Setengah Tubuh Tidak Bekerja Normal: Pemicu 2
Setengah Tubuh Tidak Bekerja Normal: Pemicu 2
Anggota:
1. Wahyu Eka Shaputri (405170197)
2. Fatimah Aufatunnisa (405180039)
3. Amelci Krezentia (405180064)
4. Bay Hepi Kosasih (405180096)
5. Yemima Graciela Munawar (405180106)
6. Alpin Maulana Akbar (405180196)
7. Diajeng Ayuningtami (405180199)
Mata Kuliah Penunjang Modul
Anatomi
Histologi
Fisiologi
Neurologi
Neurofarmakologi
Setengah Tubuh Tidak Bekerja Normal
Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan utama sakit kepala hebat sekali disertai
rasa kaku pada leher, serta mual muntah sejak 4 jam yang lalu. Muntah dikatakan menyembur. Keluhan nyeri
kepala sebelumnya diakui oleh pasien tetapi belakangan ini dikatakan semakin sering muncul. Dari riwayat
penyakit dahulu: 5 tahun yang lalu pasien pernah mengalami benturan di kepalanya, saat itu pasien sempat
pingsan < 10 menit, tetapi saat bangun pasien sempat tampak bingung dan mengatakan lupa kejadian sesaat
sebelum benturan. Riwayat keluarga: keluhan serupa pernah dialami oleh ayah pasien yang memiliki tekanan
darah tinggi serta gula darah yang tidak terkontrol; dan baru saja meninggal 1 bulan yang lalu.
Pemeriksaan fisik saat di UGD: kesadaran somnolen, tekanan darah 190/120 mmHg, denyut nadi 96x/menit,
frekuensi napas 18x/menit, suhu 37,8C. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan kaku kuduk (+), Laseque >700
dan Kerniq >135.
Dalam perawatan pada hari ketiga, pasien mengeluhkan kelemahan pada tubuh sisi kirinya. Pemeriksaan fisik:
tekanan darah 190/100 mmHg, denyut nadi 96x/menit, frekuensi napas 18x/menit, suhu 37,2C. Jantung dan paru
dalam batas normal, hepar dan lien tidak teraba. Pemeriksaan neurologi: kesadaran somnolen, motorik
ekstremitas atas 5555/4444, ekstremitas bawah 5555/4444. Refleks Babinski grup -/+, kaku kuduk (+), Laseque
>70 dan Kerniq >135.
Apakah yang dapat Anda pelajari dari kasus tersebut?
Apakah pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien tersebut?
Mind Map
Learning Issues
1. MM Anatomi SSP
2. MM Histologi SSP
3. MM Fisiologi Kerja Otak (Lobus & Memori)
4. MM Fisiologi Medulla Spinalis
5. MM Kelainan UMN (definisi, etiologi, patofisiologi, tanda & gejala, PF, PP, tatalaksana farmakologis &
nonfarmakologis, KIE, komplikasi, prognosis, gejala sisa):
a) Ensefalopati hipertensi
b) Stroke (hemoragik & ischemic)
c) Infark serebri
d) Tumor primer & sekunder (benda asing)
e) Amnesia pascatrauma
f) TIA
g) Hematom subdural
h) Hematom epidural
i) Hematom intraserebral
j) Pendarahan subarachnoid (SAH)
k) Trauma medulla spinalis
LI 1: Anatomi SSP
Sistem Saraf Pusat
Lobus Cerebrum
Putz, R. (2010). Sobotta Atlas of Human Anatomy. Stuttgart: Elsevier Urban & Fischer.
Cerebrum
Putz, R. (2010). Sobotta Atlas of Human Anatomy. Stuttgart: Elsevier Urban & Fischer.
Moore. Clinically Oriented Anatomy.7th Ed.
http://www.keywordsuggests.com/ODPegeGkttJYseC6pFrajmodaagl2UQSDMEtTIv%7C07k/
Putz, R. (2010). Sobotta Atlas of Human Anatomy. Stuttgart: Elsevier Urban & Fischer.
A. cerebri media
A. cerebri anterior
A. cerebri posterior
Perdarahan Otak
Putz, R. (2010). Sobotta Atlas of Human Anatomy. Stuttgart: Elsevier Urban & Fischer.
Cairan Cerebrospinalis
SEKREZI CAIRAN SEREBROSPINAL :
• Cairan serebrospinal (CSF) disekresi (pada kecepatan 400-500 mL / hari) terutama oleh sel epitel koroid (sel ependymal
yang dimodifikasi) dari pleksus koroid di ventrikel lateral, ke-3, dan ke-4
• Pleksus koroid terdiri dari pinggiran pia mater vaskular (tela choroidea) yang dilapisi oleh sel epitel kuboid. Mereka
berada di atap ventrikel ke-3 dan ke-4 serta di lantai tubuh dan tanduk inferior ventrikel lateral.
• Sirkulasi Cairan Serebrospinal :
Putz, R. (2010). Sobotta Atlas of Human Anatomy. Stuttgart: Elsevier Urban & Fischer.
Nervus Cranialis
Nervus Asal Fungsi
I. Olfactory Serat saraf dari epitel olfaktori nasal & Sensori, menghantar impuls bau
membentuk sinaps dengan bulbus olfaktori
yang menghantar impuls ke lobus temporal
II. Optic Serat saraf dari retina mata membentuk Sensori, menghantar impuls visual
nervus optic, yang melewati os sphenoidal;
kedua n. optik membentuk optic chiasma dan
berakhir di occipital cortex
III. Oculomotor Serat saraf dari midbrain, keluar dari Mengandung serat motorik inferior oblique,
tengkorak & menuju mata superior, inferior, dan medial dari M. rectus
extraocular yang mngatur pergerakan bola
mata; otot polos iris & badan ciliaris; dan
proprioception ke kepala dari otot ekstraocular
IV. Trochlear Serat saraf dari midbrain posterior & Proprioceeptor & serat motorik dari otot
menuju ke mata superior oblique mata (otot ekstraocular
Nervus Asal Fungsi
V. Trigeminal Serat saraf dari pons & Motor & sonsori pada wajah; mengkonduksi
membentuk 3 divisi dan menuju impuls sensori dari mulut, hidung,
wajah & duramater kranial permukaan mata, dan duramater; juga
mengandung serat motorik yang
menstimulasi otot mengunyah
VI. Abducens Serat saraf dari pons inferior & Mengandung serat motorik untuk M. rectur
menuju ke mata lateralis & serat proprioceptor dari muskulus
tersebut ke otak
VII. Facial Serat saraf dari pons menuju os (1)Suplai serat motorik ke otot ekspresi
temporalis & ke wajah wajah & kelenjar lacrimal & saliva
(2)Membawa serat sensori dari taste bud
lidah anterior
VIII. Vestibulo- Serat saraf dari telinga dalam Sensori, cabang vestibularis mentransmisikan
cochlear (reseptor pendengaran & impuls equilibrium; cabang cochlear
keseimbangan di os temporalis) & mentransmisikan impuls suara
menuju midbrain (cochlear) /
cerebellum & thalamus
(vestibuler)
Nervus Asal Fungsi
IX. Serat saraf dari medula oblongata (1)Serat motor untuk pharynx & kel saliva
Glossopharyngeal & menuju pharynx, kel saliva, dan (2)Serat sensori untuk membawa impuls
lidah dari pharynx, taste bud lidah posterior,
dan reseptor tekanan untuk a. carotis
X. Vagus Serat saraf dari medulla oblongata, Serat sensori & motor untuk pharynx;
menuju tengkorak dan turun ke serat motor parasimpatis untuk otot
regio leher menuju thorax & regio polos organ abdomen & menerima
abdominal impuls dari visera
XI. Spinal accessory Serat saraf dari otak & medulla Serat sensori & motor untuk M.
spinalis & menuju otot leher & sternocleidomastoid & M. trapezius &
punggung otot palatum molle, pharynx & larynx
XII. Hypoglossal Serat saraf dari medulla oblongata, Membawa serat motor untuk otot lidah &
keluar dari tengkorak & menuju ke impuls sensori dari lidah ke otak
lidah
Segmen Medulla Spinalis
Putz, R. (2010). Sobotta Atlas of Human Anatomy. Stuttgart: Elsevier Urban & Fischer.
Saraf Spinalis & Perdarahan Medulla Spinalis
Putz, R. (2010). Sobotta Atlas of Human Anatomy. Stuttgart: Elsevier Urban & Fischer.
LI 2: Histologi SSP
Histologi
• Substansia alba dan substansia grisea
• Sel Neuron dan sel glia
Sel Neuron
• Receiving and transmission of nerve impulses
• Cell body
• Nucleus
• RER
• Poliribosom (nissl body)
• hypolemmal cisternae
• Juxtanuclear Golgi complex
• Mitochondria
• Iclusion Body
• Lipofuscin
• Melanin granules
• Lipid droplets
• Cytoskeletal components
• Microtubules
• Neurofilamen
• Microfilamen
• Dendrits
• Have spina sinaps (decreased w age and unadequate nutrition)
• Axon
• Axon hillock initiation segment, myelinated, spike trigger zone (all or none)
• Myelinated and umyelinated
• Axonal transportation
• Anterograd carries cell organels, macromolecules (actin, myosin, clatrin)
• Retrograd proteins from neurofilament degradation, microtubules, enzymes and
endocytosis aquired materials
Sel Glia
• 90% CNS
• No nerve impulses
• Commuicate with chemical signals
• Types:
• Astrocytes
• Oligodendrocytes
• Microglia
• Ependymal cells
Astrocytes
• Most common
• Starlike shapes
• Physical support, scaffolding, neural scars, repair, extracellular K+
buffer, removal of excess neurotransmitter, component of blood-brain
barrier, Reactive gliosis in response to neural injury, Glutamate
receptor
• Protoplasmatic Substansia grisea, pedicle, pia-glia membrane
• Fibrous Substansia Alba, unbranched
Oligodendrocytes
• Interfascicular
Myelin making cell, Electric
isolator
• Satelites
unknown
Microglia
• Immune defense cells
• Unactivated branched, providing surveillance, stationary
• Activated retracted branches, mobile, APC (inflammatory cytokines)
• HIV infected multinucleated giant cells Dementia
Ependymal Cells
• Dibagi menjadi 4 :
1. Lobus oksipitalis-> penglihatan
2. Lobus temporalis-> pendengaran
3. Lobus parietalis-> sensorik
4. Lobus frontalis-> motorik
http://emedicine.medscape.com/article/166129-overview#showall
Patofisiologi
Peningkatan perfusi serebral dari hilangnya integritas sawar darah-otak
eksudasi cairan ke otak
• Hipertensi kronis adaptasi rentang otoregulasi serebral (bergeser ke tekanan
yang lebih tinggi) melebihi autoregulatori serebral kebocoran hidrostatik
di seluruh kapiler dalam CNS
• Peningkatan tekanan darah sistemik yang persisten kerusakan arteriol dan
nekrosis
• Gangguan vaskuler progresif vasodilatasi & edema serebral defisit
neurologis
• Onsetnya 24-48 jam
Manifestasi klinis: sakit kepala, mual, muntah,
nistagmus
• Neurologi: kebingungan, gangguan penglihatan, kejang
muncul jika diastolik > 125 mmHg disertai
pendarahan retina & eksudat
• Aneurisma aorta sering menyertai kejang umum pada
anak
• Gejala awal iritabilitas, letargi, hipotonia, koma
12-36 jam kemudian kejang umum
• Status epileptikus meningkatkan sistolik & diastolik
otot berkedut & myoklonik menjadi skotomas
afasia and hemiparesis, kegagalan batang otak &
kematian
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3943026/
• Diagnosis:
• Anamnesis: riwayat hipertensi & feokromositoma, riwayat obat steroid, kram otot (tanda
hiperaldosteron)
• Fisik: Hipertensi krisis sistolik >180 mmHg dan diastolik >120 mmHg
• Neurologi: nistagmus, kelemahan dan perubahan status mental kebingungan sampai
koma
• Oftalmoskopi: perubahan retina tingkat IV papilledema, hemorrhage, eksudat, dan
cotton woll spot
Test Findings Significance
CBC Anemia CRF
Eosinophilia Interstitial Nephritis
U/A, U/C Hematuria, proteinuria Glomerulonephritis
UTI Reflux Nephropathy
Electrolytes Hypokalemic metabolic Rennin-Mediated HTN,
alkalosis Hyperaldosteronism
Lipid Profile, Hyperlipidemia Essential HTN
Uric Acid Hyperuricemia
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3943026/
Papilledema
Retinopati hipertensi.
(Gambaran perdarahan berbentuk
api, eksudat halus, dan
pengaburan disk awal)
https://emedicine.medscape.com
• Komplikasi: koma, kematian, stroke, nefropati, infark/iskemi miokard,
retinopati
• Tatalaksana: target TD 150/100 mmHg atau penurunan 20% MAP
(mean arterial pressure)
• Farmako:
• Labetalol 300mg/hari dimulai dari 20 mg dinaikkan sampai 80mg
• Fenildopam 0,003 mcg/kg/min IV sampai 1,6 mcg/kg/min
• Sodium nitroprusside 0,3-0,5 mcg/kg/min IV, dinaikkan hingga 1-6 mcg/kg/min
• Non farmako:
• Hindari alcohol, rokok dan kopi
• Turunkan kadar kolesterol, tingkatkan HDL (alpukat, dsb)
• Ganti minyak goreng dengan olive oil
• Awasi natrium sodium intake, diet rendah garam
TRANSIENT ISCHAEMIC ATTACK (TIA)
• Adalah hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal secara cepat
yang berlangsung < 24 jam akibat mekanisme vaskular
emboli, thrombosis, atau hemodinamik
• Bisa berlangsung selama 2-30 menit maksimal 2 jam
• Epidemiologi:
• Pria > wanita
• Sering disebabkan oleh tromboemboli dari atheroma
pembuluh darah leher lainnya bisa lipohialinosis
pembuluh darah kecil intrakranial, emboli kardiogenik
• Faktor risiko: hipertensi, diabetes, merokok, dislipidemia,
alkohol, sedentary lifestyle, obesitas memicu aterosklerosis
http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar_-Transient-Ischemic-Attack.pdf
• Patofisiologi: trombus/ateroma dari jantung/arteri tersebar ke aliran darah
sebagai emboli menyumbat aliran darah ke otak komplit/parsial sementara
iskemik gejala neurologis fokal
• Lambatnya aliran darah arteri besar dalam hitungan menit-jam berulang berpotensi
menyebabkan iskemik
• Emboli umumnya fokal dan episodenya lebih lama
• Hipertensi/lesi aterosklerosis oklusi pada pembuluh kecil (cabang dari arteri serebral
media, arteri basilar, arteri vertebralis) stenosis Lacunar/small penetrating vessel
TIA
• Lokasi obstruksi:
• Arteri karotis: hemiparesis, hilangnya sensasi hemisensorik, disfasia, kebutaan
monocular/amaurosis fugax akibat iskemia retina
• Arteri vertebrobasillar: paresis, kebutaan mendadak bilateral (pada lansia), diplopia,
ataksia, vertigo, disfagia minimal 2 dari 3 gejala ini terjadi bersamaan
http://www.bpac.org.nz/BPJ/2009/february/docs/bpj19_tia_pages_24-31.pdf
• Manifestasi klinis: tiba – tiba, sementara, dan hilang dalam
waktu 30 – 60 menit bisa tipikal/atipikal
• Diagnosis:
• Rontgen toraks dan ekokardiogram curiga ada emboli
kardiogenik,
• CT scan kranial deteksi penyakit serebrovaskular
sebelumnya, dan menyingkarkan kemungkinan lesi structural
(e.g. tumor)
• USG karotis/angiografi mendeteksi stenosis karotis pada
pasien TIA dengan lokasi lesi karotis
http://www.bpac.org.nz/BPJ/2009/february/docs/bpj19_tia_pages_24-31.pdf
• Tatalaksana:
• Antiplatelet: aspirin 75 mg per hari
• KI: pasien ulkus peptikum aktif
• Clopidogrel pilihan untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi aspirin
• Antikoagulan: warfarin jika terbukti sumber emboli meliputi fibrilasi
atrium nonreumatik
• Endarterektomi karotis: membersihkan ateroma pada arteri karotis berat
yang simtomatik
• Prognosis:
• Risiko awal stroke setelah mengalami TIA 2 hari (4%), 30 hari (8%), 90
hari (9%), 5 tahun (24-29%)
• Risiko penyakit arteri koroner
STROKE
Sindrom yg terdiri dari tanda & / gejala hilangnya fungsi
SSP fokal yg berkembang cepat (dlm dtk /mnt)
Clinical Neurology
CLINICAL ANATOMIC CORRELATION
• A. cerebralis anterior
• Paralisis kontralateral
• Sensory loss t.u kaki
• Disconnection syndromes (alien hand)
• Transcortical expressive aphasia
• A. cerebralis media
• Superior division stroke hemiparesis dan hemisensori
kontralateral (wajah, tangan dan jari) ttp (x) kaki , apahsia (kena
broca)
• Inferior division stroke hemianopia kontralateral , ggg fx
sensorik korteks (graphesthesia dan stereognosis) kontralateral ,
ggg spatial anosognosia, ggg wenickle
• Oklusi pd percabangan A. cerebralis media gabungan gx inf dan
sup
• Oklusi batang dari A. cerebralis media = dgn gx oklusi pd
trifukasi, o.k kena kapsula interna, paralisis kaki kontralateral ,
hemiplegia menyeluruh
Clinical Neurology
Clinical Neurology – Lange
Adams Principle of Neurology
Stroke iskemik
• Stroke iskemik : oklusi
pembuluh darah dan
menyebabkan infark
serebral
• FR:
• Hipertensi
• Diabetes melitus
• Merokok
• Asam urat
• Dislipidemia
• Usia, jenis kelamin dan
ras/suku bangsa
Clinical Neurology
TATALAKSANA
• Lower systolic blood pressure to approximately 180 mm Hg,
using intravenous vasodilator drugs with short half-lives.
• Surgical
• Cerebellar hemorrhage decompressive posterior fossa surgery
or endoscopic removal of cerebellar hematomas.
• Lobar hemorrhage Stereotactic or endoscopic evacuation or
oprn craniotomy
• Deep hemorrhage Surgery is not indicated for pontine or deep
cerebral hypertensive hemorrhages
• Intraventricular hemorrhage and hydrocephalus Ventricular
drainage and ventriculoperitoneal shunting
Clinical Neurology
TRAUMA PERDARAHAN INTRACRANIAL
Perdarahan
Intraserebral
Perdarahan Perdarahan
Intrakranial Subararachnoid
Subdural
Hematoma
Epidural
Etiologi
Amit M. Shelat, DO, FACP, Attending Neurologist and Assistant Professor of Clinical
Neurology, SUNY Stony Brook, School of Medicine. Review provided by VeriMed
Healthcare Network. Also reviewed by David Zieve, MD, MHA, Isla Ogilvie, PhD,
and the A.D.A.M. Editorial team.
TANDA DAN GEJALA PEMERIKSAAN PENUNJANG
•Kebingungan CT scan kepala akan mengkonfirmasi
•Pusing diagnosis EDH, dan akan menunjukkan lokasi
•Mengantuk tepat hematoma dan fraktur tengkorak yang
•Pembesaran pupil di salah satu mata terkait.
•Sakit kepala (berat) Jika terjadi peningkatan ICP, Operasi darurat
•Cedera kepala atau trauma diikuti oleh mungkin diperlukan untuk meringankan
Hilangnya kesadaran, kemudian Sadar, tekanan dan mencegah cedera otak lebih
kemudian hilang kesadaran lagi. lanjut.
•Mual atau muntah Pemeriksaan otak dan sistem saraf
•Kelemahan pada bagian tubuh, (neurologis) mungkin menunjukkan bahwa
biasanya di sisi yg berlawanan bagian otak tertentu tidak bekerja dengan baik
disamping dengan pupil yang (misalnya, mungkin ada kelemahan di satu
membesar. sisi). Pemeriksaan ini juga mengindikasikan
•Biasanya berlangsung dlm beberapa peningkatan ICP.
menit-jam setelah cedera kepala.
Amit M. Shelat, DO, FACP, Attending Neurologist and Assistant Professor of Clinical
Neurology, SUNY Stony Brook, School of Medicine. Review provided by VeriMed
Healthcare Network. Also reviewed by David Zieve, MD, MHA, Isla Ogilvie, PhD,
and the A.D.A.M. Editorial team.
KIRI: Hematomal epidural temporal kanan dengan pergeseran garis tengah. Pasien harus segera
dibawa ke ruang operasi untuk bedah saraf. Ini mungkin memerlukan transportasi segera ke pusat
trauma atau fasilitas lain dengan ahli bedah saraf yang tersedia.
KANAN: CT scan otak pria yg berusia 90 tahun yang tergelincir di atas lantai yg licin. Hilangnya
kesadaran diikuti oleh "interval jernih." Pasien sampai di bawah sadar ED. CT scan menunjukkan
hematoma epidural. Gambar dari Dr Dana Stearns, Rumah Sakit Umum Massachusetts.
TATALAKSANA
•EDH adalah kondisi darurat. Tujuan pengobatan meliputi:
Mengambil tindakan untuk menyelamatkan nyawa seseorang
Mengontrol gejala
Meminimalkan atau mencegah kerusakan permanen pada otak.
•Operasi darurat = Hampir selalu diperlukan untuk mengurangi tekanan di dalam otak.
•Hematom besar atau gumpalan darah padat bisa dikeluarkan melalui operasi
CRANIOTOMY.
•Obat antiseizure dapat digunakan untuk mengendalikan atau mencegah kejang. Beberapa
obat yang disebut agen hyperosmotic dapat digunakan untuk mengurangi pembengkakan
otak.
Amit M. Shelat, DO, FACP, Attending Neurologist and Assistant Professor of Clinical
Neurology, SUNY Stony Brook, School of Medicine. Review provided by VeriMed
Healthcare Network. Also reviewed by David Zieve, MD, MHA, Isla Ogilvie, PhD,
and the A.D.A.M. Editorial team.
PROGNOSIS KOMPLIKASI
Hematoma epidural memiliki risiko •Herniasi otak dan koma permanen
kematian yang tinggi tanpa intervensi •Hidrosefalus tekanan normal, yang dapat
bedah segera. menyebabkan kelemahan, sakit kepala,
Bahkan dengan segera mendapat inkontinensia, dan kesulitan berjalan
perawatan medis, risiko kematian dan •Kelumpuhan atau kehilangan sensasi (yang
kecacatan yang signifikan tetap ada. dimulai pada saat cedera)
Amit M. Shelat, DO, FACP, Attending Neurologist and Assistant Professor of Clinical
Neurology, SUNY Stony Brook, School of Medicine. Review provided by VeriMed
Healthcare Network. Also reviewed by David Zieve, MD, MHA, Isla Ogilvie, PhD,
and the A.D.A.M. Editorial team.
HEMATOMA SUBDURAL
• Subdural hematoma akut perdarahan yang mengumpul diantara duramater dan arakhnoid yang
disebabkan regangan dan robekan vena-vena drainase yang berjalan melintang-menggantung
(bridging veins) dirongga subdural antara permukaan kortikal otak dengan sinus duramatris.
• Etiologi akselerasi atau deselerasi kepala dengan/atau tanpa benturan langsung
• Perdarahan SDH:
• Akut = <3 hari
• Subakut = 3-3 minggu awitan
• Kronik = >3 minggu awitan
• Perdarahan subdural akut terdiri atas bekuan darah yang lembut (seperti gel) setelah
beberapa hari akan dipecah menjadi cairan serosa 1-2 minggu akan terbentuk jaringan
granulasi dengan fibroblas dan PD baru
• Walaupun perdarahan biasanya akan direabsorpsi Seringkali terjadi perdarahan ulang akibat PD
baru yang imatur
• Perdarahan subdural kronik seringkali terjadi pada pasien lanjut usia, orang yang rutin
mengonsumsi alkohol, dan pasien dengan tekanan intrakranial rendah (pasien hidrosefalus dengan
ventriculoperitoneal shunt)
Buku Ajar Neurologi Sagung Seto 2017 Buku Ajar Neurologi FKUI 2017
Pemeriksaan Penunjang
• CT scan kepala (akurasi >90%)
• Hematom subdural klasik: cresent shape
selebar konveksitas otak
• SDH akut memberikan gambaran
hiperdens
• SDH subakut gambaran isodens
• SDH kronis gambaran hipodens https://www.facebook.com/RadiologySigns/photos/a.651754128194334/158130
6548572416/?type=3&theater
• MRI
• Umumnya konfigurasi SDH berbentuk kresentis SDH kronik dapat memberi gambaran berbentuk
bikonveks yang serupa gambaran perdarahan epidural
• Subdural hematoma hiperakut (campuran oksi Hb dan deoksi Hb) gambaran hipo/isotens pada T1
dan hiperintens pada T2
• SDH kronis sinyal hiperintens pada T1 dan T2
• Angiografi bila ada oklusi PD atau aneurisma
Buku Ajar Neurologi Sagung Seto 2017 Buku Ajar Neurologi FKUI 2017
Tatalaksana Konservatif
• Perdarahan SDH akut minimal (<5mm) tanpa efek massa yang mempengaruhi
midline shift atau tanda defisit neurologi dapat diikuti secara klinis
• Bila terdapat herniasi transtentorial + edema otak berikan manitol
• Pemberian fenitoin untuk mengurangi kejang pasca trauma penderita
mempunyai risiko epilepsi pasca trauma kepala pada SDH sebesar 20%
• Fenitoin efektif diberikan sampai hari ke-7 setelah cedera dan tidak efektif untuk
pencegahan serangan pada trauma yang lanjut
• Antibiotika menurunkan risiko pasca operasi
• Transfusi dengan Fresh Frozen Plasma (FFP) dan trombosit mempertahankan
protrombin time diantara rata-rata normal dan nilai trombosit >100.000
• Pemberian kortikosteroid Dexametason kurangi inflamasi dan edema otak
2 Nyeri kepala yg sedang sampai berat, kaku kuduk & tdk ada defisit
neurologis kecuali pd saraf kranial
4 Stupor, hemiparesis ringan sampai dgn berat, deserebrasi, ggg fgs vegetatif
Robbins Basic
Pathology. 10th ed
Meningioma
• Predominan tumor jinak yg bersal dari sel meningoepitelial
arachnoid, biasanya terjadi pada dewasa & menempel
dengan dura
• Meningioma (WHO grade I): masa well-defined pada dura
yg menekan otak, bisa ekstensi ke overlying bone. Pola
histologic berupa meningothelial (kumpulan padat sel spiral
tanpa tampak membrane sel), fibroblastic (sel lonjong dgn
banyak deposisi kolagen), transitional (gabungan
meningothelial & fibroblastic), psammomatous (banyak
psammoma bodies) & secretory (ruang mirip kelenjar
mengandung material eosinofilik)
• Atypical meningiomas (WHO grade II): mitosis meningkat,
inti mencolok, selularitas meningkat, patternless growth,
rasio nucleus: sitoplasma tinggi, nekrosis
• Anaplastic (malignant) meningiomas (WHO grade III):
mirip sarcoma/ karsinoma high grade, mitosis jauh lebih
banyak dibanding atipikal
Robbins Basic
Pathology. 10th ed
Tumor Metastasis
• Paling sering: paru-paru, payudara,
kulit (melanoma), ginjal, GIT
• Metastasis membentuk masa berbatas
tegas, biasanya pada grey-white matter
junction & menimbulkan edema lokal.
Batas tumor & parenkim otak juga jelas
pada mikroskop, dengan gliosis reaktif
disekitarnya.
Etiologi:
• Cedera olahraga
• Terjatuh
• Kecelakaan
• Child abuse
stanfordchildrens.org
Head injury lebih sering terjadi pada anak laki2 daripada perempuan (2:1)
Sering terjadi pada musim spring dan summer (anak2 aktif berkegiatan di luar)
stanfordchildrens.org
Moderate/Severe Symptoms dari Head Injury yang dapat timbul:
• Penurunan kesadaran bahkan coma
• Sakit kepala terus menerus (tidak hilang2)
• Kehilangan short-term memory
• Gangguan pengucapan kata
• Gangguan berjalan
• Kelemahan pada salah 1 sisi tubuh
• Kejang
• Keluar darah/cairan bening dari hidung atau telinga
• Locked-in-syndrome
• Kondisi dimana anak tersebut sadar tetapi tidak bisa bergerak dan berbicara
stanfordchildrens.org
Pediatric Head injury
• Types
• Scalp injury
• Skull fracture (eg, basilar skull fracture)
• Concussion
• Contusion
• Intracranial and/or subarachnoid hemorrhage
• Epidural and/or subdural hematoma
• Intraventricular hemorrhage
• Penetrating injuries
• Diffuse axonal injury (Shaken baby syndrome)
stanfordchildrens.org
SBS
• >1 year (highest risk 2 to 4 months)
• violent shaking that leads to a brain injury
• Can cause
• Change in sleeping pattern or inability to be
awakened
• Vomiting
• Convulsions or seizures
• Irritability, Uncontroltable crying
• Inability to be consoled, nurse or eat
• Unresponsiveness
• Loss of consciousness
• Breathing problems
• Blindness, Mental retardation or developmental
delays , Cerebral palsy, Severe motor dysfunction
(muscle weakness or paralysis)
• Death
Tatalaksana
Stroke Iskemik pada Anak