Anda di halaman 1dari 45

KONSEP & ASKEP

PASIEN ANGINA
PEKTORIS
ISS 1 TIK 2
Anggota Kelompok TIK 2
NO NIM NAMA
1 1912101010073 SITI RAHMAH NUSA FITRIA
2 1912101010074 AZZAHRA FIDDINI
3 1912101010119 NURULI SAKDIYAH
4 1912101010138 CUT FILWULANDA SALSABILA
5 1912101010139 SANIA VAUKA ISMI
6 1912101010142 WILA ALISA
7 1912101010021 RINDIANA PUTRI
8 1912101010034 CUT RISKA SULISTIA
9 1912101010014 SHINTA GALUH PERMATA
10 1912101010052 NAZIRA TUL HUSNA
11 1912101010063 NISA RIFKA AFIFAH
12 1912101010015 YUSRINI
13 1912101010016 ULYA MALISA
14 1912101010020 RINI PERMATA SARI
15 1912101010036 ENDAH FEBRIANI
16 1912101010009 INTAN ELIA FAUZIA
17 1912101010010 SHYAFA DIBA AZIZI
18 1912101010132 AUFA DINA HASNIA
Outline
01 02 03
Konsep Angina Pektoris Pemeriksaan Asuhan Keperawatan
Pengertian, klasifikasi, Pemeriksaan
etiologi, patofisiologi, Laboratorium, EKG, MRI
manifestasi klinis,
komplikasi dan
penatalaksanaan

04 05
Case Study Telaah Jurnal
01
KONSEP ANGINA
PEKTORIS
1. PENGERTIAN ANGINA PEKTORIS
Angina pektoris adalah suatu sindrom klinis berupa serangan
sakit dada yg khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat yang
sering sekali menjalar ke lengan kiri. (Iwan Darmansyah, dkk,
2009)

2. KLASIFIKASI ANGINA PEKTORIS


A. STABLE ANGINA PECTORIS

Nyeri dada konsisten, rasa tidak nyaman pada substernal


dada, diprovokasi oleh aktivitas fisik dan stress emosional, serta
hilang setelah beberapa menit istirahat atau dengan nitrat. ( Amir
Aziz, 2019)
B. UNSTABLE ANGINA PECTORIS

Terjadi saat istirahat, biasanya berlangsung> 10 menit, sudah parah


(dalam 4-6 minggu sebelumnya) dan terjadi dengan pola crescendo
(Andi Eka, 2010)

3. ETIOLOGI ANGINA PEKTORIS


- Berkurangnya aliran darah coroner
- Suplai oksigen jantung tidak adekuat
- Suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat (Smeltzer & Bare, 2002)
4. PATOFISIOLOGI ANGINA PEKTORIS
Angina pectoris biasanya disebabkan oleh penyakit jantung
aterosklerotik dan hampir selalu berhubungan dengan
sumbatan/penyempitan arteri coroner utama yang selanjutnya
menyebabkan suplai darah yang tidak adekuat ke sel otot-otot
jantung (iskemia miokardium). Dengan adanya ketidakcukupan
darah yang mengalir ke sel-sel otot jantung, sehingga terjadilah
kekurangan suplai Oksigen ke Jantung dan selanjutnya akan
menyebabkan nyeri dada (Angina Pectoris). ( Smeltzer & Bare,
2002)
5. MANIFESTASI KLINIS ANGINA
PEKTORIS
- Nyeri sangat terasa pada dada daerah belakang
- Kualitas sakit yang timbul beragam
- Nyeri timbul saat melakukan aktivitas dan hilang saat berhenti
- Durasinya 1-5 menit

6. KOMPLIKASI ANGINA PEKTORIS


- Infark miokard
- Aritmia (Iwan Darmansyah, dkk, 2009)
7. PENATALAKSANAAN ANGINA
PEKTORIS
A. Terapi Farmakologi

1) Tipe : Vasodilator
Obat : Nitrogliserin, amyl, Nitrate, Isosorbide (Sorbitrate)
Efek : Vasodilatasi koronaria untuk memperbaiki distribusi suplai
darah ke miokardium.
2) Tipe : Agens penyekat beta-adrenergik
Obat : Propanol (Inderal), Metoprolol (lopressor), Nadolol (Cogard),
Atenolol (Tenormin)
Efek : Mengurangi kebutuhan oksigen miokardium dengan mengurangi
kecepatan denyut jantung
3). Tipe: Penyekat saluran kalsium
Obat: Verapamil (Isoptin), Nifedin (Procardia), Diltiazem (cardizem)
Efek: Mencegah transportasi ion kalsium ke dalam sel miokardium
(Mary Baradero, 2008)
B. Pembedahan Pada Angina

1) Angioplasti Koroner Transluminal Perkutan ( PTCA)

PTCA adalah usaha untuk memperbaiki aliran darah


arteri coroner dengan memecah plak atau ateroma yang telah
tertimbun dan menganggu aliran darah ke jantung. ( Smeltzer
& Bare, 2002)
02
PEMERIKSAAN
PADA ANGINA
PEKTORIS
1. Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Enzim Jantung
Untuk pemeriksaan kadar gula
darah dan kolesterol Untuk mendeteksi adanya
kerusakan pada sel jantung (Aru
W.Sudoyo, 2007)

2. EKG 3. MRI
Menghasilkan gambar dengan
Pada sumbatan aliran darah ke resolusi temporal dan spasual yang
jantung, irama aliran listrik di jantung akurat, dapat mengevaluasi
dapat terganggu sehingga akan anatomi dan fungsi dari kardiak,
terlihat di hasil EKG. ( Sony, 2013)
03
ASKEP PADA
PASIEN ANGINA
PEKTORIS
PENGKAJI
AN
Menurut (Doenges, Moorhouse, & Geissler, 2012)

1. Aktivitas/istirahat 3. Makanan/cairan

Tanda dan gejala: Tanda dan gejala:


• Kelelahan, perasaan tidak berdaya • Mual, nyeri ulu hati saat makan, diet
setelah latihan, nyeri dada bila tinggi kolesterol/lemak, garam kafein,
bekerja minuman keras
 
2. Sirkulasi 4. Integritas ego

Tanda dan gejala: Tanda dan gejala:


• Riwayat penyakit jantung, hipertensi, • Stressor kerja, keluarga, ketakutan,
obesitas, takikardi mudah marah
PENGKAJI
AN

5. Nyeri/ketidaknyamanan • Faktor pencetus: nyeri sebuhungan


dengan kerja fisik atau emosi besar,
Tanda dan gejala: seperti marah, olahraga pada suhu
• Nyeri dada substernal, anterior yang ekstrem, atau mungkin tak dapat
menyebar ke rahang, leher, bahu dan diperkirakan dan/atau terjadi selama
ekstremitas atas (lebih pada kiri dari istirahat.
pada kanan) • Wajah berkeruh, meletakan pergelangan
• Kualitas: macam: ringan sampai tangan pada midsternum, memijit
sedang, tekanan berat, tertekan, terjepit, tangan kiri, tegangan otot, gelisah
terbakar
• Durasi: biasanya kurang dari 15 menit,
kadang – kadang lebih dari 30 menit
(rata – rata 3 menit)
PENGKAJI
AN

6. Pernapasan 9. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala:
Tanda dan gejala: • Penggunaan/kesalahan penggunaan
• Dispnea saat kerja, riwayat merokok obat jantung, hipertensi atau obat yang
  dijual bebas
7. Hygiene

Tanda dan gejala:


• Kesulitan melakukan tugas perawatan

8. Neurosensori
Tanda dan gejala
Pusing, berdenyut saat tidur atau saat
terbangun (duduk atau istirahat)
2.
DIAGNOSA

Menurut (Doenges, Moorhouse, & Geissler, 2012) Diagnosa


keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan angina pektoris,
yaitu:

1. Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera biologis.


2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan
frekuensi/irama jantung dan konduksi elektrikal.
3. Ansietas yang berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status
kesehatan saat ini.
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakit jantung
 
INTERVEN
SI
DIAGNOSA 1
Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera biologis
• Lakukan pengkajian nyeri • Ajarkan penggunaan teknik non
komprehensif yang meliputi lokasi, farmakologis (seperti, relaksasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, tarik nafas dalam, terapi musik).
intensitas atau beratnya nyeri, dan • Anjurkan pasien untuk istirahat/tidur
faktor pencetus. yang adekuat untuk membantu
• Observasi adanya petunjuk nonverbal penurunan nyeri.
mengenai ketidaknyamanan. • Kolaborasi pemberian analgesic
• Kendalikan faktor lingkungan yang untuk menurunkan nyeri.
dapat mempengaruhi respon pasien • Informasikan kepada anggota
terhadap ketidaknyamanan. keluarga mengenai strategi non
farmakologi yang sedang digunakan
untuk mendorong keluarga dapat
terlibat dalam perawatan pasien.
INTERVEN
SI
DIAGNOSA 2
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
frekuensi/irama jantung dan konduksi elektrikal
• Instruksikan pasien tentang cek nadi perifer, edema, pengisian ulang
pentingnya untuk segera melaporkan kapiler, warna dan suhu ekstremitas)
bila merasakan nyeri. secara rutin .
• Evaluasi episode nyeri dada • Monitor tanda – tanda vital secara
(intensitas, lokasi, radiasi, durasi dan rutin.
faktor yang memicu serta • Auskultasi suara napas terhadap
meringankan nyeri dada). bunyi crackles atau suara tambahan
• Monitor EKG, adakah perubahan lainnya.
segmen ST, sebagaimana mestinya. • Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
• Lakukan penilaian komprehensif pada • Monitor disritmia jantung, termasuk
sirklasi perifer (misalnya, gangguan ritme dan konduksi
jantung.
INTERVEN
SI

• Catat tanda dan gejala penurunan


curah jantung. • Susun waktu latihan dan istirahat
• Monitor status pernapasan terkait untuk mencegah kelelahan.
dengan gejala gagal jantung. • Monitor sesak napas, kelelahan,
• Monitor keseimbangan cairan takipnea dan orthopnea.
(masukan dan keluaran serta berat • Tingkatkan perfusi jaringan yang
badan harian). adekuat (dengan resusitasi cairan
• Monitor nilai laboratorium yang tepat danatau vasopresor untuk
(enzim jantung dan nilai elektrolit). mempertahankan, tekanan rata –
• Evaluasi perubahan tekanan darah. rata arteri (MAP) ≥ 60 mmHg),
• Susun waktu latihan dan istirahat sesuai kebutuhan
untuk mencegah kelelahan.
INTERVEN
SI
DIAGNOSA 3
Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status
kesehatan saat ini

• Kaji untuk tanda verbal dan non verbal • Yakinkan keselamatan dan
kecemasan. kenyamanan klien.
• Gunakan pendekatan yang tenang dan • Duduk dan bicara dengan klien.
meyakinkan. • Instruksikan klien untuk
• Pertahankan sikap yang tenang dan menggunakan metode mengurangi
hati – hati. kecemasan (misalnya: teknik
• Pertahankan kontak mata. bernapas dalam, distraksi, meditasi,
• Berada disisi klien untuk meningkatkan relaksasi otot, mendengar music
rasa aman dan mengurangi ketakutan. lembut).
• Berikan informasi terkait diagnosis,
perawatan dan prognosis.
INTERVEN
SI
DIAGNOSA 4
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
tentang penyakit jantung

• Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait • Kenali kondisi pasien mengenai


dengan proses penyakit yang spesifik. kondisinya.
• Skrining pasien mengenai kebiasaan • Jelaskan tanda dan gejala umum
yang berisiko yang berhubungan dari penyakit yang dialami pasien.
dengan kejadian yang tidak diharapkan • Edukasi pasien mengenai tindakan
pada jantung untuk mengkontrol atau
• Jelaskan patofisiologi penyakit dan meminimalkan gejala, sesuai
bagaimana hubungannya dengan anfis, kebutuhan.
sesuai kebutuhan.
EVALUASI

• Bebas dari rasa nyeri


• Menunjukkan tidak adanya penurunan
curah jantung
• Menunjukkan penurunan kecemasan
• Peningkatan pemahaman dan
mematuhi program perawatan diri
04

CASE STUDY
Kasus
Pada tanggal 13 Oktober 2020, Ny. Ina berumur 55 tahun dibawa ke
Rumah Sakit. Pasien mengatakan “ Saya merasa nyeri dada sebelah kiri
dan menjalar ke punggung belakang, sangat terasa saat saya mencuci
pakaian”. Pasien juga mengatakan “ Sangat nyeri saat bergerak bahkan
saat miring ke kiri atau ke kanan”. Pasien juga mengatakan “ Sudah 2 hari
saya merasakan nyeri hebat ini”. Keluarga mengatakan bahwa pasien
memiliki riwayat penyakit jantung, pasien rutin mengkonsumsi obat akan
tetapi sudah dua bulan pasien tidak pernah kontrol ke rumah sakit. Setelah
dilakukan pengkajian didapatkan skala nyeri 5 dengan frekuensi
pernapasan 20 kali permenit, irama teratur, jalan napas bebas tidak ada
sumbatan atau benda asing. Pada saat pemeriksaan fisik didapatkan
frekuensi nadi 63 kali permenit, irama teratur, denyut kuat, tekanan darah
100/60 mmHg, suhu 38 derajat C, ekstremitas hangat, warna kulit pucat,
pasien tampak lemah dan meringis.
PENGKAJI
AN
No Data Etiologi Masalah
1 DS: agen cedera biologis (iskemik Nyeri akut
“ Saya merasa nyeri dada sebelah kiri dan miokard)
menjalar ke punggung belakang, sangat terasa
saat saya mencuci pakaian” 

“Sangat nyeri saat bergerak bahkan saat miring


ke kiri atau ke kanan”

“ Sudah 2 hari saya merasakan nyeri hebat ini”.  

DO:
Skala nyeri : 5
Nadi : 63 kali permenit
RR : 20 kali permenit
2 DS: ketidakseimbangan Intoleransi Aktivitas
Pasien tampak lesu antara suplai dan kebutuhan
Pasien tampak meringis oksigen
 
DO:
TD :100/60 mmHG
Suhu : 38 C
Warna kulit pucat
2.
DIAGNOSA

No Hari/ Tanggal Waktu Ditemukan Diagnosa Hari/ Tanggal Paraf


Keperawatan Waktu Teratasi

Nyeri akut
1. Selasa,    
berhubungan
13 Oktober 2020 dengan agen
cedera biologis
09.00 WIB
(iskemik miokard)

2. Selasa, Intoleransi aktivitas


berhubungan
13 Oktober 2020 dengan
09.00 WIB ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
INTERVEN
SI
Hari/ No. Rencana Paraf
tanggal Dia
gno
sa
NOC ( Tujuan dan NIC ( Intervensi) Rasional
kriteria hasil)
Selasa, 1 - Manajemen nyeri Mandiri Mandiri
- Kontrol nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui
13
  komprehensif yang meliputi tentang lokasi,
Oktober Setelah dilakukan lokasi, karakteristik, durasi, karakteristik,
2020 tindakan keperawatan frekuensi, intensitas atau durasi, frekuensi,
09.00 WIB
1x30 beratnya nyeri, dan faktor intensitas atau
menit diharapkan nyeri pencetus; beratnya nyeri, dan
dapat teratasi dengan 2. Observasi adanya petunjuk faktor pencetus
kriteria hasil: nonverbal mengenai 2. Mengetahui
- Nyeri dada hilang ketidaknyamanan; isyarat non verbal
- Dapat melakukan 3. Kendalikan faktor yang dilakukan
manajemen nyeri lingkungan yang dapat pasien
NOC ( Tujuan NIC ( Intervensi) Rasional
dan kriteria
hasil)
mempengaruhi respon pasien terhadap 3. Dapat
ketidaknyamanan mengendalikan
4. Ajarkan penggunaan teknik non factor lingkungan
farmakologis (seperti, relaksasi, tarik yang menganggu
nafas dalam, terapi musik) pasien
5. Menganjurkan pasien untuk 4. Meningkatkan
istirahat/tidur yang adekuat untuk pemahaman
membantu penurunan nyeri pasien terkait
teknik pereda
nyeri non-
farmakologis
5. Untuk
menurunkan nyeri
pasien
Kolaborasi
1. Penatalaksanaan pemberian analgesik Kolaborasi
untuk menurunkan nyeri berupa aspilet 1. Mengurangi
1x80 mg/oral nyeri pada pasien
INTERVEN
SI
Hari/ No. Rencana Paraf
tanggal Dia
gno
sa
NOC ( Tujuan dan NIC ( Intervensi) Rasional
kriteria hasil)
Selasa, 2 Setelah dilakukan 1. Kaji status fisiologis pasien 1. Mengetahui hal
tindakan keperawatan yang menyebabkan kelelahan yang membuat
13
1x24 jam pasien 2. Monitor lokasi dan sumber pasien mengalami
Oktober dapat toleransi terhadap ketidaknyamanan/nyeri yang kelelahan
2020 aktivitas, dengan kriteria dialami pasien selama aktivitas 2. Mengetahui
09.00 WIB
hasil: 3. Batasi stimuli lingkungan lokasi dan sumber
  yang menganggu (misalnya, nyeri
• saturasi cahaya atau bising) untuk 3. Mengurangi
oksigen ketika memfasilitasi relaksasi gangguan dari luar
beraktivitas normal 95 – pada pasien
100%,
 
NOC ( Tujuan dan NIC ( Intervensi) Rasional
kriteria hasil)
• frekuensi nadi ketika 4. Tingkatkan tirah 4. Meningkatkan
beraktivitas normal baring/pembatasan kegiatan kekuatan pasien
60 – 100 kali (misalnya, meningkatkan 5. Membantu
permenit, jumlah waktu istirahat pasien) pasien dalam
  5. Bantu pasien dalam aktivitas memenuhi
• frekuensi sehari – hari yang teratur kebutuhan sehari-
pernapasan ketika sesuai kebutuhan pasien hari
beraktivitas 12 – 20 6. Monitor respon oksigen 6. Melihat adanya
kali per menit pasien (misalnya, tekanan respon oksigen
  nadi, tekanan darah, respirasi). pasien
• kemudahan
bernapas ketika
beraktivitas
IMPLEMENTA
SI
Hari/Tanggal No Tindakan Keperawatan Paraf
Diagnos
a
1 Mandiri
1. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
intensitas atau beratnya nyeri, dan faktor pencetus
dengan menggunakan metode peniliaian PQRST)
2. Mengobservasi adanya ketidaknyamanan
(ekspresi dan gerak – gerik)
3. Mengajarkan teknik non farmakologis, tarik napas
dalam
4. Mengatur lingkungan yang nyaman dengan
menutup tirai ketika pasien tidur dan membatasi
pengunjung.
5. Menganjurkan pasien untuk istirahat/tidur yang
adekuat untuk membantu penurunan nyeri
IMPLEMENTA
SI
Hari/Tanggal No Tindakan Keperawatan Paraf
Diagnos
a
1 Kolaborasi
1. Memberikan obat analgesik untuk menurunkan
nyeri berupa aspilet 1x80 mg/oral
IMPLEMENTA
SI
Hari/Tanggal No Tindakan Keperawatan Paraf
Diagnos
a
2 1. Mengkaji penyebab yang membuat pasien merasa
kelelahan;
2. Memonitor lokasi dan sumber
ketidaknyamanan/nyeri yang dialami pasien
selama aktivitas
3. Memfasilitasi relaksasi
4. Menganjurkan pasien untuk tirah
baring/pembatasan kegiatan seperti meningkatkan
jumlah waktu istirahat pasien
5. Membantu pasien untuk makan dan minum
6. Memonitor status pernapasan pasien
5. EVALUASI
Hari/Tanggal No S.O.A.P.I.E.R Paraf
Diagnos
a
Rabu, 13 1 S: “Nyeri yang saya rasakan masih terasa dibagian kiri”
Oktober 2020 O: Pasien tampak meringis, TD: 110/70 mmHg, N: 63
x/menit, RR: 20 x/menit
A: Nyeri akut
P : Penatalaksanaan pemberian analgesik untuk
menurunkan nyeri
I : Pemberian obat aspilet 1x80 mg/oral dan
menganjurkan klien beristirahat
E : Nyeri dada teratasi
R : Intervensi dihentikan
5. EVALUASI

Hari/Tanggal No S.O.A.P.I.E.R Paraf


Diagnos
a
Rabu, 13 2 S: Pasien mengatakan bahwa ia merasa lelah,
Oktober 2020 O : Pasien terlihat lemah, ADL dibantu oleh perawat
dan keluarga, RR: 20 x/menit
A: Intoleransi aktivitas
P : Membantu pasien dalam aktivitas sehari – hari yang
teratur sesuai kebutuhan pasien
I: pasien dianjurkan aktivitas secara bertahap
E: intoleransi aktivitas teratasi
R: intervensi dihentikan
05

TELAAH JURNAL
FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN PENYAKIT
JANTUNG KORONER
TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-factor yang berhubungan dengan
kejadian penyakit jantung coroner di RS Sumber Waras Jakarta

PENDAHULUAN
Dampak utama pjk adalah gangguan pasokan oksigen dan nutrisi ke dalam jaringan
miokard akibat penurunan aliran darah coroner. Kurangnya pasokan darah karena
penyempitan arteri coroner mengakibatkan gejala angina. Angina pectoris merupaka
suatu sindrom klinis didapatkan sakit dada yang timbul waktu melakukan aktivitas
karena adanya iskemik miokard.
Hal ini menunjukan telah terjadi > 70% penyempitan arteria koronaria. Angina
pectoris dapat muncul sebagai angina pectoris stabil (aps) dan dapat berkembang
menjadi lebih berat yaitu sindroma koroner akut (ska) atau dikenal dengan serangan
jantung mendadak (heart attack) dan menyebabkan kematian (majid,2007)

METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien pjk yang berobat di ruang rawat
rumah sakit sumber waras berjumlah 25 orang dengan teknik pengampilan sampel
secara tot sampling, dan dilakukan selama periode oktober – desember 2012.
HASIL PENELITIAN

Kejadian pjk banyak terjadi pada usia lebih dari 35 tahun (72,4%) dibandingkan
dengan usia kurang dari 35 tahun (27,3%). Kejadian pjk banyak terjadi pada jenis
kelamin laki-laki (79,2%) bila dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan (31,3%).
Kejadian pjk banyak terjadi karena merokok (78,9%) bila dibandingkan dengan tidak
merokok (42,9%). Kejadian pjk banyak terjadi karena hipertensi (81,8%) bila
dibandingkan dengan tidak hipertensi (33,3%).
PEMBAHASAN
Ada hubungan antara usia dengan kejadian pjk, karena dengan bertambahnya usia
kadar kolesterol baik laki-laki maupun perempuan mulai meningkat (djohan,2004). Ada
hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian pjk, karena pada wanita premenopause
efek perlindungan esterogen penyakit jantung aterosklerotik yang lebih rendah dan
memiliki konsentrasi hdl yang lebih tinggi. Ada hubungan antara perilaku olah raga
dengan kejadian pjk, intinya dengan olah raga 1-3 kali seminggu sudah cukup dengan
pemanasan dan senam ringan sekitar 5 menit hingga berkeringat.
KESIMPULAN & REKOMENDASI

Kejadian pjk sangat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya usia, jenis
kelamin, hipertensi, kadar kolesterol, perilaku olahraga dan merokok. Modifikasi gaya
hidup untuk mengurangi progresivitas pjk, modifikasi ini meliputi penghentian kebiasaan
merokok, latihan teratur, manajemen stress, upaya mempertahankan berat badan yang
ideal dan diet rendah lemak serta garam (kowalak, 2007). Untuk mencegah kejadian pjk
adalah berperilaku sehat dengan tidak merokok, olah raga secara teratur, makan
makanan yang sehat dan konsumsi kolesterol yang seimbang serta tidak stress.
Khususnya bagi penderita dm, disarankan minum obat anti diabetes secara rutin sesuai
dosis yang dianjurkan, makanan sesuai dengan pola diet dm, olah raga secara teratur
dapat meningkatkan efektifitas kerja insulin, mengontrol berat badan, memperkuat kerja
jantung dan mengurangi stress.
References
• Aziz, Amir,dkk. 2019. Tatalaksana Angina Pektoris Stabil. Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia
• Baradero, Mary, Mary Wilfrid Dayrit, Yokobus Siswandi. (2008). Asuhan
Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta. Buku kedokteran:EGC.
• Darmansyah, Iwan. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
• Eka, Andi,dkk. 2010 Profil penyakit Jantung Koroner di Irina F Jantung RSUP Prof.
Dr. D kandou Manado. Jurnal Jantung Koroner
• Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. (2012). Rencana Asuhan
Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC
References

• Smeltzer, S.C & Bare,B.G.2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2.


Philadephia: Lippincot William &Wilkins
• Sudoyo, Aru.W,dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi IV. Jakarta:
FKUI
• Sony,HW, dkk. 2013. Interpretasi Hasil Pemeriksaan MRI Kardiak Pada PJK. Jurnal
Kardiologi Indonesia Vol.34 No.1
• Karyatin. 2019. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit
Jantung Koroner. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 11 (1):37-43
Thanks
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was


created by Slidesgo, including icons by Flaticon
and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai