TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
lainnya. Prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak balita, ibu yang sedang
2.1.2 Klasifikasi
KEP Ringan bila berat badan menurut umur (BB/U) 70-80 % dan/atau
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) 80-90% baku median WHO-NCHS.
KEP Berat bila BB/U <60% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB
Exp.Comm.,1971)6.
penentuan gejala klinis maupun laboratories, dan dapat dilakukan oleh para tenaga
medis setelah diberi latihan seperlunya. Cara ini dapat digunakan untuk survei
menjadi salah. Misalnya pada penderita kwarshiorkor dengan berat badan > 60%,
jika dirawat selama 1 minggu maka edema akan hilang dan berat badan menjadi <
60% walaupun gejala lainnya masih ada. Dengan berat badan < 60% dan tidak ada
perubahan pada rambut, dan pembesaran hati diberi angka bersama-sama dengan
menurunnya kadar albumin atau total protein serum. Cara seperti ini dikenal
Penentuan tipe didasarkan atas jumlah angka yang dapat dikumpulkan dari tiap
penderita:
0 – 3 angka = marasmus
4 – 8 angka = marasmic-kwarshiorkor
9 – 15 angka = kwarshiorkor
Wellcome Trust, akan tetapi harus dilakukan oleh seorang dokter dengan bantuan
laboratorium.
Waterlow (1973) membedakan antara penyakit KEP yang terjadi akut dan
menahun. Beliau berpendapat, bahwa defisit berat badan terhadap tinggi badan
dalam 3 kategori.
2.2 Marasmus
2.2.1 Definisi
disebabkan kekurangan kalori berat dalam jangka waktu lama, terutama terjadi
dan pengurangan lemak bawah kulit dan otot secara progresif tetapi biasanya
2.2.2 Epidemiologi
Pada tahun 1995, hanya ada 228 kematian yang disebabkan oleh marasmus di AS,
marasmus di Amerika Serikat adalah 0,5%. Prevalensi lebih tinggi pada anak-
anak yang dirawat di rumah sakit, terutama pada anak dengan penyakit kronis,
namun kejadian pasti dari marasmus nonfatal tidak diketahui. Hal ini karena
marasmus tidak dilaporkan sebagai diagnosis masuk atau keluar9. Ada berbagai
bentuk malnutrisi dan sekitar 1/3 dari populasi dunia saat ini mengalaminya satu
atau lebih. Ada sekitar 50 juta anak di bawah usia 5 tahun yang mengalami
malnutrisi energi protein. Dari populasi anak-anak yang kekurangan gizi di dunia,
balita menurut ketiga indeks BB/U, TB/U dan BB/TB, terlihat prevalensi gizi
buruk dan gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013. Prevalensi
sangat pendek turun 0,8% dari tahun 2007, tetapi prevalensi pendek naik
1,2% dari tahun 2007. Prevalensi sangat kurus turun 0,9% tahun 2007.
Prevalensi kurus turun 0,6% dari tahun 2007. Prevalensi gemuk turun 2,1%
Marasmus lebih sering terlihat pada anak-anak di bawah usia 5 tahun karena
kerentanan terhadap infeksi virus dan bakteri. Organisasi Kesehatan Dunia juga
2.2.3 Etiologi
penyebab marasmus pada orang dewasa dan anak-anak secara luas dapat dibagi
pendidikan ibu yang tidak memadai sesuai dengan perang, bencana alam, dan
yang menyebabkan pasokan kalori yang tidak mencukupi. Pengasuhan anak yang
tidak stabil dan tidak dapat diandalkan dapat terjadi pada ibu yang tidak dapat
higienis; ini berkontribusi pada frekuensi infeksi yang lebih tinggi seperti diare.
Secara khusus, epidemi HIV / AIDS terbukti menimbulkan beban penyakit yang
pada anak antara lain HIV / AIDS dan penyakit menular lainnya, seperti yang
sebelumnya. Anak-anak yang telah terinfeksi HIV memiliki hasil gizi yang buruk
dibandingkan dengan mereka yang tidak. Ibu menyusui yang terinfeksi HIV juga
dengan ibu yang tidak terinfeksi HIV. Malaria pertumbuhan yang buruk dan
stunting pada anak-anak di bawah usia 2 tahun tetapi tidak terkait dengan
bertambahnya usia, biasanya menurun sebesar 30% pada pria dan 20% pada
kenyang lebih awal. Depresi adalah penyebab umum anoreksia pada orang tua,
terutama mereka yang tinggal di panti jompo. Malabsorpsi dapat terjadi pada
yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si
anak; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
2. Infeksi
sifilis kongenital.
5. Pemberian ASI
yang cukup.
6. Gangguan metabolik
Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose
intolerance.
7. Tumor hypothalamus
Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain
telah disingkirkan.
8. Penyapihan
9. Urbanisasi
penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu
yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu; dan bila diserta idengan
infeksi berulang, terutama gastro enteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam
marasmus.
2.2.4 Patofisiologi
Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri
tubuh terhadap kekurangan energi dalam waktu yang lama. Dalam keadaan
oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, tetapi kemampuan tubuh untuk
setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi
lemak akan dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Setelah lemak
tidak dapat mencukupi kebutuhan energi, maka otot dapat mempergunakan asam
lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan. Pada
akhirnya setelah semua tidak dapat memenuhi kebutuhan akan energi lagi, protein
akan dipecah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal tubuh. Proses ini
Pada kasus malnutrisi yang berat, gejala klinis terbagi menjadi dua bagian
ditemukan suatu kasus yang hanya menggambarkan salah satu dari bagian tertentu
saja. Sering kali pada kebanyakan anak-anak penderita gizi buruk, yang
ditemukan merupakan perpaduan gejala dan tanda dari kedua bentuk malnutrisi
berat tersebut. Marasmus lebih sering ditemukan pada anak-anak dibawah usia
satu tahun, sedangkan insiden pada anak-anak dengan kwashiokor terjadi pada
usia satu hingga enam tahun. Pada beberapa negara seperti di Asia dan Afrika,
marasmus juga didapatkan pada anak yang lebih dewasa dari usia satu tahun
anak tersebutnya3,4.
kembang. Pada kasus yang lebih berat, pertumbuhan bahkan dapat terhenti sama
ditemukan suara tangisan anak yang monoton, lemah, dan tanpa air mata, lemak
subkutan menghilang dan lemak pada telapak kaki juga menghilang sehingga
memberikan kesan tapak kaki seperti orang dewasa. Kulit anak menjadi tipis dan
halus, mudah terjadi luka tergantung adanya defisiensi nutrisi lain yang ikut
menyertai keadaan marasmus. Kaki dan tangan menjadi kurus karena otot-otot
lengan serta tungkai mengalami atrofi disertai lemak subkutan yang turut
menghilang. Pada pemeriksaan protein serum, ditemukan hasil yang normal atau
sedikit meningkat. Selain itu keadaan yang terlihat mencolok adalah hilangnya
lemak subkutan pada wajah. Akibatnya ialah wajah anak menjadi lonjong,
berkeriput dan tampak lebih tua (old man face). Tulang rusuk tampak lebih jelas.
Dinding perut hipotonus dan kulitnya longgar. Berat badan turun menjadi kurang
dari 60% berat badan menurut usianya. Suhu tubuh bisa rendah karena lapisan
penahan panas hilang. Cengeng dan rewel serta lebih sering disertai diare kronik
atau konstipasi, serta penyakit kronik. Tekanan darah, detak jantung dan
2.2.6 Diagnosis
Penegakkan Diagnosis
Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa
anak tampak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak mempunyai jaringan
lemak di bawah kulit terutama pada kedua bahu, lengan, pantat dan paha; tulang
iga terlihat jelas, dengan atau tanpa adanya edema. Anak-anak dengan BB/U <
60% belum tentu gizi buruk, karena mungkin anak tersebut pendek, sehingga
berada di bagian pita berwarna merah (LILA < 115 mm) disebut gizi buruk akut .
Kekurangan LILA hanya dapat digunakan pada u sia 6-59 Bulan dan
mempunyai PB atau TB antara 65-110 cm, karena pada kondisi tersebut nilai
Pada setiap anak gizi buruk, lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis
Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah
Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami dehidrasi
Batuk kronik
Pemeriksaan Fisik
Apakah anak tampak sangat kurus, adakah ada edema. Tentukan status
Adakah tanda syok (tangan kaki dingin, capillary refill time yang lambat,
Demam (suhu aksilar ≥ 37,5 0C) atau hipotermi (suhu aksilar < 35,50C)
Pucat
tanda defisiensi vitamin A pada mata : konjungtiva atau kornea yang kering,
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis
hipoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang
dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat
dilakukan pengukuran kadar zat gizi dan bahan-bahan yang tergantung kepada
kadar zat gizi (misalnya hemoglogbin, hormon tiroid dan transferin). Pemeriksaan
radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
berikut :
Glukosa darah
Hemoglobin
Serum albumin
Tes HIV (Tes ini harus disertai dengan konseling orang tua anak)
Elektrolit
anak serta riwayat penyakit yang lalu. Pada awalnya, terjadi kegagalan menaikkan
berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,
dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar
karena lemak subkutan hilang. Lemak pada daerah pipih adalah bagian terakhir
yang hilang sehingga untuk beberapa waktu muka bayi tampak relative normal
sampai nantinya menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung atau datar
dan gambaran usus dapat dengan mudah dilihat. Terjadi atrofi otot dengan akibat
hipotoni. Suhu biasanya subnormal, nadi mungkin lambat, dan angka metabolism
menjadi lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat
muncul diare dengan buang air besar sering, tinja berisi mucus dan sedikit5,6.
- Perubahan mental
2.2.7 Tatalaksana
Tatalaksana Perawatan
dikeringkan
Penilaian triase anak dengan gizi buruk dengan tata laksana syok pada anak
dengan gizi buruk. Jika ditemukan ulkus kornea, beri vitamin A dan obat tetes
mata kloramfenikol/tetrasiklin dan atropin; tutup mata dengan kassa yang telah
dibasahi dengan larutan garam normal, dan dibalut. Jangan beri obat mata yang
Menurut buku panduan tatalaksana anak gizi buruk yang diterbitkan oleh
1. Atasi/cegah hipoglikemia.
2. Atasi/cegah hipotermia.
3. Atasi/cegah dehidrasi.
5. Obati/cegah infeksi.
Dalam proses pengobatan KEP berat/ gizi buruk, terdapat 4 fase, yaitu fase
stabilisasi (hari 1-7), fase transisi (hari 8-14), fase rehabilitasi (minggu ke 3-6),
fase tindak lanjut (minggu ke 7-26). Tatalaksana ini digunakan pada semua
Semua anak gizi buruk berisiko untuk terjadi hipoglikemia (kadar gula darah < 3
mmol/dl atau < 54 mg/dl), yang seringkali merupakan penyebab kematian pada 2
Hipoglikemia dapat terjadi karena adanya infeksi berat atau anak tidak
makanan dengan frekuensi sering (setiap 2-3 jam) sangat penting dalam mencegah
memeriksa kadar gula darah, maka semua anak gizi buruk harus dianggap
Tatalaksana
Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila penyediaannya
memungkinkan.
larutan glukosa atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50 ml air)
Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2-3 jam, siang dan malam selama
pemberian F-75.
Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secara
ml dengan NGT.
Pemantauan
Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah setelah 30
menit.
Jika kada gula darah di bawah 3 mmol/L (<54 mg/dl), ulangi pemberian
Jika suhu rektal < 35,50C atau bila kesadaran memburuk, mungkin
Pencegahan
Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin, atau jika perlu
lakukan rehidrasi terlebih dahulu. Pemberian makanan harus teratur setiap 2-3
Diagnosis: Jika suhu aksila < 35,0 0C, suhu rektal <35,50C.
Tatalaksana
dengan selimut hangat dan letakkan pemanas (tidak mengarah langsung kepada
anak) atau lampu di dekatnya, atau letakkan anak langsung pada dada ibunya (dari
kulit ke kulit: metode kangguru). Bila menggunakan lampu listrik, letakkan lampu
Pemantauan
Ukur suhu aksillar anak setiap 2 jam sampai suhu meningkat menjadi
36,50C atau lebih. Jika digunakan pemanas, ukur suhu setiap setengah jam.
Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut, terutama pada
malam hari.
Pencegahan
Letakkan tempat tidur di area yang hangat, di bagian bangsal yang bebas
kering.
Hindarkan anak dari suasana dingin (misal sewaktu dan setelah mandi,
Biarkan anak tidur dengan dipeluk orang tuanya agar tetap hangat,
Tidak mudah menentukan adanya dehidrasi pada anak gizi buruk karena tanda dan
gejala dehidrasi seperti turgor kulit dan mata cekung sering didapati pada gizi
buruk walaupun tidak dehidrasi. Disisi lain, pada anak gizi buruk, keadaan
terjadinya dehidrasi pada anak gizi buruk dengan riwayat diare atau muntah dan
pengukuran berat jenis urin (>1.030), selain tanda dan gejala klinis khas bila ada,
antara lain rasa haus dan mukosa mulut kering. Hipovolemia dapat terjadi
Tatalakasana
Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat
dengan syok.
Sulit untuk memperkirakan status rehidrasi dengan melihat klinis saja pada
anak malnutrisi berat. Maka asumsikan bahwa setiap anak dengan diare cair dapat
mengalami dehidrasi.
melalui NGT, lakukan lebih lambat dibandingkan jika melakukan rehidrasi pada
Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia < 1 Thn: 50-
100 ml setiap buang air besar, usia ≥1 Tahun: 100-200 ml setiap buang air besar.
Pemantauan
Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap setengah
jam selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam berikutnya.
Waspada terhadap gejala kelebihan cairan, yang sangat berbahaya dan dapat
nadi, frekuensi miksi dan jumlah produksi urin, frekuensi buang air besar dan
muntah.
Selama proses rehidrasi, frekuensi napas dan nadi akan berkurang dan mulai ada
diuresis. Kembalinya air mata, mulut basah; cekung mata dan fontanel berkurang
serta turgor kulit membaik merupakan tanda membaiknya hidrasi, tetapi anak gizi
buruk seringkali tidak memperlihatkan tanda tersebut, walaupun rehidrasi penuh
Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas meningkat 5x/menit dan
Pencegahan
Cara mencegah dehidrasi akibat diare yang berkelanjutan sama dengan pada anak
gizi baik, kecuali penggunaan cairan ReSoMal sbagai pengganti larutan oralit
standar.
Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan magnesium yang
Terdapat keleibihan natrium total dalam tubuh, walaupun kadar natrium serum
mungkin rendah. Edema dapat diakibatkan oleh keadaan ini. Jangan obati edema
kematian.
Tatalaksana
Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti demam, seringkali
tidak ada, padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering terjadi. Oleh karena
itu, anggaplah semua anak dengan gizi buruk mengalami infeksi saat mereka
datang ke rumah sakit dan segera tangani dengan antibiotik. Hipoglikemia dan
Tatalaksana
mendapatkannya, atau jika anak berumur > 9 Bulan dab sudah pernah diberi
Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri kotrimoksazol
per oral (25 mg SMZ + 5 mg TMP/ kgBB setiap 12 jam) selama 5 hari.
dengan amoksisillin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) atau, jika tidak
tersedia amoksisillin, beri ampisilin per oral (50 mg/kgBB setiap 6 jam selama
disentri, infeksi kulit atau jaringan lunak), beri antibiotik yang sesuai.
Jika terdapat bukti adanya infeksi cacing, beri mebendazol (100 mg/hari) selama 3
hari atau albendazol (20 mg/kgBB dosis tunggal). Beri mebendazol setelah 7 hari
Pemantauan
sampai seluruhnya 10 hari penuh. Jika nafsu makan belum membaik, lakukan
penilaian ulang menyeluruh pada anak. Periksa fokal infeksi dan organisme
potensial untuk resisten dan pastikan bahwa suplemen vitamin dan mineral telah
Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral. Meskipun
sering ditemukan anemia, jangan beri zat besi pada fase awal, tetapi tunggu
sampai anak mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai bertambah berat
badannya (biasanya pada minggu kedua, mulai fase rehabilitasi), karena zat besi
Tatalaksana
Suplemen multivitamin
Zinc 2 mg/kgBB/hari
rehabilitasi)
Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam tiga bulan
terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai usia umur, pada hari ke 1, 2, dan 15.
makan sebaiknya dimulai sesegera mungkin setelah pasien masuk dan harus
berikut:
e) Cairan: 130 ml/ kgBB/ hari, bila edema berat 100 ml/kgBB/ hari.
f) Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa jumlah F-
Formula F-75 mengandung 75 kkal/100 ml dan 0,9 gram protein/100 ml, cukup
cangkir atau sendok. Anak yang sangat lemah mungkin perlu diberikan dengan
n
1-2 Setiap 2 jam 11 ml 130 ml
3-5 Setiap 3 jam 16 ml 130 ml
6 dst Setiap 4 jam 22 ml 130 ml
Perubahan frekuensi makan dari tiap 2 jam menjadi 3 jam dan 4 jam dilakukan
bila anak mampu menghabiskan porsinya. Untuk anak dengan nafsu makan yang
baik dan tanpa edema, jadwal ini dapat diselesaikan dalam 2-3 hari (contoh: 24
jam untuk tiap tahap). Jika jumlah petugas terbatas, beri prioritas untuk memberi
makan setiap 2 jam hanya pada kasus yang keadaan klinisnya paling berat, dan
bila terpaksa upayakan paling tidak 3 jam pada fase permulaan. Libatkan dan ajari
orang tua atau penunggu pasien. Pemberian makan sepanjang malam hari sangat
penting agar anak tidak terlalu lama tanpa pemberian makan (puasa dapat
Pemantauan
Muntah
Berat badan
Pada fase rehabilitasi perlu pendekatan yang baik untuk pemberian makan dalam
pencapaian asupan yang tinggi dan kenaikan berat badan yang cepat (>10
g/kg/hari). Formula yang dianjurkan pada fase ini adalah F100 yang mengandung
Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah kembalinya
Tatalaksana
Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke formula tumbuh-
sampai anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal ini
terjadi ketika pemberian formula mencapai 200 ml/ kgBB/ hari. Dapat pula
kemampuan anak).
Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi pastikan anak
sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak mengandung cukup
use therapeutic food = RUTF), yang mengandung energi sebanyak 500 kkal/
Pemantauan
Hindari terjadinya gagal jantung. Amati gejala dini gagal jantung (nadi
cepat dan napas cepat). Jika nadi maupun frekuensi napas meningkat (pernapasan
naik 5x/menit dan nadi naik 25x/menit), dan kenaikan ini menetap selama 2 kali
pemeriksaan dengan jarak 4 jam berturut-turut, maka hal ini merupakan tanda
dijelaskan berikutnya.
o Atasi penyebab
Penilaian kemajuan
Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah tahap transisi
Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum diberi makan.
karenannya diberikan:
bermain, dll)
Bila telah tercapai BB/TB > -2 SD (setara dengan > 80%) dapat dianggap anak
telah sembuh. Anak mungkin masih mempunyai BB/U rendah karena anak
berperawakan pendek. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap
dilanjutkan di rumah.
Menu dan cara membuat makanan kaya energi dan padat gizi serta
Sarankan :
Anak yang belum sembuh total mempunyai risiko tinggi untuk kambuh. Waktu
melalui rawat jalan untuk menyelesaikan fase rehabilitasi serta untuk mencegah
kekambuhan.
Beberapa pertimbangan agar perawatan di rumah berhasil:
Anak seharusnya:
Mempunyai sumber daya untuk memberi makan anak. Jika tidak mungkin,
Penting untuk mempersiapkan orang tua dalam perawatan di rumah. Hal ini
mencakup:
tinggi kalori di antara waktu makan (misal: susu, pisangm roti, biskuit). Bila ada,
Beri anak makanan tersendiri/ terpisah, sehingga asupan makan anak dapat
dicek.
Jika anak dipulangkan lebih awal, buat rencana untuk tindak lanjut sampai anak
sembuh:
Hubungi unit rawat jalan, pusat rehabilitasi gizi, klinik kesehatan lokal
Anak harus ditimbang secara teratur setiap minggu. Jika ada kegagalan
kenaikan berat badan dalam waktu 2 minggu berturut-turut atau terjadi penurunan
Jika anak mempunyai gejala defisiensi vitamin A, lakukan hal seperti di bawah
ini:
Gejala Tindakan
Hanya bercak Bitot saja (tidak ada Tidak memerlukan obat tetes mata
gejala mata yang lain)
Diberikan secara oral pada hari ke 1 (kecuali bila telah diberikan sebelum
Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam tiga bulan
terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai usia umur, pada hari ke 1, 2, dan 15.
2. Anemia Berat
Transfusi darah diperlukan jika Hb < 4 g/dl, Hb 4-6 g/dl dan anak mengalami
Pada anak gizi buruk, transfusi harus diberikan secara lebih lambat dan dalam
Bila terdapat gejala gagal jantung, berikan komponen sel darah merah (PRC) 10
3. Dermatosis
Beri salep/krim (Zn dengan minyak kastor) pada daerah yang kasar, dan
bubuhi gentian violet (atau jika tersedia salep nistatin) pada lesi kulit yang pecah-
pecah
Usahakan daerah perineum tetap kering.
4. Parasit/cacing
Jika terbukti adanya infestasi cacing, beri Mebendazole 100 mg/kgBB selama 3 hr
atau albendazol (20 mg/kgBB dosis tunggal). Beri mebendazol setelah 7 hari
5. Diare persisten
diare. Jika mungkin lakukan pemeriksaan mikroskopis atas specimen feses. Jika
ditemukan kista atau trofozoit Giardia lamblia beri Metronidazol 7,5 mg/kgBB
b. Intoleransi laktosa:
Diare jarang disebabkan oleh intoleransi laktosa saja. Tatalaksana ini hanya
Formula F-75 sudah merupakan formula rendah laktosa. Pada kasus tertentu ganti
formula dengan yoghurt atau susu formula bebas laktosa, dan pada fase
c. Diare osmotik:
Jika diare makin memburuk pada pemberian F-75 maka gunakan F-75 berbahan
dasar serealia yang osmolaritasnya lebih rendah. Kemudian berikan F-100 untuk
Lakukan tes Tuberkulin dan Roentgen foto thorax. Bila positif atau
1. Kwashiorkor
berasal dari bahasa Ga dari Ghana dan digunakan untuk menggambarkan penyakit
diet dengan asupan kalori yang cukup tetapi asupan protein yang tidak
mencukupi. Ini terkait dengan diet dengan jagung, beras, atau singkong dalam
jumlah besar. Seorang anak yang menderita kwashiorkor akan memiliki berat
badan normal untuk tinggi badan yang terkait dengan edema umum dan
dermatosis. Perubahan kulit terjadi pada area dengan gesekan atau tekanan tinggi,
seperti perineum, tungkai, telinga, dan ketiak, yang menjadi hiperpigmentasi dan
yang khas dan perut kembung. Kwashiorkor dapat dibedakan dari marasmus
2. Marasmus Kwashiorkor
Sindrom wasting HIV mengacu pada penurunan berat badan yang tidak
terlihat lebih dari 10% dari baseline yang terkait dengan diare kronis atau
kelemahan pada seseorang yang menderita HIV tanpa penyebab penurunan berat
2.2.9 Komplikasi
1. Noma
pipi. Noma terjadi pada malnutrisi berat karena adanya penurunan daya tahan
tubuh. Penyakit ini mempunyai bau yang khas dan tercium dari jarak beberapa
meter. Noma dapat sembuh tetapi menimbulkan bekas luka yang tidak dapat
hilang seperti lenyapnya hidung atau tidak dapat menutupnya mata karena proses
fibrosis.
2. Xeroftalmia
Penyakit ini sering ditemukan pada malnutrisi yang berat terutama pada
rendah sehingga dapat menyebabkan kebutaan. Oleh sebab itu setiap anak dengan
3. Tuberkulosis
kekebalan tubuh yang akan berdampak mudahnya terinfeksi kuman. Salah satunya
4. Sirosis hepatis
lemak pada saluran portal hingga seluruh parenkim hepar tertimbun lemak.
Penimbunan lemak ini juga disertai adanya infeksi pada hepar seperti hepatitis
yang menimbulkan penyakit sirosis hepatis pada anak dengan malnutrisi berat.
5. Hipotermia
marasmus. Hipotermia terjadi karena tubuh tidak menghasilkan energi yang akan
diubah menjadi energi panas sesuai yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu lemak
6. Hipoglikemia
Hipoglikemia dapat terjadi pada hari-hari pertama perawatan anak dengan
malnutrisi berat. Kadar gula darah yang sangat rendah ini sangat mempengaruhi
penderitanya.
Infeksi traktus urinarius merupakan infeksi yang sering terjadi pada anak
bergantung kepada tingkat kekebalan tubuh anak. Anak dengan malnutrisi berat
8. Penurunan kecerdasan
organ tubuhnya. Organ penting yang paling terkena pengaruh salah satunya ialah
asupan nutrisi untuk pembentukan sel-sel neuron otak. Keadaan ini akan
berpengaruh pada kecerdasan seorang anak yang membuat fungsi afektif dan
kognitif menurun, terutama dalam hal daya tangkap, analisa, dan memori.
2.2.10 Prognosis
prognosisnya dapat dikatakan baik apabila malnutrisi tipe marasmus ini ditangani
secara cepat dan tepat. Kematian dapat dihindarkan apabila dehidrasi berat dan
penyakit infeksi kronis lain seperti tuberkulosis atau hepatitis yang menyebabkan
terjadinya sirosis hepatis dapat dihindari. Pada anak yang mendapatkan malnutrisi
pada usia yang lebih muda, akan terjadi penurunan tingkat kecerdasan yang lebih
besar dan irreversibel dibanding dengan anak yang mendapat keadaan malnutrisi
pada usia yang lebih dewasa. Hal ini berbanding terbalik dengan psikomotor anak
yang mendapat penanganan malnutrisi lebih cepat menurut umurnya, anak yang
anak yang lebih tua, sekalipun telah mendapatkan penanganan yang sama. Hanya
marasmus ini cenderung lebih lambat, terutama terlihat jelas dalam hal
pertumbuhan tinggi badan anak dan pertambahan berat anak, walaupun jika dilihat
secara ratio berat dan tinggi anak berada dalam batas yang normal2,5,8.