Anda di halaman 1dari 34

TEORI

KEBANGKRUTAN
DEFINISI KEBANGKRUTAN
• Menurut Toto Prihadi (2011 : 332), Kebangkrutan (bankcruptcy)
merupakan kondisi di mana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi
kewajibannya. Perusahaan mengalami kekurangan dan ketidak cukupan
dana untuk menjalankan atau melanjutakan usahannya sehingga tujuan
ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan tak bisa dicapai. Kondisi ini
biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan. Ada indikasi awal dari
perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan
keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu seperti
rasio keuangan.
Faktor Internal

• Manajemen yang tidak efisien


• Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan
jumlah piutang-piutang yang dimiliki
• Moral hazard oleh manajemen. Kecurangan yang
dilakukan oleh menajemen perusahaan bisa
mengakibatkan kebangkrutan
Faktor Eksternal
• Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan
• Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan
baku yang digunakan untuk produksi
• Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak
melakukan kecurangan
• Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor juga bisa berakibat fatal terhadap
kelangsungan hidup perusahaan
• Persaingan bisnis yang semakin ketat
Altman Model
• Z-Score Asli ( MODEL PERTAMA)
• Ketika membicarakan Z-Score, para penulis lain cenderung membahas Z-Score yang pertama,
dalam hal ini disebut dengan Z-Score asli. Padahal Altman mengeluarkan beberapa variasi Z-Score.
Z-score asli pertama kali dirumuskan oleh altman dengan kondisi latar belakang, antara lain:
 Sampel diambil dari beberapa perusahaan manufaktur public
 Perusahaan yang berlokasi di Amerika
 Dirumuskan pada tahun 1968
 Jumlah sampel yang digunakan berjumlah 66 perusahaan, dengan 33 perusahaan bangkrut dan 33
perusahaan tidak bangkrut.
Altman Model
(model pertama)
Z-Score = 1,2 (X1) +1,4 (X2)+ 3,3(X3) +0,6(X4) +1,0(X5)
• X1 = Working Capital / Total Assets
• X2 = Retained Earning / Total Assets
• X3 = EarningsBefore Interest and Taxes / Total Assets
• X4 = Market Value Of Equity /Book Value Of Debt
• X5 = Sales / Total Assest
 
Altman Model
(model pertama)
 
Z-Score Keterangan

< 1.81 Perusahaan dinyatakan Bangkrut/ pailit

1.81 < Z-Score< 2.99 Perusahaan berada pada Gray Area, dimana
antara bangkrut dan tidak bangkrut

Z-Score> 2.99 Perusahaan dinyatakan tidak bangkrut


Altman Model
(model kedua)
• Z’-Score (Aksen)
• Karena keterbatasan dari penggunaan Z-Score yang hanya dapat
digunakan pada perusahaan manufaktur public, kemudian Altman
mengembangkan dua varian yaitu Z’-Score dan Z”-Score yang ditujukan
untuk perusahaan non publik, dengan cara merumuskan kembali rasio
yang digunakan, yaitu menghilangkan Market Value of Equity dan
menggantinya dengan Book Value of Equity. Perumusan yang berubah dan
sampel yang berbeda maka merubah pula rumusan yang sudah ada
menjadi sebagai berikut :
Altman Model
(model kedua)
Z’-Score = 0,717(X1)+ 0,847(X2)+ 3,107(X3)+ 0,420(X4)+ 0,998(X5)
• X1 = Working Capital / Total Assets
• X2= Retained Earning / Total Assets
• X3= EarningsBefore Interest and taxes/ Total Assets
• X4 = Book Value of Equity / Book Value of Debt
• X5 = Sales / Total Assets
Altman Model
(model kedua)
Z’-Score Keterangan
< 1.2 Perusahaan dinyatakan bangkrut/ pailit
1.2 < Z’-Score Perusahaan berada di gray area, antara pailit
< 2.90 dan tidak pailit

Z’-Score > 2.90 Perusahaan dinyatakan tidak bangkrut


Altman Model
(model ketiga)
• Z”-Score
• Varian terakhir adalah Z”-Score, perbedaan yang paling mendasar dari varian ini
dengan varian sebelumnya ialah dengan menghilangkan rasio Sales to Total Assets
dengan harapan efek industri dalam pengertian ukuran perusahaan terkait dengan
assets atau penjualan dapat dihilangkan. Sampel yang digunakan untuk varian ini
merupakan perusahaan di Negara berkembang, yaitu Mexico.
• Z”-Score Altman merupakan rumus paling fleksibel karena bisa digunakan untuk
perusahaan public maupun non publik yang selanjutnya akan digunakan untuk
penghitungan Z’-Score perusahaan efek yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Altman Model
(model ketiga)
Z”-Score = 6,56(X1)+ 3,26(X2)+ 6,72(X3)+ 1,05(X4)
• X1 = Working Capital / Total Assets
• X2= Retained Earning / Total Assets
• X3 = Earnings Before Interest and Taxes / Total Assets
• X4 = Book Value of Equity / Book Value of Debt
Altman Model
(model ketiga)
Z”-Score Index Keterangan
Perusahaan dinyatakan
< 1.1
bangkrut/pailit
Perusahaan berada di Gray Area,
1.1 < Z”-Score <2.60
antara bangkrut dan tidak bangkrut
Perusahaan dinyatakan tidak
Z”-Score > 2.60
bangkrut
Zmijewski Model

• Zmijewski (1984) menggunakan teknik random sampling dalam


penelitiannya, seperti dalam penelitian Ohlson (1980). Sampel yang
digunakan Zmijewski (1984) berjumlah 840 perusahaan, terdiri dari 40
perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan 800 yang tidak mengalami
kebangkrutan. Dengan menggunakan metode tersebut, maka Zmijewski
(1984) menghasilkan model sebagai berikut :
Zmijewski Model

X = -4,3 – 4,5(X1)+ 5,7(X2)– 0.004(X3)


• X1 = EAT / Total Assets x 100%
• X2 = Total Debt / Total Assets x 100%
• X3= Current Assets / Current Liabilities
Zmijewski Model

• Zmijewski (1984) menyatakan bahwa perusahaan akan mengalami


kebangkrutan jika probabilitasnya lebih besar dari 0,5, dengan kata lain,
nilai X nya adalah 0. Maka dari itu, nilai cut off yang berlaku dalam model
ini adalah 0. Hal ini berarti perusahaan yang nilai X-nya lebih besar dari
atau sama dengan 0 diprediksi akan mengalami kebangkrutan di masa
depan. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki nilai X lebih kecil dari 0
diprediksi tidak akan mengalami kebangkrutan.
Springate Model

• Model Springate dikembangkan oleh Gorden Springate (1978) mengikuti


prosedur yang digunakan oleh Altman (1968). Springate menggunakan
empat dari 19 rasio keuangan dan menggunakan analisis multi
diskriminan dengan menggunakan 40 perusahaan sebagai sampelnya.
Model ini dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dengan
tingkat keakuratan 92,5%.
Springate Model

S=1,03(A) + 3,07(B) + 0,66(C) + 0,4(D)


• A = Working Capital / Total Assets
• B = EarningsBefore Interest and Taxes / Total Assets
• C = Earnings Before Taxes / Current Liabilities
• D = Sales / Total Assets
Springate Model

• Model Springate mempunyai standar di mana perusahaan yang


mempunyai skor S > 0,862 diklasifikasikan sebagai perusahaan yang tidak
bangkrut, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor S < 0,862
diklasifikasikan sebagai perusahaan yang bangkrut
Fulmer Model
• Fulmer (1984) menggunakan analisis step-wise multiple discriminant
untuk mengevaluasi 40 rasio keuangan yang diaplikasikan pada sampel 60
perusahaan, 30 gagal dan 30 sukses dengan rata-rata ukuran asset
perusahaan adalah $455.000. Fulmer melaporkan 98% akurat pada
perusahaan satu tahun sebelum gagal dan 81% akurat lebih dari satu tahun
sebelum kebangkrutan.
Fulmer Model
H-Score = 5,528(V1) + 0,212(V2) + 0,073(V3) + 1,270(V4) – 0,120(V5)
+ 2,335(V6)+ 0,575(V7) + 1,083(V8) – 6,075
• V1 = Retained Earning / Total Assets
• V2= Sales / Total Asset
• V3= EBT / Equity
• V4= Cash Flow / Total Debt
• V5= Debt / Total Asset
• V6 = Current Liabilities / Total Asset
• V7= Log Tangible Asset
• V8= Working Capital / Total Debt
Fulmer Model
• Jika H < 0, perusahaan diklasifikasikan “pailit” dan apabila jika H < 0
diklasifikasikan “tidak Pailit.
Fulmer Model
• Rumus dengan 9 variable
• H= 5.528(V1) + 0.212(V2) + 0.073(V3) +
1.270(V4) –0.120 (V5) + 2.335(V6) + 0.575(V7)
+ 1.083(V8) + 0.894(V9) -6.075
Fulmer Model
• Dimana:
• V1 = average Retained Earning/ average Total Assets.
• V2 = Revenues/average Total Assets.
• V3 = EBT/ Total equity.
• V4 = Cash Flow From Operation/average Total Debt.
• V5 = Average Total Debt/Total Equity.
Fulmer Model
• Dimana:
• V6 = Total Current Liability/average Total Assets.
• V7 = Log (average Tangible Assets).
• V8 = Average Working Capital/ Average Total Debt.
• V9 = Log (EBIT)/Interest Expenses.
G Score Grover Model

• G-Score = 1,650 X1 + 3,404 X2- 0,016 X3+ 0,057


• Rasio modal kerja terhadap total aset (X1)
• Rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset (X2)
• Rasio laba bersih terhadap total aset (X3)
G Score Grover Model

• Model Grover mengkategorikan perusahaan dalam


keadaan bangkrut dengan skor luring atau sama dengan
-0,02 (G ≤ -0,02) sedangkan nilai untuk perusahaan
yang dikategorikan tidak bangkrut adalah lebih atau
sama dengan 0,01 (G ≥ 0,01). Perusahaan dengan skor
di antara batas atas dan bawah tersebut berada pada
grey area.
Ohlson Model

• O = -1,32 -0,407X1 + 6,03X2 –1,43X3 +


0,0757X4 –2,37X5 –1,83X6 + 0,285X7 –
1,72X8 –0,521X9
Ohlson Model

• X1 = Log (total assets/GNP price-level index)


• X2 = Total liabilities/total assets
• X3 = Working capital/total assets
• X4 = Current liabilities/current assets
• X5 = 1 jika total liabilities > total assets ; 0 jika sebaliknya
Ohlson Model

• X6 = Net income/total assets


• X7= Cash flow from operations/total liabilities
• X8 = 1 jika Net income negatif ; 0 jika sebaliknya
• X9 = (NIt –NIt-1) / (NIt + NIt-1)
Ohlson Model
• Ohlson (1980) menyatakan bahwa model ini memiliki cutoff
point optimal pada nilai 0,38. Ohlson memilih cutoff ini karena
dengan nilai ini, jumlah error dapat diminimalisasi. Maksud
dari cutoff ini adalah bahwa perusahaan yang memiliki nilai O
di atas 0,38 berarti perusahaan tersebut diprediksi distress.
Sebaliknya, jika nilai O perusahaan di bawah 0,38, maka
perusahaan diprediksi tidak mengalami distress
CA-Score
• Model ini dikembangkan dibawah pimpinan jean legault university of Quebee
di montreal, menggunakan langkah Multiple Discriminant Analysis.

• CA-Score = 4,5913X1 + 4,508X2 + 0,3936X3


-2,7616
CA-Score
• Keterangan:CA-Score = bankruptcy index
• X1= shareholder investment (1) / assets (1)
• X2= EBT + financial expanses (1) / assets (1)
• X3= sales (2) / assets (2)
CA-Score
• (1) = Gambaran satu periode sebelumnya.
• (2) = Gambaran dari dua periode sebelumnya.
• Dari hasil perhitungan model Springate diperoleh nilai CA-Score yang dibagi
dalam dua kategori sebagai berikut:
• a.Jika nilai CA-Score < -0,3 maka perusahaan termasuk dalam kategori tidak
pailit.
• b.Jika nilai CA-Score > -0,3 maka perusahaan termasuk dalam kategori pailit.

Anda mungkin juga menyukai