Anda di halaman 1dari 34

ASKAN PADA KISTA

OVARIUM

KELOMPOK
II
Nama Kelompok

 Gusti Ayu Kade Dewi Meilani (18D10011)


 I Made Oktavian Dwi Chandra (18D10016)
 Made Septa Diani (18D10024)
 Ni Kadek Dwi Febriantini (18D10030)
 Ni Ketut Ayu Widiginaastuti (18D10034)
 Ni Komang Dewi Kristina (18D10036)
 Ni Luh Ayu Nia Damayanti (18D10038)
 Jessyta Mulya Pramah Dehta (18D10077)
A. KONSEP MEDIS

 Kista Ovarium
 Penatalaksanaan
 Komplikasi
Kisata Ovarium
Kista ovarium merupakan tumor jinak ginekologi
yang paling sering dijumpai pada wanita di masa
reproduksinya (Depkes RI,2011). Kista ovarium
menimbulkan benjolan abnormal di bagian
bawah abdomen dan berisi cairan abnormal
berupa udara, nanah, dan cairan kental
Penyebab
 Penyebab terjadinya kista antara lain adanya penyumbatan
pada saluran yang berisi cairan karena adanya infeksi
bakteri dan virus.
 Ada dua faktor yang dapat memicu terjadinya kista
ovarium
1. Faktor Internal
 Fakor genetik
 Gangguan pada hormon
 Adanya riwayat kanker kolon
2. Faktor Eksternal
 Kurang olahraga
 Merokok dan mengkonsumsi alkohol
 Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat
 Sosial Ekonomi Rendah
 Sering stress
Manifestasi Klinis
 Nyeri rongga panggul kalau tubuh bergerak
 Nyeri timbul begitu siklus menstruasi selesai
 Perdarahan menstruasi tidak seperti biasa
 Rasa berat di abdomen bagian bawah
 Mengganggu miksi atau defekasi
 Edema pada tingkat tungkai bawah
 Tumor sel granulose dapat menimbulkan hipermenorea sedangkan
tumor menimbulkan archenoblastoma dapat menimbulkan amenorea
 Akibat konstipasi : perdarahan kedalam kista, putaran tungkai,
infeksi pada kista
Pemeriksaan Diagnostik

1. Laparaskopi
Untuk mengetahui apakah sebuah kista berasal dari ovarium atau tidak
dan untuk menentukan sifat- sifat tumor
2. Ultrasonografi
Letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus ovarium atau
kandung kencing
3. Foto rontgen
Untuk menentukan adanya hidrotoraks selanjutnya pada kista demoroid
kadang – kadang dapat dilihat adanya gigi dalam kista
4. Parasentesis
Untuk menentukan sebab asites yang berguna untuk
mencemarkan kavum peritonei isi kista bila dinding kista
tertusuk
5. Pemeriksaan kadar HCG
Untuk menyisihkan ada tidaknya kehamilan.
6. Pemeriksaan CS -125
Untuk mengetahui apakah terjadi proses keganasan pada
kista.
 
Penatalaksanaan Medis

1. Pilihan pengobatan
a. Pemilihan pengobatan nyeri dengan analgetik / tindakan
kenyamanan seperti, kompres hangat pada abdomen, dan teknik
relaksasi napas dalam
b. Obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen dapat diberikan
kepada pasien dengan penyakit kista untuk mengurangi rasa
nyeri
c. Pembedahan jika kista tidak menghilang setelah beberapa
episode menstruasi semakin membesar
2. Pengobatan kista dengan operasi
a. Laparaskopi dilakukan apabila kistanya kecil dan pada pemeriksaan
sonogram tidak terlihat tanda-tanda keganasan.
b. Laparatomi dilakukan pada kista yang berukuran lebih besar jika
sudah dalam proses keganasan operasi sekalian mengangkat
ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar
limfe
3. Perawatan luka insisi pasca operasi
a. Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama pasca
operasi.
b. Klien harus mandi shower bila memungkinkan.
c. Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap hari
selama masa pasca operasi sampai ibu diperolehkan pulang atau
rujuk.
d. Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang di gunakan harus
yang sesuai dan tidak lengket.
e. Pembalutan dilakukan dengan tehnik aseptik
4. Pilihan anestesi yang digunakan
a. Anestesi umum adalah menghilangkan rasa nyeri secara sentral
yang disertai dengan hilangnya kesadaran dengan melalui proses
obat masuk kedalam pembuluh darah atau sirkulasi. Efek
anestesi umum yaitu kehilangan kesadaran, hambatan fungsi
neuron menghambat konsumsi oksigen, dapat membentuk mikro
kristal dengan air dalam membran sel neuron dan ini
menyebabkan stabilisasi membran sel
Komplikasi

1. Komplikasi serius yang mengancam jiwa


a. Torsio ovarium
Terpuntirnya ovarium karena terdesak oleh kista.
Puntiran ini dapat mengakibatkan terhentinya aliran
darah ke ovarium dan kematian jaringan.
b. Ruptur kista ovarium
Kista ovarium dapat pecah dan menyebabkan perdarahan
hebat yang mengancam nyawa
Komplikasi lainnya, yaitu :
 Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi secara terus-menerus dan sedikit-
sedikit yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan
kondisi kurang darah (anemia).
 Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami
nekrosis.
 Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula sebagai
akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada
waktu persetubuhan.
 Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan nyeri).
 Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air besar
(konstipasi).
B. METODE ASKAN

I. PENGKAJIAN
a. Anamnesa
 Manifestasi klinis kista ovarium
Anamnese
1.Identitas klien: meliputi nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat,
serta data penanggung jawab
2.Keluhan klien saat masuk rumah sakit: biasanya
klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa
ada massa di daerah abdomen, menstruasi yang
tidak berhenti-henti
Riwayat Kesehatan
1.Riwayat kesehatan sekarang
2.Riwayat kesehatan dahulu
3.Riwayat kesehatan keluarga
4.Riwayat perkawinan
5.Riwayat kehamilan dan persalinan
6.Riwayat menstruasi
7.Riwayat KB
1. Pengkajian Fisik
Pegkajian dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara
sistematis.
a. Kepala : Hygine rambut, keadaan rambut
b. Mata : Sklera, konjungtiva, mata
c. Leher : Pembengkakan kelenjar tiroid, tekanan vena jugularis
d. Dada : Jenis pernapasan, bunyi napas, penarikan sela iga
e. Abdomen : Nyeri tekan pada abdomen, teraba massa pada abdomen
f. Ekstermitas : Nyeri panggul saat beraktivitas, tidak ada kelemahan
g. Eleminasi, urinasi : Adanya konstipasi, susah BAK
2. Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium bisa terjadi pada semua golongan masyarakat
3. Data Spiritual
Menjalankan kegiatan keagamaan sesuai dengan kepercayaan
4. Data Psikologis
Keadaan mental pada pasien yang mengalami kista ovarium
5. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Gangguan aktivitas pada penderita kista ovarium
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Data Laboratorium berupa emeriksaan Hb
b. Ultrasonografi untuk mengetahui letak kista
7. Penentuan Status Fisik ASA
8. Pertimbangan Anestesi
c. Premedikasi sesuai kebutuhan
d. Pilihan anestesi : anestesi umum atau anestesi spinal
II. MASALAH KES. ANESTESI YG
SERING MUNCUL
Masalah kesehatan anestesi
A. Pra Anestesi
1. Nyeri kronis
2. Konstipasi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Ansietas
B.Intra Anestesi
1. Resiko perdarahan
2. Resiko jatuh

C.Pasca Anestesi
1. Nyeri
2. Resiko infeksi
3. Konstipasi
III. INTERVENSI
A.Pra Operasi
1. Gangguan rasa aman akibat nyeri
Intervensi:
a. Kaji rasa nyeri pasien
b. Observasi ketidak nyamanan non verbal
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
d. Berikan obat opioid untuk pemberian analgetik
2.Konstipasi
Intervensi :
a. Monitoring gejala dan tanda konstipasi
b. Monitoring bising usus
c. Kaji adanya hemoroid di anus
d. Berikan laksatif untuk melunakan feses
3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Intervensi :
a. Observasi asupan cairan dan makanan pasien
b. Berikan pasien obat anti emetic
c. Ajarkan pasien tehnik relaksasi
d. Berikan pasien makanan kering
e. Hindari memberikan makanan yang berbau
menyengat pada pasien
4.Ansietas
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan
b. Gunakan strategi komunikasi terapeutik
c. Berikan obat anti depresan
d. Beritahu tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan
B.Intra Operasi
1. Resiko Perdarahan
Intervensi :
a. Pantau pemasukan dan pengurangan balance cairan
selama prosedur operasi
b. Siapkan kassa untuk menghentikan pendarahan
2.Resiko Pasien Terjatuh
Intervensi :
a. Berikan penjelaskan ke klien tentang posisi saat
dianestesi
b. Siapkan peralatan anestesi, bantal serta kebutuhan
spesifik klien
c. Letakkan electrode penetral (bantalan electrokuler)
C.Pasca Operasi
1. Nyeri Post Operasi
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri, lokasi nyeri dan intensitas nyeri
b. Observasi ketidak nyamanan non verbal
c. Berikan tehnik relaksasi nafas dalam
d. Gunakan komunikasi terapeutik
e. Berikan obat opioid analgetik untuk mengurangi
nyeri
2. Resiko Infeksi
Intervensi :
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
b. Bersihkan daerah luka pasien
c. Jelaskan tanda-tanda infeksi pada keluarga dan
pasien
3. Konstipasi
Intervensi :
a. Ajarkan pasien latihan otot untuk mengembalikan
massa otot
b. Berikan pasien asupan tinggi serat dan intake cairan
yang adekuat.
c. Berikan pasien laksatif untuk mengencerkan feses
IV. EVALUASI
Evaluasi pada masalah yang telah ditasi :
1. Nyeri pre opersasi mulai berkurang
2. Sudah bisa buang air dengan lancar
3. Mual dan muntah sudah teratasi
4. Kecemasan sudah berkurang
5. Perdarahan teratasi
6. Posisi pasien sudah aman dan nyaman
7. Nyeri post opersai sudah bekurang
8. Tidak ada tanda-tanda infeksi
9. Masih kesulitan buan air setelah operasi
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai