Anda di halaman 1dari 40

Gizi Buruk Pada

Anak
Nama : Franky Bangkit Sumardi, S.ked
GIZI PADA ANAK
 Gizi sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang anak
 Setelah lahir 3 tahun pertama merupakan Golden Period
 Pemberian asi sangat penting ! Mengandung LCPUFAs ( Long chain polyunsaturated
fatty acids)
 MP-ASI di berikan pada usia 4-6 bulan.
 Berat badan bayi sehat
700-1000 g/bulan pada triwulan I
500-600 g/ bulan pada triwulan II
350-450 g/ bulan pada triwulan III
250-350 g/ bulan pada triwulan IV
DEFINISI
Marasmus  keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus,
iga gambang, perut cekung, wajah seperti orang tua dan kulit
keriput.
Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat. Namun,
lebih kekurangan kalori dari pada protein.
DEFINISI
 Kwashiorkor  sindrom klinis yang diakibatkan dari
defisiensi protein berat dan asupan kalori yang tidak
adekuat. Penyebab terjadinya inadekuatnya intake protein
yang berlangsung kronis.
 Anak penderita kwashiorkor secara umum mempunyai ciri-
ciri pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas, adanya edema
pedis dan pretibial serta asites
 Marasmik-kwashiorkor  Merupakan gabungan dari
beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus,
dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai
edema yang tidak mencolok.
Klasifikasi berdasarkan Baku Median WHO-NCHS
Klasifikasi KEP BB/U BB/TB
Ringan 70-80% 80-90%

Sedang 60-70% 70-80%

Berat <60% <70%


Klasifikasi malnutrisi KEP berdasarkan berat badan (BB), tinggi badan
(TB), dan umur menurut Depkes RI adalah sebagai berikut

  BB/TB TB/U
Mild 80-9-% 90-94%
Moderate 70-79% 85-89%

Severe <70% <85%


Klasifikasi menurut Gomez (1956) berdasarkan berat badan individu
dibandingkan dengan berat badan yang diharapkan pada anak sehat
seumur

Derajat KEP Berat badan % dari


baku*
0 (normal) ≥90%
1 (ringan) 89-75%
2 (sedang) 74-60%
3 (berat) <60%
Klasifikasi menurut McLaren (1967)
Gejala Klinis/Laboratoris Angka
Edema 3
Dermatosis 2 Penentuan tipe berdasarkan atas jumlah angka
Edema disertai dermatosis 6 yang dapat dikumpulkan tiap penderita:
Perubahan pada rambut 1
0-3 angka = marasmus
Hepatomegali 1
4-8 angka = marasmic-kwashiorkor
Albumin serum atau protein total serum/g %  
9-15 angka = kwashiorkor
<1,00 <3,25 7
1,00-1,49 3,25-3,99 6
1,50-1,99 4,00-4,74 5
2,00-2,49 4,75-5,49 4
2,50-2,99 5,50-6,24 3
3,00-3,49 6,25-6,99 2
3,50-3,99 7,00-7,74 1
>4,00 >7,75 0
Klasifikasi Menurut Wellcome Trust Party (1970
Edema

Berat Badan % dari Tidak Ada Ada


Baku

>60% Gizi kurang kwashiorkor

<60% Marasmus Marasmik-kwashiorkor


Klasifikasi Menurut Waterlow (1973)
Gangguan Derajat Stunting (BB/U) Wasting (BB/TB)

0 >95% >90%  

1 95-90% 90-80%  

2 89-85% 80-70%  

3 <85% <70%  
Klasifikasi Menurut Jelliff
Kategori BB/U (% baku)  

KEP I 90 – 80

KEP II 80 – 70

KEP III 70 – 60

KEP IV <60

Jelliffe mengklasifikasikan malnutrisi KEP berdasarkan berat


badan (BB) menurut umur (U)
Epidemiologi
Dunia (2002-2005) 825 juta

Afrika & Asia Selatan (th 2000)


• 27 – 51%

• wanita usia subur (gizi buruk) 130 juta anak (gizi kurang)
EPIDEMIOLOGI

Indonesia (2004) 5 juta balita (gizi kurang)


1,4 juta (gizi buruk)
140.000 (Marasmus - kwashiorkor)

Sumatera selatan 5,5 % tahun 2005

Palembang Angka kejadian gizi buruk


berjumlah 24 kasus (33,3%) tahun 2010.
ETIOLOGI

Faktor diet Faktor sosial

ETIOLOGI

kepadatan
Peranan
penduduk
kemiskinan

Peranan infeksi
PATOGENESIS
Manifestasi Klinis
PENEGAKKAN
DIAGNOSIS

•Manifestasi klinis
•Antropometrik
•Pemeriksaan penunjang
Penilaian awal pada anak dengan kondisi
gizi buruk
ANAMNESIS
 Asupan terbaru yang masuk
 Makanan yang biasanya dimakan
 ASI
 Durasi dan frekuensi terjadinya diare dan mual
 Tipe diare ( cair / ada darah )
 Kehilangan nafsu makan
 Kondisi keluarga
 Batuk kronik
 Kontak dengan penderita TBC
 Baru kontak dengan penderita campak
 Diketahui / tersangka infeksi HIV
PENGAMATAN
• Tanda – tanda dehidrasi / syok
• Telapak tangan yang pucat sekali
• Tanda – tanda pada mata dengan defisiensi vitamin A :
– Konjungtiva / kornea kering
– Bercak Bitot
– Ulserasi kornea
• Keratomalasia
• Melokalisir tanda – tanda infeksi
• Tanda – tanda infeksi HIV
• Demam / hipotermia ( suhu rektal < 35,50C )
• Ulkus pada mulut
• Eksudative disertai infeksi sekunder
• Perubahan kulit pada kwashiorkor :
– Hipo atau hiperpigmentasi
– Deskuamasi
– Ulserasi
PENATALAKSANAAN
MARASMUS KWASHIORKOR
Tanda bahaya dan tanda penting
 Kondisi I :
Renjatan (syok), letargis, muntah, diare atau dehidrasi.
1. Pasang O2 1-2L/menit,
2. Pasang infuse RL dan D10 % dengan perbandingan 1 :1 (RLG 5 %)
3. Glukosa 10 % intravena (IV) bolus dengan dosis 5 ml/kgBB
bersamaan dengan ReSoMal 5 ml/kgBB melalui NGT.
 Kondisi II:
letargi, muntah, diare atau dehidrasi
 Bolus glukosa 10% intravena, 5 ml/kgBB, lanjutkan dengan
glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT sebanyak
50 ml.
 Berikan ReSoMal dalam 2 jam pertama secara oral/NGT
setiap 30 menit, dengan dosis : 5 ml/kgBB setiap
pemberian.
 Catat frekuensi nadi, nafas dan pemberian ReSoMal
Kondisi III
ditemukan : muntah dan atau diare atau dehidrasi

• Berikan 50 ml glukosa atau larutan gula pasir 10 % (oral/NGT).

• Berikan ReSoMal dalam 2 jam pertama secara oral/NGT setiap


30 menit, dosis : 5 ml/kgBB setiap pemberian.

• Catat frekuensi nadi, nafas dan pemberian ReSoMal


Kondisi IV : ditemukan letargi

 Bolus glukosa 10% intravena, 5 ml/kgBB, lanjutkan dengan


glukosa atau larutas gula pasir 10 % melalui NGT sebanyak 50
ml.
 Berikan F 75 dalam 2 jam pertama setiap 30 menit, ¼ dari dosis
untuk 2 jam sesuai dengan berat badan(NGT).
 Catat frekuensi nadi, nafas.
 Kondisi V
tidak ditemukan : renjatan (syok), letargi, muntah dan atau diare
atau dehidrasi
berikan glukosa atau larutan gula pasir 10 % melalui NGT
sebanyak 50 ml. Catat nadi, frekuensi nafas dan kesadaran
Tatalaksana rawat inap penderita Marasmus
Kwashiokor di Rumah Sakit terdapat 5 aspek
penting, yang perlu diperhatikan :
Prinsip dasar pengobatan rutin Marasmus Kwashiokor (10 langkah utama).
B. Pengobatan penyakit penyerta
• Defisiensi vitamin A
• Dermatosis
• Parasit/cacing
• Tuberkulosis

C. Kegagalan pengobatan
Kegagalan pengobatan tercermin pada angka
kematian dan kenaikan berat badan tidak adekuat
pada fase rehabilitasi
D. Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas

• Dirumah harus diberi makanan tinggi energi (150


Kkal/kgBB/hari) dan tinggi protein (4-6
gr/KgBB/hari).
• Beri anak makanan yang sesuai (energi atau
protein) dengan porsi paling sedikit 5 kali sehari
• Makanan selingan diantara makanan utama
• Suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit
• Teruskan ASI.
E. Tindakan pada kegawatan
Syok  cairan intravena

Cairan intravena : Dekstrosa 5 % : NaCl 0,9 % (1:1) atau larutan Ringer


dengan kadar dekstrose 5 % sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam
pertama. Evaluasi setelah 1 jam.
KOMPLIKASI
Pada anak dengan gizi buruk dapat ditemukan penyakit penyerta antara lain :
 Masalah pada mata
 Anemia berat
 Lesi kulit pada kwashiorkor
 Diare persisten (giardiasis dan kerusakan mukosa usus, intoleransi laktosa,
diare osmotik)
PROGNOSIS

 Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian


sering disebabkan oleh karena infeksi, sering tidak dapat dibedakan antara
kematian karena infeksi atau karena malnutrisi sendiri.

 Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan mulai dilaksanakan.

 Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila


penyakitnya progesif kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan
perubahan yang irrever-sibel dari set-sel tubuh akibat under nutrition

Anda mungkin juga menyukai