Istilah cyber diambil dari nama ilmu cybernetics yang berperan dalam membangun dunia virtual yang dikenal dengan cyberspace. Cybernetics dalam bahasa Yunani kybernetes yang artinya skilled in steering or governing atau kemampuan untuk mengarahkan atau mengatur. cybernetics adalah ilmu pengetahuan tentang mengatur atau mengarahkan sistem mulai dari yang sederhana hingga yang paling kompleks dengan cara memahami sistem dan prilaku terlebih dahulu dan mengaturnya dari luar sistem melalui berbagai alat, cara dan metode. Konsep cybernetics kemudian diterapkan dalam sains komputer, teknik elektro, robotic, dan ilmu lainnya. Cybercrime merupakan efek penggunaan teknologi high tech dibidang teknologi komunikasi dan informasi yang berdampak negatif sangat luas dalam kehidupan masyarakat. Kejahatan ruang cyber diistilah juga dengan kejahatan maya sebagai pengganti istilah cyber, sehingga cyberspace diterjemahkan dengan dunia maya. Dengan demikian cybercrime diterjemahkan dengan kejahatan mayantara atau kejahatan di ruang cyber Istilah lain yang digunakan untuk cybercrimes adalah kejahatan komputer. komputer sebagai alat elektronik yang dapat menghitung atau mengolah data secara cermat sesuai yang diinstruksikan dan memberikan hasil pengolahan serta dapat menjalankan sistem multi dimensi (film, musik, televisi, faksmile). Biasanya terdiri dari unit pemasukan, unit pengeluaran, unit penyimpanan serta unit pengontrolan. cybercrimes yang kita maksud hari ini sudah lebih luas, tidak hanya sebatas komputer tetapi juga meliputi internet. Internet merupakan generasi perkembangan komputer. Komputer berkembang pesat melalui beberapa tahap generasi. Perkembangan kemampuan sistem operasional (operasional systems) komputer, seperti teknologi Personal Computer (PC) berkembang teknologi komputer dalam bentuk mini, seperti laptop, notebook, iPad dan lainnya Hukum dibidang cyber atau cyberspace disebut dengan cyberlaw. Dalam pengaturan hukum tergabung dalam hukum telematika (telekomunikasi, multimedia dan informasi) dan kejahatannya disebut juga tindak pidana atau “kejahatan telematika”. Namun dengan berkembangnya teknologi komputer dan internet, ruang lingkup cyberlaw mencakup semua bidang yang terkait dengan penggunaan komputer dan internet cybercrime digunakan untuk menggambarkan kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan komputer dan internet. Atau dengan kata lain cyberspace merupakan ruang virtual yang terbentuk dari hasil penyatuan antara manusia dan teknologi yaitu dalam teknologi informasi dan komunikasi. Cybercrime ialah kejahatan atau tindak pidana yang terjadi dalam cyberspace yang dilakukan oleh manusia atau mesin atas dasar perintah manusia. Sedangkan cyberlaw hukum yang mengatur cyberspace, manusia dan mesin yang berada di dalamnya serta interaksi yang terjadi di dalamnya Dalam kongres PBB ke-X tentang The Prevention of Crime and the Treatment of Offender di Vienna 10-17 April 2000, pengertian cybercrime dibagi dalam 2 kategori: • Cybercrime in a narrow sense (computercrime): any illegal behavior directed by means of electronic operations that target the security of computer systems and the data processed by them. • Cybercrime in a boarder sense (computer related crime) : any illegal behavior committed by means of, or in relation to, a computer system or network, including such crimes as illegal possession and offering or distribution information by means of a computer system or network. cybercrime mencakup : 1.perbuatan illegal terhadap system computer dan data security, mencakup 1 the assurance of confidently. 2 Integrity. 3 Availability of data and processing functions, antara lain : unauthorized access, merusak data komputer atau program komputer, mengacau, menyadap atau memata-matai komputer. 2.computer related crime, mencakup setiap kejahatan yang dilakukan dengan atau terkait dengan sistem atau jaringan komputer, termasuk kejahatan konvensional yang menggunakan system atau jaringan komputer sebagai alat. Kategori cybercrime berdasarkan pada penggunaan komputer : 1.komputer sebagai target kejahatan, seperti mencuri, merusak komputer atau jaringan komputer. 2.komputer sebagai alat melakukan kejahatan, seperti pornografi. 3.komputer sebagai alat menghapus bukti kejahatan Bentuk Cyber Crime yaitu: 1.Berdasarkan European Convention 2001, membagi kategori cyber crime atas: a.Kejahatan terhadap kerahasian (confidentiality) integritas dan ketersediaan data komputer dan sistem komputer, meliputi illegal accsess, illegal interception data interference, misuse of defices. b.Kejahatan yang berkaitan dengan komputer, meliputi computer related forgery (pemalsuan dengan menggunakan komputer), computer related fraud atau penipuan dengan memasukan, mengubah dan menghapus data komputer sehingga orang lain kehilangan barang atau kekayaan c.Kejahatan yang berkaitan dengan pornografi meliputi tindak pidana yang terkait dengan pornografi (anak), seperti memproduksi dengan tujuan distribusi, menawarkan, memperoleh memiliki melalui atau sitem komputer. d.Kejahatan yang berkaitan dengan pelanggaran hak cipta dan hak-hak lainnya, meliputi semua perbuatan yang melanggar hak cipta dan hak-hak lainnya yang bersifat intelektual property rights. 2.Berdasarkan Konvensi Dewan Eropah tentang cyber crime (Convention on Cybercrime) cyber crime dikategorikan: a.Offences against the confidentiality, integrity and availability of computer data and system: • Illegal accsess • Illegal interception • Data interference b.Misuse of device (penyalahgunaan computer untuk melakukan tindak pidana cyber • Computer related offences • Computer related forgery • Computer related fraud c.Content related offences: • Offences related to child pornography • Offences related to infringement of copyright and related right Cyber crime pada prinsipnya dibagi dalam empat kategori: a.Kejahatan terhadap data dan sistem komputer b.Kejahatan yang dilakukan dengan komputer c.Kejahatan mengenai content (isi/muatan) d.Kejahatan terhadap hak cipta dan hak terkait Pengaturan Cyber Crime UU sebelum UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE antara lain: 1.KUHP, Tindak pidana yang terkait dengan tindak pidana cyber antara lain: Pemalsuan surat (Pasal 263-264 KUHP) , Pornografi (Pasal 282-283 KUHP), Perjudian (Pasal 303 dan 303 bis), Pencurian (Pasal 362 KUHP), membuka rahasia (Pasal 322- 323 KUHP), Pemerasan (Pasal 368 KUHP), Pengancaman (Pasal 369 KUHP), Penggelapan (Pasal 372 KUHP), Penipuan (Pasal 378 KUHP), Penghinaan (Pasal 310 KUHP), Perusakan barang (Pasal 306 KUHP) 2.Undang Undang Nomor 36 Tahun1999 tentang Telekomunikasi.Jenis tindak pidana cyber antara lain meliputi illegal accses atau unauthorized accses dan illegal interception yang diatur dalam pasal 50, 55, 56. Perbuatan-perbuatan yang termasuk tindak pidana cyber: a.Memanipulasi akses ke jaringan telekomunikasi dan atau jasa telekomunikasi (Pasal 50 jo Pasal 22) b.Menimbulkan gangguan pisik dan elektromagnetik terhadap peyelenggaraan telekomunikasi (Pasal 55 jo Pasal 38) c.Menyadap infomasi melalui jaringan telekomunikasi (Pasal 56 jo Pasal 40) 3.UU Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. • Terkait dengan tindak pidana korupsi, kemajuan teknologi informasi sering digunakan untuk menyembunyikan perbuatan atau hasil kejahatan. Undang Undang ini menjadikan data elektronik sebagai sumber untuk memperoleh alat bukti petunjuk dalam tindak pidana korupsi (Pasal 26 A Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 jo Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999) 4.UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, yaitu terkait dengan tindakan illegal/unauthorized accses. Terkait dengan tindak pidana cyber, diantaranya yang terkait dengan on line copyrights infringement, seperti pembajakan program computer dan lagu (Pasal 72). Pasal 72 ayat (1), melarang: 1.Dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak ciptaan; 2.Dengan sengaja dan tanpa hak menyewa karya sinematografi dan program computer untuk kepentingan yang bersifat komersial; 3.Dengan sengaja dan tanpa hak membuat, memperbanyak atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertujukannya; 4.Memperbanyak dan/atau menyewa karya rekaman suara atau rekaman bunyi 5.Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tetang Penyiaran. Tindak pidana cyber dalam UUPenyiaran termasuk kategori content related offences sebagaimana diatur dalam Pasal 57 huruf d dan e jo. Pasal 36 ayat (5) dan ayat (6) dan Pasal 58 huruf d jo. Pasal 46 ayat (3). Tindak pidananya adalah: • Siaran yang bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan, dan/atau bohong, menonjolkan unsur kekerasan, cabul. Perjudian, penyalahgunaan obat narkotika dan obat-obat terlarang, mempertentangkan suku, agama, ras dan antar golongan. • Siaran yang memperolokan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia atau merusak hubungan Internasional. • Siaran iklan niaga yang memuat; promosi yang berhubungan dengan ajaran suatu agama, ideologi, pribadi dan/atau kelompok, yang menyinggung perasaan dan/atau merendahkan martabat agama lain, ideology lain; promosi minuman keras atau sejenis dan bahan atau zat adiktif,; promosi rokok yang memperagakan wujud rokok; hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilai-nilai agama; eksploitasi anak dibawah umum 18 tahun. 6.Undang Undang Nomor 15 Tahun 2002 jo. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Pencucian Uang. • Terkait dengan online banking, money laudring dapat dilakukan ke berbagai negara dengan menggunakan internet (cyber money laundring). Di samping itu data elektronik (Electronic record) diakui sebagai alat bukti (Pasal 38) Ruang Lingkup berlakunya Undang Undang ITE Undang Undang ITE Nomor 11 Tahun 2008 ini berlaku asas ekstrateritorial, hal ini didasarkan pada Pasal 37 yang berbunyi: “bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 sampai dengan Pasal 36 di luar wilayah Indonesia terhadap sistem elektronik yang berada di wilayah yurisdiksi Indonesia”. Asas ini secara khusus memperluas territorial berlakunya hukum pidana Indonesia sebagaimana diatur dalam pasal 2 KUHP. Artinya Undang Undang ITE berlaku bagi setiap orang (WNI/WNA) yang melanggar Pasal 27 s/d 36, dengan catatan dilakukan dalam yurisdiksi sistem Elektronik Indonesia. Pengaturan tindak pidana cyber atau cybercrime dalam Undang Undang ITE diatur dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 37.