven  D. Brown and Robert W. Lent. 2005, Career Development and Counseling;
Putting Theory and Research to Work, (SECTION ONE MAJOR THEORIES OF
CAREER DEVELOPMENT, CHOICE, AND ADJUSTMENT; The Minnesota
Theory of Work Adjustment 3 René V. Dawis) Published by John Wiley & Sons, Inc.,
Hoboken, New Jersey. Published simultaneously in Canada

Anda mungkin juga menyukai