Anda di halaman 1dari 22

3

PRINSIP KEHATI-HATIAN
(PRUDENT BANKING PRINCIPLES)
1. Sbgmana lembaga keuangan pada umumnya,
kegiatan Bank penuh dgn berbagai risiko, a.l :
a. Risiko pasar (market risk)
b. Risiko suku bunga (interest rate risk)
c. Risiko nilai tukar ( exchange rate risk)
d. Risiko penanaman kembali (reinvestment risk)
e. Risiko fundamental (fundamental risk)
f. Risiko ketidaksesuaian (mistmatch risk), dan
g. Risiko gagal bayar ( default risk).
2. Mark Zandi menyatakan bahwa krisis keuangan
(termasuk krisis perbankan- red) dapat mengancam
perekonomian kapan saja*).
Hanya masalah waktu dan besarannya saja yang
mungkin berbeda.
________________________________________
*) Mark Zandi, Financial Shock, A 360° Look at the Subprime Mortgage
Implosion, and How to Avoid the Next Financial Crisis,
New Jersey : Pearson Education, 2009, pp 242-243.
3.a. Karena asset terbesar pada Bank adalah pinjaman
yang diberikan (Pemberian Kredit), maka di
antara jenis risiko tsb di atas, Risiko Gagal Bayar
inherent dalam kegiatan bank.
b. Zulkarnain Sitompul menyebutkan bahwa :
“Pemberian kredit merupakan fungsi strategis
yang dimiliki bank, dan fungsi ini pula yang
sering kali menjadi penyebab bangkrutnya bank”.
4. Mitigasi risiko (risk mitigation) merupakan upaya
mengendalikan risiko yang harus dilakukan bank pd:
a. setiap saat (every time)
b. setiap kegiatan (at any stage), dan
c. setiap tingkatan (at any level of activities)
5. Oleh karena itu Prinsip Kehati-hatian merupakan
upaya yang harus dilakukan bank, pada :
a. semua tingkatan
b. semua kegiatan, dan
c. semua waktu.
6. a. Pasal 2 UU Perbankan menyebutkan bahwa
“Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya
berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan PRINSIP KEHATI-HATIAN”.
b. Apa yang dimaksud dgn Prinsip Kehati-hatian tdk
dijelaskan dlm Bagian Penjelasan dari Psl 2 UU
tsb. Penjelasan Psl tsb hanya memuat bahwa yg
dimaksud dgn Demokrasi Ekonomi adalah demokrasi
ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
7. Namun dalam Psl 29 ayat 2 UU Perbankan di atas
disebutkan bahwa :
“Bank WAJIB memelihara tingkat kesehatan bank
sesuai dgn ketentuan kecukupan modal, kualitas
aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas,
solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan
dgn usaha bank, dan WAJIB melakukan kegiatan
usaha sesuai dgn PRINSIP KEHATI-HATIAN”.
8. Dari bunyi Pasal 29 ayat 2 UU Perbankan tersebut,
dpt dilihat benang merah antara “kegiatan
perbankan yang senantiasa menganut prinsip
kehati-hatian akan tercermin pada sehat dan
membaiknya tolok ukur :
a. rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio),
yakni ratio antara modal bank (modal inti dan
modal pelengkap) dibandingkan dgn total asset
dan asset yang mengandung risiko (risky asset).
b. kualitas asset (asset quality), terutama earning
assets yang harus berkualitas baik (asset berupa
“Kredit yang Diberikan” harus mendekati 100%
kategori lancar).
c. kualitas manajemen, terutama manajemen
bank harus kompeten dan lolos dari fit and
proper test yang diselenggarakan otoritas yang
berwenang.
d. likuiditas, di mana aspek ini harus terus dijaga
oleh bank agar tetap likuid setiap saat, sehingga
sanggup membayar kewajiban pada saatnya
jatuh tempo.
e. rentabilitas, yang menyangkut tingkat
profitabilitas bank yang tetap harus berada
pada level yang dicapai industri sejenis.
f. solvabilitas, yakni ukuran solvabel tidaknya
bank, di mana asset bank harus selalu lebih
besar dari kewajibannya.
9. Prinsip kehati-hatian yang dilaksanakan dengan
baik dan taat asas akan memberikan perlindungan
kepada nasabah (implicit protection), yakni :
a. Nasabah deposan, di mana akan terlindungi
keamanan dananya yang disimpan di bank.
Dengan menganut prinsip kehati-hatian, bank
tempatnya menabung akan selalu terpelihara
dalam kondisi sehat, dan deposan tdk perlu terus
mengharapkan perlindungan dari Penjaminan oleh
LPS.
b. Nasabah peminjam/debitur, di mana dgn
penerapan prinsip kehati-hatian yang
mengakibatkan kualitas asset bank akan
membaik, suku bunga (pricing) dari kredit
yang diberikan akan lebih kompetitip.
10.a. Pasal 29 ayat 3 UU Perbankan memberikan
arahan pada pemberian kredit sebagai asset
terbesar bank supaya memperhatikan prinsip
kehati-hatian.
b. Di dlm Psl 29 ayat 3 tsb disebutkan bahwa agar
tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah
yang mempercayakan dananya pd bank, bank
antara lain harus membangun sistem pengawasan
intern.
c. Alinea ke 4 dari Bagian Penjelasan Psl 29 ayat 3
tsb menyebutkan bahwa, “mengingat bank
terutama bekerja dgn dana dari masyarakat yg
disimpan pada bank atas dasar kepercayaan, setiap
bank perlu terus menjaga tkt kesehatannya”.
d. Berkaitan dgn prinsip kehati-hatian ini, Pasal 29 ayat
4 menyebutkan bahwa dlm memberikan kredit,
bank wajib menempuh cara-cara yg tdk merugikan
bank dan kepentingan nasabah yg menyimpan
dananya.
e. Kemudian di Psl 29 ayat 5 disebutkan bahwa utk
kepentingan nasabah, bank akan menyediakan
informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko
kerugian bagi transaksi nasabah yang dilakukan
melalui bank.
11. a. Berdasarkan UU No. 21 Thn 2011 ttg Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), fungsi pengaturan dan
pengawasan perbankan di Indonesia tmt 31
/12/2013 dibagi menjadi :
-aspek makro-prudensial tetap ditangan BI.
-aspek mikro prudensial dialihkan ke OJK.
b. Pengaturan dan pengawasan prinsip kehati-
hatian merupakan bagian dari mikro prudensial,
dan oleh karena itu hal ini menjadi kewenangan
OJK.
12. Melalui POJK No. 55/POJK.03/2016 tentang
Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Umum, OJK telah
mengatur bahwa bank wajib menerapkan tata
kelola yang baik dlm setiap kegiatan usaha bank
pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
Hal tersebut di atas diwujudkan paling sedikit
melalui :
a. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
Direksi dan Dewan Komisaris
b. kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite dan
satuan fungsi pengendalian intern
c. fungsi kepatuhan yang dilaksanakan melalui
audit intern dan ekstern
d. manajemen risiko yang dilakukan dengan baik,
dan
e. rencana strategis bank.
13. Di dalam Psl 3 POJK No. 55/POJK.03/2016 tersebut
dicantumkan bahwa OJK akan melakukan penilaian
atas Tata Kelola Bank; dan dlm menilai tsb OJK akan
melihat juga tingkat kepatuhan bank thd hal-hal yang
tidak diperkenankan untuk dilakukan bank, a.l.
larangan untuk :
a. rangkap jabatan bagi Direksi
b. memiliki saham sebesar atau lebih dari 25 % dari
modal disetor, baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama
c. memiliki hubungan keluarga sesama Direksi
atau anggota Dewan Komisaris.
Selanjutnya diatur dlm POJK tersebut bahwa
Direksi wajib menindak lanjuti temuan audit dan
rekomendasi Satuan Pengawas Intern.
14. Esensi dari diterapkannya Prinsip Kehati-hatian
secara baik pada bank akan tercermin pada :
a. Kualitas layanan bank kepada nasabah
b. Pemberian layanan/ jasa yang terarah
c. Kualitas portofolio yang sehat
d. Pricing yang kompetitif.
15. a. Dalam beberapa hal, penerapan Prinsip Kehati-
hatian mengakibatkan nasabah dapat merasa
Bank terlalu mendalam (dan lamban) dalam
meminta informasi kepada nasabah, sehingga
lamban dlm memberikan layanan.
b. Bagaimanapun, bank harus menerapkan prinsip
Know Your Customer (KYC), yang merupakan
amanat Peraturan Perundang-undangan.
16. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance 2014 telah
menerbitkan Pedoman Good Governance Perbankan Indonesia,
yang . Mengenai GCG ini juga termuat dlm PBI No. 8/8/PBI/2006.
Hal tsb dimaksudkan sebagai pedoman khusus bagi perbankan
untuk menciptakan bank dan sistem perbankan yang sehat.
GCG dimaksud mencakup :
a. Keterbukaan (transparency)
b. Akuntabilitas (accountability)
c. Pertanggungjawaban (responsibility)
d. Independensi (independency), dan
e. Kewajaran (fairness).
17. a. End Result dari penerapan Prinsip Kehati-hatian
adalah memberikan perlindungan kpd nasabah/
deposan/ investor.
b. Jika perlindungan hukum bagi investor di pasar
modal adalah melalui penerapan Prinsip
Keterbukaan (full disclosure principles), maka
perlindungan hukum bagi investor di industri
perbankan diberikan dgn penerapan Prinsip Kehati-
hatian (prudent banking principles).
-js-

Anda mungkin juga menyukai