Anda di halaman 1dari 91

Liturgi dalam Sejarah Gereja

Pengaruh Taurat
• Zaman Yesus interpretasi atas taurat terdapat
dalam tiga ‘buku’ yaitu:

Mishnah

Gemara (kumpulan pengembangan Mishnah)

Talmud
Pengaruh Taurat

• Agama Kristiani lahir dalam pengaruh kuat


Kitab Taurat dan Kitab para nabi.
• Orang Kristen-Yahudi tetap memegang
tradisi.
• Ada penyimpangan makna: “covenant” dan
“bangsa pilihan”
• Pesta roti tak beragi (selama 7 hari) juga
dirayakan orang Kristen Yahudi, yang kemudian
dikembangkan lagi oleh orang Kristen non
Yahudi.
• Anggur sudah lazim zaman Yesus, untuk obat,
dan diminum.
Ciri khas liturgy Yahudi yang mempengaruhi
liturgi Kristiani:
• “Berakah”  blessing  eukaristein  ucapan
syukur!

• “zikkaron”  Memorial  anamnesis 


kenangan
Abad 0-3 (Edict Milan)
• Liturgi Gereja Pada Abad Pertama
• Ciri-ciri dan fakta hitoris serta dampaknya pada liturgi
• Issu-Issu Teologi
• peristiwa penting
Liturgi Gereja pada Abad Pertama
Ibadat dan Tempat Ibadat
• Jemaat Kristen perdana tidak mempunyai bentuk/ciri khas
khusus untuk rumah ibadat.
• Mereka tetap melanjutkan menggunakan tempat-tempat
ibadat orang Yahudi sebagai tempat beribadat, yakni di
Bait Allah (dihancurkan tahun 70), di sinagoga, dan di
rumah.
• Artinya, jemaat Kristen perdana juga masih
menggunakan tata ibadat orang Yahudi, ritual
Yahudi,
• bahkan mereka merasa bahwa mereka masih bagian
dari beragama Yahudi (berpegang pada adat tradisi
Yahudi).
• Mereka belum melihat bahwa menjadi orang Kristen
berarti menganut agama “baru” yang berbeda dari
agama Yahudi.
• Karena penyebaran Gereja perdana juga sampai
kepada orang-orang non Yahudi, khususnya orang-
orang Yunani maka mulai timbul benih-benih
pengucilan terhadap orang Kristen Yahudi oleh orang-
orang Yahudi sendiri.
• Orang Kristen Yahudi mulai di tolak beribadat di
tempat-tampat ibadat Yahudi.

• Dalam perjalanan waktu, rumah-rumah kediaman


orang-orang non Yahudi yang besar menjadi tempat
ibadat karena mampu menampung umat dalam
jumlah besar.
• Dalam tradisi Yahudi, ibadat di Bait Allah adalah
ibadat miliknya kaum laki-laki sementara kaum
perempuan tidak mendapat tempat, khususnya saat
berlangsung upacara mempersembahkan kurban.

• Ibadat di Sinagoga sedikit lebih memberi ruang


kepada kaum perempuan.
• Sebaliknya, dalam kebudayaan Hellenik (dan Greco-
Roman world), rumah merupakan ruang/tempat
bagi kaum perempuan, di mana partisipasi
perempuan sangat umum bahkan posisi perempuan
sebagai pemimpin dianggap cukup wajar.
• Hanya saja peranan perempuan menjadi semakin
berkurang sejak tradisi kristiani mulai masuk budaya
Hellenik itu.

• Kekhasan jemaat perdana ialah adanya kesadaran


yang kuat di kalangan jemaat bahwa doa dan ibadat
bisa dilaksanakan di mana saja.
• Maka jemaat perdana menjadi terbiasa beribadat di
berbagai tempat yang memungkinkan untuk itu.

• Misalnya: di tempat terbuka, di rumah-rumah orang


miskin, di gua, dan di tempat-tempat di mana mereka
bisa berkumpul untuk memecahkan roti.
• Jemaat perdana lebih fokus pada jemaatnya
(orangnya) daripada ruangan atau tempat.

• Gereja adalah jemaat bukan bangunan.

• Dalam bahasa Yunani, ekklesia artinya adalah umat


yang percaya bukan bangunan dan juga bukan
struktur hirarki.
‘Musik’
• Dalam tradisi orang-orang semitik, orang Yahudi misalnya,

membaca teks ayat-ayat suci disertai dengan ritme, intonasi,


tempo dan tekanan volume suara yang khas, yang berbeda
dengan saat orang berbicara biasa.

• Maka, dalam tradisi orang Yahudi kuno agak sulit


membedakan antara orang yang sedang bernyanyi dengan
sedang membaca.
‘Musik’
• Bahkan tidak jarang cukup sulit untuk membedakan
antara orang sedang berkotbah/mengajar dengan
orang yang sedang bernyanyi.

• Kebiasan ini juga berpengaruh dan menjadi cikal


bakal adanya lagu atau musik ibadat.
• Tradisi Yahudi yang seperti itu akhrinya juga berpengaruh
bagi gereja awali di mana gereja awali juga akhirnya
mengenal tradisi ibadat yang audible (audible worship).

• Di negara-negara barat (misalnya Romawi) orang-orang


sudah terbiasa bisa membedakan antara bernyanyi
dengan berbicara.
Kitab Taurat

• Kitab Taurat mendapat tempat sangat penting


dalam tradisi orang Yahudi.
• Orang Yahudi pada zaman Yesus percaya akan
perkembangan refleksi atas Kitab Taurat melalui
interpretasi secara verbal (oral law) juga merupakan
bagian dari pewahyuan dari Allah,
Kitab Taurat

• Interpretasi itu secara khusus menjadi pegangan


kuat bagi orang-orang Farisi.
• Kemudian refleksi atas taurat yang dibuat oleh
orang-orang Farisi ini termasuk menjadi sumber
konflik antara mereka dengan Yesus.
• Gereja perdana lahir dalam pengaruh budaya Kitab
Taurat ini, termasuk dipengaruhi oleh budaya yang
lahir dari interpretasi atas Kitab Taurat tersebut.
• Jemaat Gereja perdana menerima Kitab Suci
Perjanjian Lama (Kitab Taurat, Kitab Para Nabi)
sebagai Sabda Allah.
• Jemaat Gereja Perdana percaya bahwa menerima
dan mewartakan Sabda Allah itu adalah merupakan
perayaan iman (liturgi),
• bahkan seperti orang Yahudi pada umumnya
Jemaat Gereja perdana melihat studi Kitab Suci
adalah merupakan ibadat atau perayaan iman
(liturgi).
• Mereka meneruskan tradisi orang Yahudi di dalam
Gereja yakni dengan berpusat pada pewartaan
Sabda Allah secara publik dengan memberi bekat
sambil bernyanyi.
• Sama seperti orang Yahudi, pada zaman Gereja
perdana terdapat juga tradisi verbal (oral tradition)
dalam liturgi di samping penggunaan teks-teks
tertulis Kitab Suci (PL)
• kemudian dalam perjalanan sejarah karena
kebutuhan jemaat yang terus berkembang, tradisi
verbal itu tadi atau kisah-kisah yang disampaikan
secara oral kemudian ditulis.

• Tradisi verbal (oral tradition) menjadi tradisi teks.


• Akibat lebih lanjut: baik itu tradisi verbal maupun
teks-teks yang dituliskan pada zaman Gereja
perdana dihargai sebagai Sabda Allah.

• Ini juga menjadi bagian dari sejarah munculnya teks-


teks Perjanjian Baru. Tidak semua teks yang berasal
dari zaman Gereja perdana diterima menjadi bagian
dari Perjanjian Baru.
Peralatan liturgi

• Peralatan liturgi Yahudi yang mempengaruhi liturgi Gereja


perdana bukanlah peralatan liturgi yang terdapat di Bait
Allah dan juga bukan peralatan liturgi yang ada di
Sinagoga, melainkan peralatan liturgi yang ada di rumah.

• Misalnya penggunaa roti tak beragi (matzah).


• Perayaan paskah adalah perayaan liturgi di rumah
(domestic celebration) dan menjadi perayaan yang
kemudian khas bagi jemaat Gereja perdana.
• Tentunya bagi orang Yahudi roti tak beragi biasanya
diletakkan menggunakan wadah keranjang
sedangkan bagi jemaat yang berasal dari bangsa
Yunani-Romawi biasa menggunakan wadah dari
logam
• Demikian juga dengan penggunaan anggur dan air
serta wadahnya, semuanya datang dari tradisi liturgi
yang dirayakan di rumah.
Teologi Liturgi

• Pada zaman Gereja perdana teologi liturgi juga


dipengaruhi oleh teologi liturgi Yahudi teristimewa
teologi Paskah.
• Gereja perdana sudah mulai menyadari liturgi adalah
sebuah perayaan kurban (sacrifice // qorban).
• Dalam Perjanjian Lama dikisahkan bagaimana
kurban dipersembahkan di Bait Allah,
• demikian juga domba yang sudah dipersiapkan
sebelumnya dikurbankan dan menjadi elemen
penting dalam perayaan Paskah.
• Perjanjia Baru juga mengisahkan hal yang sama
terjadi dalam Gereja perdana (bdk. 1 Kor 11),
• Yesus saat merayakan perjamuan malam terakhir
mengidentikkan diriNya sebagai kurban paskah dan
menggambarkan dirinya dengan roti yang dipecah
dan bagikan kepada para Rasul.
• Selain kurban, salah satu ciri khas liturgi Yahudi ialah
memberi berkat (berakah).

• Konsep berkat dalam tradisi Yahudi dapat dipahami


dari kisah penciptaan: dengan berkatnya Allah
menjadikan segala sesuatu menjadi ada dan hidup.
• Tanpa berkat maka segala sesuatu tidak ada dan
tidak hidup.

• Memberi berkat berarti memperharui sesuatu dan


menjadikan ‘hidup’.
• Demikian juga Gereja perdana sadar bahwa liturgi
yang mereka rayakan selalu memperharui hidup
mereka, dan memberi jaminan hidup baru.
• Pembaharuan hidup karena berkat dari Allah
merupakan bagian dari Perjanjian Allah dengan
manusia.

• Maka liturgi Gereja perdana sama dengan liturgi


bangsa Yahudi yakni perayaan akan kenangan
Perjanjian (anamnesis // zikkaron).
• Konsep kenangan dalam liturgi bukanlah konsep
psikologis dan imaginasi, melainkan justru fokus
akan kehadiran keselamatan “saat ini” bukan soal
masa lampau.
Rekonsiliasi

• Liturgi selalu dirayakan sebagai perayaan


pemulihan relasi antara Allah dengan manusia
yang sempat rusak karena dosa.
• Yesus memulihkan relasi semua orang (semua
bangsa) dengan Allah, bukan hanya relasi Bangsa
Israel dengan Allah tetapi relasi semua orang yang
percaya kepadaNya.
Ciri Gereja Perdana pada Abad 0-3 (Edict
Milan)
• Jemaat Kristen perdana tidak berminat akan
perayaan di gedung (temple)

• Liturgi adalah perayaan keluarga (Domestic Liturgy)

• Improvisasi
Ciri Gereja Perdana pada Abad 0-3 (Edict Milan)

• Menjadi martir adalah keutamaan paling tinggi,


liturgy dalam arti sempit tidak begitu menonjol.

• Liturgi di Bait Allah didominasi laki-laki; untuk


orang Kristen: liturgy di rumah (dalam keluarga)
peranan perempuan juga cukup penting.
Peristiwa penting pada abad 0 - 3
• Pada awalnya penyebaran kekristenan berlangsung
dengan cara “oral transmission”
• Abad 1 (0-100 C.E): proses penulisan Perj. Baru
berahir.
• (Proses Canonial PB secara definitif selesai 451 C.E di
Konsili Calsedon)
• Edict Milan (Kaisar Konstantine)  Pindahnya pusat
kekuasaan politik dari Roma
Bandingakan kisah Pentekosta:

• Proses lahirnya Gereja.


• Proses lahirnya liturgi.
• Kitab Suci PB ditulis dalam konteks iman
akan Kristus yang bangkit.  bukan
sepenuhnya laporan sejarah
Kisah Pentakosta (Kis 2:1-12)
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di
satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti
tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana
mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti
nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-
masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka
mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang
diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh
dari segala bangsa di bawah kolong langit. Ketika turun bunyi
itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena
mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata
dalam bahasa mereka sendiri. Mereka semua tercengang-
cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua
yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita
masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa
kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita:
kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea
dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan
daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-
pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut
agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar
mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang
perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.“ Mereka
semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu
sambil berkata seorang kepada yang lain: "Apakah artinya ini?"
Gereja “Domestik” (100 – 313)
• Pada abad pertama, hidup Kristiani lebih dikenal
sebagai sebuah pergerakan dan bukan sebuah agama
seperti agama Yahudi.
• Sejak Bait Allah di Yerusalem dihancurkan orang-orang
Kristen Yahudi maupun orang Yahudi sendiri banyak
yang melarikan diri dari Yerusalem dan umumnya pergi
ke Antiokia (ibu kota Syria) dan Antiokia sendiri berada
di bawah kekuasaan Provinsi Roma.
• Perlahan-lahan orang Kristen Yahudi mulai menjaga
jarak dari orang (agama) Yahudi.
• Pengucilan-pengucilan yang dulu dialami oleh orang
Kristen perdana di Yerusalem terus berkembang di
perantauan atau di tempat pelarian.
• di sana orang-orang Kristen harus memperjuangkan
identitasnya baik terhadap tradisi Yahudi maupun
tradisi/agama Romawi.
• Terhadap orang Roma/Yunani, orang-orang Kristen
juga menjaga identitasnya sebagai pengikut Kristus
yang berbeda dengan agama orang Romawi/Yunani,
baik itu dalam praktek ritual keagamaan dan juga
berbeda dalam hal penggunaan teks-teks keagamaan.
• Hingga pada akhirnya orang Kristen dengan tegas
menunjukkan “pandangan teologisnya” dan dampaknya
pada ekspresi iman (liturgi).
• Misalnya:
orang Kristen dengan tegas mengakui Yesus adalah
Mesias sedangkan orang Yahudi tidak,
beberapa praktek berpuasa Yahudi sudah tidak
dilakukan orang Kristen lagi,
orang Kristen tidak lagi merayakan Hari Sabat tetapi
merayakan Hari Minggu.
• Antara orang Yahudi (beragama Yahudi) sendiri pernah
terjadi konflik (revolusi) melawan penjajah Romawi yakni
pada tahun 66-70 dan kemudian tahun 132-135.
• Situasi ini juga membuat orang Kristen perlu menunjukkan
posisinya, sehingga banyak orang Kristen Yahudi dengan
tegas mengatakan bahwa mereka sudah menjadi orang
Kristen dan meninggalkan tradisi Yahudi.
• Upaya pembedaan/ pemisahan diri itu menyebar ke
seluruh daeran Mediterania.
• Rasul Paulus adalah contoh missionaris Kristen yang
paling berpengaruh dan paling sukses.
• Pada akhir abad pertama diperkirakan jumlah orang
kristen sudah mencapai 20 ribu orang.
• Perkembangan orang Kristen juga membawa konflik
dengan pemegang otoritas Roma, dan mulailah
penganiayaan terjadi, misalnya diawali oleh Kaisar Nero,
dst.
• Dalam periode tahun 100-313 menjadi periode di
mana Gereja mulai mencari bentuk strukturnya, mulai
memikirkan bentuk-bentuk perayaan iman (liturgi)
dan juga mulai merasa perlu merumuskan ajaran-
ajaran dogma Gereja.
• Peranan pembagian tugas Uskup, diakon, dan
pelayan-pelayan Gereja lainnya mulai ditata pada
periode waktu ini.
• Struktur perayaan Ekaristi yang umum dirayakan pada
pertengahan awal abad ke dua menjadi struktur yang
cukup populer.
• Filsafat Yunani juga mulai digunakan untuk
menjelaskan iman Kristiani.
• Pada tahun 100-313 ciri khas Gereja dikenal sebagai:
 ‘kebudayaan’ Urban :
kumpulan/kesatuan orang-orang urban atau
menganut (budaya/agama urban),
‘Asing’ (‘kafir/Gentile):
Gereja berkembang menjadi kumpulan orang
“asing” (‘kafir’/Gentile) dan berbudaya Hellenis
yang di dalamnya terdapat budaya dan
keyakinan iman yang sungguh berbeda dari
yang lain pada zaman itu.
• Kepemimpinan Gereja pada periode waktu ini masih
belum mengenal sistim sentralisasi.
• Umumnya Gereja masih terdiri dari kumpulan
komunitas-komunitas lokal yang masih belum
mempunyai konsep/ kesadaran akan Gereja universal
seperti sekarang.
• Dampaknya adalah perayaan-perayaan liturgi lebih
disadari sebagai perayaan-perayaan komunitas lokal
dan untuk kepentingan komunitas lokal.
• Gereja sangat kental dengan aspek kekeluargaannya
dari pada aspek struktur dan praktek institusi,
termasuk dalam perayaan liturgi.
• Liturgi lebih dirasakan sebagai perayaan
domestik/komunitas (keluarga) dan bukan perayaan
yang pelaksanaanya didasarkan atas ketetapan-
ketetapan institusi/otoritas.
• Maka era Gereja pada tahun 100-313 lebih dikenal
sebagai “era Gereja domestik”.
• Gereja lebih dipahami sebagai “keluarga/komunitas”
daripada sebuah organisasi internasional.
Arsitektur
• Pada periode 100-313, jemaat Kristen umumnya
beribadat di rumah-rumah jemaat yang memungkinkan
menampung banyak orang untuk berkumpul.
• Jemaat Kristen sudah mulai mempunyai kesadaraan
akan pentingnya ruangan untuk beribadat, meskipun
masih belum mempunyai ciri khas bangunan beribadat.
• Katekomba-katekomba juga menjadi tempat yang sering
digunakan untuk beribadat.
• Ada ditemukan beberapa sinagoga kristen tetapi tidak
ada standard arsitektur untuk sinagoga.
• Pada sekitar tahun 300 ditemukan beberapa bangunan
rumah yang ruangannya sudah dirancang untuk ibadat
orang Kristen dan dikenal dengan istilah aula ecclesiae.
Musik
• Pada abad pertama musik dan lagu yang dikenal oleh
umat Kristen biasanya lagu dan musik yang berasal dari
ibadat di Bait Allah di Yerusalem.
• Sejak Bait Allah dihancurkan, tradisi musik dalam ibadat
itu akhirnya ditiadakan baik itu dalam ibadat orang
Yahudi maupun Kristen bahkan sampai abad berikutnya.
• Ketika penyebaran Gereja Kristen terus berkembang
disertai dengan upaya untuk memisahkan diri
(mencari perbedaan) dari agama Yahudi, maka banyak
kebiasaan ibadat di Bait Allah juga ditinggalkan
termasuk lagu-lagu dan musik yang digunakan untuk
ibadat di bait Allah.
• Kemudian saat orang-orang non Yahudi sudah
mendominasi Gereja Kristen, mereka juga tidak
memasukkan unsur-unsur alat musik yang
digunakan dalam masyarakat pada umumnya karena
seringkali alat musik dan lagu diasosiasikan dengan
kebudayaan kafir.
• Kemudian sekitar abad pertama mulai tumbuh
kesadaran kesatuan umat beriman (rasa kekeluargaan
dalam satu komunitas),
• kesatuan itu ingin mereka tunjukkan dengan cara
menyerukan suatu himne atau pujian menggunakan
satu suara secara bersama-sama.
• Maka mulailah Gereja mengenal musik (musik
vocal).
• Pada abad ke dua dan tiga ada perkembangan musik
(vocal) di dalam Gereja
• musik vocal/lagu itu lahir sebagai bagian dari
ungkapan kesatuan jemaat yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan ritual liturgis.
• Karena adanya kaitan tak terpisahkan antara doa dan lagu,
maka pada abad pertama dan ke 2 (bahkan abad ke 3)
dalam perayaan liturgi, tidak ada solis, cantor, pemazmur,
dll., semua umat adalah ‘penyanyi’ dan sekaligus
‘pemusik’ (vocal).
Buku-buku liturgi
• Ada beberapa tulisan tentang liturgi pada abad ke-dua
dan ke-tiga, tetapi tulisan-tulisan itu adalah tulisan
lepas dan sifatnya bukanlah buku-buku doa.
• Pada tahun 100-313 juga masih belum mengenal ritus
resmi Gereja meskipun sudah mulai ada semacam
kesadaran akan bentuk/pola ritual liturgi Kristen.
Buku-buku liturgi

• Meskipun demikian, secara umum pada masa ini


perayaan liturgi sifatnya masih improvisasi,
‘mencoba-coba’ (experiment), dan ritual liturgis yang
bebas, belum ada buku-buku liturgi sebagai standard
panduan.
Roti dan Anggur

• Menurut tradisi di Gereja Timur dan Barat, untuk


perayaan Ekaristi, orang-orang Kristen awali
menggunakan roti dan anggur yang mereka konsumsi
sehari-hari.
• Meskipun dalam tradisi Kristen dikatakan bahwa pada
Malam Perjamuan Terakhir, Yesus menggunakan roti
tak beragi, tetapi Gereja Perdana lebih
memperhatikan perayaan Ekaristi sebagai kenangan
akan Yesus yang memberikan (membagikan) diriNya
sendiri kepada para murid melalui roti dan anggur;
• Jemaat Gereja Perdana tidak menaruh perhatian
pada kenangan akan jenis roti dan jenis anggur
yang digunakan oleh Yesus.
• Pada zaman Gerja Perdana, materi roti dan anggur
sudah diterima sebagi unsur yang hakiki dan tak
tergantikan dan dipandang sebagai “materi” suci,
• akan tetapi penekanan penggunaan “materi” roti
dan anggur ini adalah untuk menguduskan umat.
• Pada zaman Gerja Perdana umatlah yang menjadi
perhatian pokok, dan …
• tujuan ibadat dilaksanakan adalah untuk pengudusan
umat.
• karena yang menjadi fokus dari setiap perayaan
adalah pengudusan umat maka aspek lahiriah dari
ritus atau materi yang digunakan seringkali tidak
dipersoalkan.
• Semua masih improvisasi, belum ada rumusan baku
suatu ritus perayaan liturgi.
• Perayaan-perayaan liturgi lebih menekankan aspek
spiritual daripada aspek lahiriah dari suatu ritus.
Issu teologi penting (abad 0 – 3)
• Issue Kristologi :
 Arianisme (Arius 250-336): Yesus tidak
sepenuhnya sama dengan manusia umumnya
(memiliki keistimewaan khusus) tetapi di sisi lain
dia tidak sepenuhnya illahi juga.
 Gnostic dan Docetism: meragukan kemanusiaan
Kristus. Yesus tidak sungguh menderita ketika di
salib. Menentang tradisi Gereja.
• Issu mengenai tradisi:

• Gnosticism menginterpretasi iman dengan bebas


termasuk di luar konteks Gereja dan mengabaikan
fungsi otoritas Para Rasul yang membangun tradisi
dalam Gereja.
• Issu mengenai tradisi:
• Ireneus: menentang Gnosticism. Iman yang dimiliki
oleh Gereja adalah iman yang diterima dari Para Rasul
diteruskan dalam tradisi Gereja.
• Iman yang diteruskan dalam Tradisi Gereja, adalah
diterima dari Kristus melalui Para Rasul dan sudah
ditetapkan dalam Kanon Kitab Suci.
Kanon Kitab Suci

• Proses Kanonisasi KS adalah proses penetapan


Kitab Suci yang dipakai dalam Gereja. Proses ini
meliputi keputusan Gereja dalam menyeleksi
kitab-kitab mana saja yang dijadikan Kitab Suci
Gereja.
Kanon Kitab Suci

• Kriteria yang dipakai oleh Gereja adalah: Kitab-kitab


atau tulisan-tulisan yang sudah dikenal, diakui dan
“dialami” oleh banyak komunitas-komunitas jemaat
Kristen.
• Letak otoritasnya adalah pada sejauh mana kitab itu
dikenal, diterima dan dihayati oleh jemaat.
Edict Milan (Constantine) - 313
•Kebebasan kepada orang Kristen
•Penghormatan kepada nilai-nilai hidup kristiani
•Kebebasan kepada semua aktifitas Kristiani
Edict Milan (Constantine) - 313

•Gereja peziarah:
ziarah ke tempat-tempat yang dianggap suci,
misalnya ke tempat penting dalam sejarah
hidup Yesus di Yerusalem/Palestina
ziarah ke Roma:
 konsekwensi “budaya peziarah” terhadap liturgy ?
Respons terhadap issu-issu teologis:
• Kaisar Constantine mengundang untuk diadakannya
sidang konsili di Nicea (325)!
Menolak (dan melarang) ajaran Arianism.
Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia.
Maria adalah Teotokos
•  konsekwensi untuk Liturgi: munculnya rumusan
Credo (Syahadat Para Rasul dan Nicea)
Konsekwensi praktis lainnya:
Gereja Para Peziarah
• Helena memimpin ziarah ke Yerusalem.
• Basilika St. John Lateran, menjadi Gereja Paus.
• Basilika St, Maria Magiore : edict milan,
• Basilika St. Petrus : Gereja para peziarah
• Basilika St. Paulus :
• Issu teologis: Teotokos
• Munculnya konsep-konsep baru atau gelar-gelar
baru untuk Yesus, misalnya:
dulu Yesus adalah Gembala  Kristus Raja
Maria Bunda Allah
Yesus Putra Allah
Dll
• Tempat-tempat ziarah bertumbuh.
• Penyebaran Relikwi  munculnya devosi
• Munculnya banyak kebutuhan-kebutuhan praktis
untuk keperluan mengekspresikan iman.
• Perayaan Liturgi bergeser, dari “Domestic
Celebration” to “a temple Celebration”.
• Dari “Liturgi sebagai perayaan keluarga” menjadi
perayaan di gedung-gedung publik.
• Dari katekomba ke gedung-gedung teater atau kuil.
• Masuknya unsur-unsur budaya non-Yahudi ke
dalam perayaan liturgi.
• Ekspressi seni dalam liturgi mulai mendapat
tempat penting
• Selain Ekaristi, sakramen baptis menjadi sangat
penting dalam Gerja Perdana.
• Pernyataan keyakinan iman (Credo) adalah sangat
penting dalam perayaan Ekaristi dan Baptisan.
• Pengudusan dan penyucian umat beriman sangat
penting dan mendapat tempat utama.
• Perhatian dan focus liturgi bukan pada aspek-aspek
lahiriah dari suat ritus atau materi yang digunakan
dalam perayaan liturgy, tetapi pada umat.
Edict Milan – 750

Anda mungkin juga menyukai