YUYUN CHRISTYANNI
POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
2021
PENDAHULUAN
• Buka tutup jarum. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area
penusukan dengan tangan non dominan. Membuat kulit menjadi lebih
kencang dan vena tidak bergeser, memudahkan penusukan. Sejajar vena
yang akan ditusuk perlahan dan pasti. Pegang jarum pada posisi 30.
• Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena
• Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit
dan tangan dominan menarik plunger.
• Observasi adanya darah pada spuit
• Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.
Lanjutan..
• Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan,
sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol
pada area penusukan
• Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi
betadin
• Kembalikan posisi klien
• Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan ke dalam bengkok
• Buka sarung tangan
• Cuci tangan
• Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
IMPLIKASI KEPERAWATAN PEMBERIAN TERAPI IV
1. Pengkajian
• Pengumpulan data/informasi baik yg bersifat subjektif maupun
objektif
• Data subjektif : riwayat pengobatan sekarang (dosis, frekuensi,
rute, dokter yg meresepkan), alergi dan reaksi terhadap obat,
kepatuhan klien thd aturan pengobatan dan alasan
ketidakpatuhan, pengetahuan klien tentang obat dan efek
sampingnya, harapan dan persepsi klien tentang efektivitas obat,
riwayat penyakit dahulu dan terapi obat termasuk reaksinya.
• Data objektif : focus pada gejala yg muncul dan organ yg
kemungkinan besar terpengaruh oleh terapi obat, pemeriksaan
lab, pemeriksaan diagnostic dan pengkajian fisik.
Lanjutan..
2. Diagnosa keperawatan yg mungkin muncul pada pemberian terapi
intravena
• Kurang pengetahuan tentang terapi obat b/d kurang informasi dan
pengalaman, keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber informasi
• Ketidakpatuhan terhadap terapi b/d sumber ekonomi terbatas,
keyakinan tentang kesehatan, pengaruh budaya
• Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan, nyeri dan
ketidaknyamanan
• Ansietas b/d perubahan status kesehatan, perubahan status social
ekonomi, perubahan pola interaksi
• Penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif b/d terapi obat yg
kompleks, kurang pengetahuan
Lanjutan..
3. Perencanaan Keperawatan
• Tahap perencanaan dari proses keperawatan ditandai dengan
penetapan tujuan atau hasil yang diharapkan.
• Kriteria tujuan perencanaan yang efektif yaitu: Berpusat pada klien
dan jelas menunjukkan perubahan yg diharapkan (spesifik)
• Dapat diterima baik oleh klien maupun perawat (tergantung pada
kemampuan pengambilan keputusan dari klien) (Achieveable)
• Realistik dan dapat diukur (Measureable dan Realistik)
• Batas waktu yang realistik (Time)
• Evaluasi yang jelas
Lanjutan..
• CONTOH:
• Tn. Ahmad akan bisa mandiri dalam memberikan dosis insulin yang
diresepkan pada akhir session ke empat pertemuan.
• Who+Does+What+How+When=Goal
• Contoh: Klien+mampu mendemonstrasikan+memberikan dosis
insulin+tanpa bantuan+sebelum keluar RS
Lanjutan..
4. Implementasi Keperawatan
• Fase penerapan meliputi tindakan keperawatan yang perlu untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
• Penyuluhan dan pengajaran kepada klien adalah kunci tanggung
jawab keperawatan selama fase ini
• Pemberian obat dan pengkajian efek obat juga merupakan tanggung
jawab keperawatan yang penting
• Mengikutsertakan anggota keluarga atau teman dalam rencana
pengajaran
Lanjutan..
5. Evaluasi
• Efektivitas pendidikan kesehatan mengenai terapi obat dan
pencapaian tujuan dinyatakan pada tahap evaluasi dari proses
keperawatan
• Evaluasi yang dilakukan akan tercapai tergantung dari waktu spesifik
yang ditentukan pada pernyataan tujuan
• Jika tujuan tidak terpenuhi, perawat perlu menentukan penyebabnya
dan mengkaji ulang sesuai dengan sebabnya → Diperlukan adanya
penambahan data untuk pengkajian dan lingkup tujuan baru. Jika
tujuan terpenuhi, maka rencana keperawatan telah selesai