Anda di halaman 1dari 16

Pancasila sebagai Objek

kajian Keilmuan

CATATAN
CATATANAWAL
AWAL: :
 Pancasila bukan agama atau wahyu Tuhan, Pancasila adalah fenomena
 Pancasila bukan agama atau wahyu Tuhan, Pancasila adalah fenomena
historis
historisyang
yang lahir
lahirdari
dari“greget”
“greget”atau
atauolah
olahnalar
nalardan
danolah
olahbatin
batinpendiri
pendiri
bangsa ini untuk memberikan dasar bagi negara Indonesia.
bangsa ini untuk memberikan dasar bagi negara Indonesia.

Sebagai fenomena historis, Pancasila dapat dibedah dari berbagai


Sebagai
perspektif. fenomena
Tujuannya historis, Pancasila
menemukan dapat
kedalaman dandibedah dariPancasila,
kebenaran berbagai
perspektif.
sehingga kita Tujuannya
semakin menemukan
yakin bahwa kedalaman
Pancasila dan kebenaran
memang PandanganPancasila,
Hidup,
sehingga
Dasar kita
Negara, semakin
dan yakin
Ideologi bahwa
Nasional Pancasila
yang memang
paling cocok Pandangan
dengan Hidup,
bangsa
Dasar Negara, dan Ideologi Nasional yang paling cocok dengan bangsa
Indonesia.
Indonesia.

Dari perspektif akademis Pancasila dapat dikaji dari 3 disiplin:


Dari perspektif akademis Pancasila dapat dikaji dari 3 disiplin:
Ilmiah,
Ilmiah,Filsafat,
Filsafat,dan
danTeologi.
Teologi.
CIRI-CIRI
CIRI-CIRIPENDEKATAN
PENDEKATAN
ILMIAH
ILMIAH
(ILMU-ILMU
(ILMU-ILMUPOSITIF)
POSITIF)
 BEROBJEK
(Objek material dan Objek formal)

 BERMETODE
(Ciri khas setiap ilmiah)

 SISTEMATIS
(Membentuk satu sistem yang utuh dan konsisten )

 OBJEKTIF
(Terkait dengan Nilai kebenaran)
CIRI-CIRI PEMIKIRAN
KEFISAFATAN

 Spekulatif-Konseptual

 Kritis-Radikal

 Holistik-Komprehensif

 Rasional-Logik

 Dipertanggungjawabkan
CIRI-CIRI
PEMIKIRAN
TEOLOGI
1. Mendasarkan diri pada keyakinan tertentu

2. Lebih bersifat personal.

3. Kebenaran yang dikomunikasikan berdiri di atas


keyakinan personal.

4. Berada dalam taraf refleksif.

5. Sebagai knowledge System.


FASE-FASE PEMIKIRAN
MENGENAI PANCASILA
PENGANTAR

 Hubungan timbal-balik sejarah dan pemikiran.


 Pemikiran Pancasila baik sebagai pandangan hidup, dasar negara, dan
ideologi nasional ikut membentuk sejarah Indonesia.
 Sebaliknya sejarah Indonesia ikut mempengaruhi warna perkem-
bangan pemikiran atas Pancasila.
 Perkembangan pemikiran atas Pancasila mengalami pasang-surut (up
and down) yang berlangsung dalam 5 periode / fase: fase penemuan
dan perumusan, fase ideologis, fase reflektif, fase kritik, dan fase
revitalisasi / refungsionalisasi.
A. FASE PENEMUAN DAN
PERUMUSAN

 Berlangsung Sidang BPUPKI 28 mei’45 s/d 17 juli ’45


 Sidang BPUPKI I membahas:
a. Syarat-syarat hukum negara
b. Bentuk negara
c. Pemerintahan negara
d. Dasar negara
 Berkaitan dengan dasar negara muncul tiga
gagasan: Muh. Yamin, Soepomo, dan Soekarno.
Gagasan M. Yamin
Pidato tgl 29 Mei 1945

Usul dasar negara yang diajukan:


1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Naskah Rancangan UUD


1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpim oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pidato Soepomo

Tanggal 31 Mei 1945

Tiga persoalan mendasar:


a. Apakah Indonesia akan berdiri sebagai persatuan negara, negara serikat,
atau negara persekutuan.
b. Hubungan antara negara dan agama
c. Pilihan antara republik atau monarkhi

Tentang calon dasar negara usul yang disampaikan:


a. Dasar negara pada hakikatnya adalah pernyataan tentang cita-cita negara.
b. Dasar dan bentuk susunan negara terkait dengan riwayat hidup hukum dan
lembaga sosial negara
c. Struktur masyarakat Indonesia yang asli adalah kebudayaan Indonesia
yang memiliki ciri-ciri antara lain: cita-cita persatuan hidup, keseimbangan
lahir-batin, gotong-royong dan semangat kekeluargaan.
d. Diusulkan negara yang bercorak integralistik.
Pidato Soekarno

Tanggal 1 Juni 1945

Lima dasar yang diusulkan:


1. Dasar kebangsaan
2. Dasar Internasionalisme
3. Dasar mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan
4. Prinsip kesejahteraan
5. Prinsip Ketuhanan

Kelima dasar tersebut kemudian diberi nama: Pantja Sila.


Pada akhir pidato Soekarno berbicara tentang “Tri Sila (Sosio-
nasionalisme, sosio-demokrasi, dan sosio-Ketuhanan); dan “Eka
Sila” (gotong royong).
B. FASE IDEOLOGIS
 Berlangsung 17 Agustus ’45 s/d 17 Agustus ’50.
 Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 45
 Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945 menghasilkan 4
ketetapan.
 Rumusan Pancasila sebagaimana dalam Piagam Jakarta
dengan segala perubahan ditetapkan menjadi dasar
negara.
 Maklumat 3 Nopember 1945 pembentukan partai-partai
baru.
 Muncul konflik ideologi dan terjadi instabilitas politik.
 Kembali menjadi NKRI 17 Agustus 1950.
 Konstitusi RIS.
C. FASE REFLEKTIF

 Berlangsung sekitar tahun 1950-an s/d tahun 1959.


 Berlaku UUDS (Undang-undang Dasar Sementara).
 Lahir tafsir Pancasila secara akademik.
 Perdebatan terbuka dan sistematis.
 Kompleksitas ideologis semakin deterministik dan
kritis.
 Konflik ideologi melalui dua jalur: politik-
kenegaraan dan jalur masyarakat.
 Seminar Pancasila I (16-21 Feb 59) di Yogyakarta
D. FASE KRITIK
 Kurun waktu Dekrit Presiden 5 Juli 1959 s/d masa orde
baru
 Diawali peristiwa G/30/S/PKI tahun 1965
 Orde Baru mulai berkuasa.
 Komitmen dan orientasi Orde Baru:
1. Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
2. Pelaksanaan pembangunan nasional secara terencana.
 Ada warna dan orientasi baru
 Lahirnya Tap MPR NO. II/MPR RI /1978 tt. Eka Prasetya
Pancakarsa.
 Muncul persoalan-persoalan baru:
1. Seberapa jauh pembangunan nasional bukan ideologi
baru yang lain dari Pancasila?
2. Seberapa jauh pembangunan nasional merupakan
operasionalisasi Pancasila ?
3. Seberapa jauh Pancasila merupakan ideologi
pembangunan?
E. FASE REVITALISASI
 Diawali krisis moneter 1997, yang berlanjut dengan krisis ekonomi.
 Rezim Orde Baru runtuh.
 Dimulai babak baru (reformasi).
 Pencabutan Tap MPR No.II/MPR RI /1978 tentang P-4.
 Muncul konflik vertikal dan horisontal.
 Perubahan mutu kehidupan masyarakat tidak membaik
 Flatform reformasi mulai dipertanyakan.
 Reformasi mendorong “senjakala” Pancasila ?
 Perlu revitalisasi dan refungsionalisasi Pancasila ?
REFLEKSI ATAS PERKEMBANGAN
PEMIKIRAN PANCASILA
FASE PENEMUAN DAN PERUMUSAN
Pancasila semula adalah formula ideologi kebangsaan, kemudian menjadi Dasar Negara

FASE IDEOLOGIS
Pancasila diakui sebagai dasar negara (sumber hukum) dan ideologi negara.

FASE REFLEKSIF
Pergumulan ideologi menjadi terbuka, terjadi pemikiran refleksif atas Pancasila. Dari satu
fihak Pancasila dipermasalahkan, namun Pancasila tetap dipertahankan.

FASE KRITIK
Muncul pemikiran kritis untuk menemukan kriteria dalam memahami dan memaknai
Pancasila dalam kedudukannya sebagai Pandangan Hidup, dasar negara, dan Ideologi
Nasional.

FASE REVITALISASI
Mempertanyakan dan memikirkan bagaimana merevitalisasi dan merefungsionalisasi
Pancasila sehingga sungguhg-sungguh menjadi relevan dalam kehidupan bersama.

Anda mungkin juga menyukai