Anda di halaman 1dari 67

DASAR-DASAR OP AMP

Enjang A. Juanda
Pengertian Op Amp
• Op Amp singkatan dari Operational Amplifier
• Disebut demikian, karena Op Amp dengan sifat
yang dimilikinya, sangat fleksibel digunakan di
banyak keperluan suatu fungsi atau rangkaian
sistem (elektronika).
• Pada dasarnya Op Amp adalah suatu rangkaian
terpadu yang merupakan differential amplifier.
Terdiri secara garis besar dua sirkuit penguat
yang kembar (harus kembar)
Rangkaian Dalam Op Amp
Beberapa Kegunaan Op Amp
Pin Pin Op Amp Beberapa Type
Jenis Op Amp 741
Op Amp untuk Aplikasi Umum
Makna Differential Amplifier pd
Op Amp
Salah satu Cara Pemberian Power Supply
pada Op Amp
Bias Arus Input pada Op Amp
Besaran Offset pada Op Amp1
Besaran Offset pada Op Amp2
Spesifikasi Op Amp1
Spesifikasi Op Amp2
Lebar Pita (Band Width) pada Op Amp
Sifat Utama Op Amp
CMRR (Common Mode Rejectio Ratio)
Contoh Prnguat dg Op Amp
Sifat Penguatan pad Op Amp
Fungsi Lain Op Amp (sbg Buffer)
Ideal Operational Amplifier (Op Amp ideal)

Terminal Op Amp

Op amp mempunyai 3 terminal: dua terminal masukan dan satu terminal


keluaran.
Lihat gambar 1: terminal 1 dan 2 adalah terminal masukan dan terminal 3
adalah terminal keluaran.

Seperti halnya penguat, op amp memerlukan catu daya dc untuk


beroperasi. Rangkaian terintegrasi op amp (IC op amp) memerlukan 2
catu daya dc, seperti yang terlihat pada gambar 2.

Gambar 1. Simbol rangkaian untuk op amp


Gambar 2. op amp dan hubungan ke catu daya
Terminal 4 menghubungkan op amp ke tegangan positif VCC dan terminal 5
menghubungkan ke tegangan negatif –VEE.
Pada gambar 2(b) diperlihatkan kedua catu daya sebagai batere dengan
sebuah ground bersama (common ground). Jadi titik ground pada
rangkaian op amp hanyalah terminal bersama dari kedua catu daya.

Fungsi dan Karakteristik dari Op Amp Ideal

Op amp dirancang untuk merasakan perbedaan tegangan yang


dipasangkan pada kedua terminal masukan (v1 – v2), mengalikan harga ini
dengan harga A, dan menghasilkan tegangan A(v1 – v2) yang ada pada
terminal 3.

Op amp ideal tidak menarik arus masukan; arus sinyal pada terminal 1 dan
2 adalah nol. Jadi impedansi masukan dari sebuah op amp ideal sama
dengan tidak terhingga.
Terminal 3 bertindak seperti terminal keluaran dari sumber tegangan ideal.
Tegangan antara terminal 3 dan ground selalu sama dengan A(v1 – v2), tidak
tergantung dari arus yang diambil dari terminal 3 oleh impedansi beban. Jadi
impedansi keluaran dari op amp ideal sama dengan nol.

Model rangkaian ekivalen terlihat pada gambar 3.

Gambar 3. Rangkaian ekivalen dari op amp ideal


Catatan: tegangan keluaran mempunyai fasa yang sama dengan v2 dan
berbalik fasa dengan v1. Terminal masukan 1 disebut terminal masukan
inverting (inverting input terminal) dan ditandai dengan tanda ‘-’,
sedangkan terminal masukan 2 disebut terminal masukan non-inverting
(non-inverting input terminal) dan ditandai dengan tanda ‘+’.

Op amp hanya memberikan respons pada perbedaan sinyal v1 – v2 dan


mengabaikan sinyal yang bernilai sama pada kedua masukan.
Jadi bila v1 = v2 = 1 V, idealnya keluaran akan sama dengan nol. Sifat ini
disebut common-mode rejection.

Kesimpulan: sebuah op amp ideal mempunyai penguatan common-mode


sama dengan nol atau mempunyai penolakan common-mode tidak
terhingga.

Op amp adalah penguat differential-input single-ended-output.


A adalah penguatan differential atau disebut juga penguatan loop terbuka
Karakteristik penting dari op amp: op amp adalah penguat dc atau penguat
‘direct-coupled’

Op amp ideal mempunyai lebar bidang frekuensi yang tidak terhingga.

Op amp ideal mempunyai penguatan A yang sangat besar atau tidak


terhingga.

Op amp tidak pernah dipakai dalam konfigurasi ‘open-loop’, selalu


dihubungkan dengan komponen pasif lain sehingga mempunyai umpan
balik untuk menutup loop pada op amp

Kesimpulan:
Karakteristik op amp ideal mempunyai:
1. impedansi masukan yang tidak terhingga
2. impedansi keluaran sama dengan nol
3. penguatan common-mode sama dengan nol, penolakan common-mode
sama dengan tidak terhingga
4. penguatan loop terbuka A tidak terhingga
5. lebar bidang frekuensi tidak terhingga
Sinyal differential dan common-mode

Sinyal masukan differential vid adalah perbedaan kedua sinyal masukan v1


dan v2

vid = v1 – v2 (1)

Sinyal masukan common-mode vicm adalah harga rata-rata kedua sinyal


masukan v1 dan v2

vicm = ½ (v1 + v2) (2)

Persamaan (1) dan (2) dapat dipakai untuk menyatakan sinyal masukan v1
dan v2 dalam komponen differential dan common-mode

v1 = vicm – ½ vd (3)

v2 = vicm + ½ vd (4)
Gambar 4. sumber sinyal v1 dan v2 dinyatakan dalam komponen
differential dan common-mode
Konfigurasi inverting

Op amp dihubungkan dengan komponen pasif dalam rangkaian umpan balik.


Ada dua konfigurasi rangkaian dasar yang menggunakan op amp dan dua
resistor: konfigurasi inverting dan konvigurasi non-inverting.

Konfigurasi inverting terdiri dari satu op amp dan dua resistor R1 dan R2.
Resistor R2 menghubungkan terminal keluaran op amp, terminal 3, ke
terminal masukan.
Jika R2 menghubungkan terminal keluaran dan terminal masukan negatif
(terminal 1), maka R2 berfungsi sebagai umpan balik negatif.
Jika R2 menghubungkan terminal keluaran dan terminal masukan positif
(terminal 2), maka R2 berfungsi sebagai umpan balik positif.

Dengan penambahan R2, terminal 2 dihubungkan ke ground dan resistor R1


terhubung antara terminal 1 dan sumber sinyal masukan.

Keluaran diambil dari terminal 3.


Gambar 5. konfigurasi loop tertutup inverting

Penguatan loop tertutup (closed-loop gain)

vo
G
vi
Gambar 6. Analisis konfigurasi inverting
Analisis konfigurasi inverting:
1. Penguatan A sangat besar (secara ideal tidak terhingga). Jika rangkaian
‘bekerja’ dan menghasilkan keluaran yang terbatas maka tegangan antara
kedua terminal masukan akan kecil sekali atau nol
vo
v1  v 2  0
A

2. Karena A besar sekali maka v1 ≈ v2. Sehingga ada ‘hubung singkat semu’
antara kedua terminal masukan. ‘Hubung singkat semu’ artinya tegangan
berapa saja pada terminal 2 akan tampak pada terminal 1. Padahal
terminal 2 terhubung ke ground; jadi v2 = 0 dan v1 = 0. Oleh karena itu
terminal 1 menjadi ground semu.

3. Maka arus ii:


v i  v1 v i  0 v i
ii   
R1 R1 R1
4. Karena op amp mempunyai impedansi masukan ∞, maka arus ke op
amp akan sama nol.

5. Arus akan mengalir melalui R2 ke terminal 3 yang berimpedansi rendah.


vi
i 2  i1 
R1

6. Terapkan hukum Ohm pada R2 dan tentukan tegangan keluaran vo

v o  v i  i i R2
vi
 0 R2
R1
vo R
 2
vi R1
Jadi penguatan loop tertutup hanyalah perbandingan antara kedua resistansi
R2 dan R1.

Tanda negatif berarti penguat loop tertutup menghasilkan sinyal keluaran yang
terbalik.

Jika R2/R1 = 10 dan sinyal masukan (vi) adalah sinyal sinusoida dengan
amplitudo 1 V maka tegangan keluaran vo adalah sinyal sinusoida dengan
amplitudo 10 V dan pergeseran fasa 180°

Jadi penguatan loop tertutup hanya tergantung dari komponen pasif eksternal
(R1 dan R2). Sehingga dapat dibuat penguatan seakurat mungkin dengan
memilih komponen pasif dengan akurasi yang diinginkan.

Penguatan loop tertutup (idealnya) tidak tergantung dari penguatan op-amp.


Efek dari Penguatan Open-Loop yang Terbatas

Gambar 7. Analisis konfigurasi inverting dengan penguatan loop terbuka op


amp yang terbatas

Jika tegangan keluaran vo, maka tegangan antara kedua terminal masukan
op amp akan sama dengan vo/A. Karena terminal masukan positif
dihubungkan dengan ground, maka tegangan pada terminal masukan
negatif sama dengan –vo/A. Arus ii yang melalui R1 dapat dihitung dari:
 v 
vi    o  vi  vo
ii   A A
R1 R1
Impedansi masukan op amp yang tidak terhingga akan menyebabkan
semua arus ii melewati R2. Tegangan keluaran vo dapat ditentukan dari:

vo
vo    i i R2
A
v  v  vo A 
  o   i R2
A  R1 

vo  R2 R1
G  (5)
v i 1  1  R2 R1  A

Jika A menuju ∞, maka:


• G akan sama dengan –R2/R1
• tegangan pada terminal masukan negatif mendekati nol.

Dari persamaan (5) terlihat, jika ingin mengurangi ketergantungan


penguatan loop tertutup G dari penguatan loop terbuka A, maka
R
1  2  A
R1
Resistansi masukan dan keluaran.

Resistansi masukan pada penguat op amp inverting sama dengan R1


vi vi
Ri    R1
ii v i R1

Agar tegangan pada terminal masukan penguat hampir sama dengan


tegangan pada sumber, maka resistansi pada terminal masukan harus
besar sekali. Pada konfigurasi op amp inverting, untuk membuat Ri yang
tinggi, maka nilai R1 harus besar. Tetapi, jika diperlukan penguatan R2/R1
yang juga tinggi, maka R2 akan sangat besar, dan ini tidak praktis. Jadi
dapat disimpulkan bahwa konfigurasi inverting akan terpengaruh dengan
resistansi masukan yang kecil.

Karena keluaran dari konfigurasi inverting diambil dari terminal sumber


tegangan ideal A(v2 – v1), maka resistansi keluaran dari penguat loop
tertutup sama dengan nol.
Pemakaian konfigurasi inverting

Salah satu pemakaian yang penting adalah rangkaian weighted summer


seperti yang terlihat pada gambar 8

Gambar 8. Weighted summer


Pada rangkaian ini terdapat resistansi Rf pada jalur umpan balik negatif dan
terdapat beberapa sinyal masukan v1, v2 …….vn yang masing-masing
terhubung pada resistor R1, R2 …….Rn yang terhubung pada terminal
masukan inverting dari op amp. Dari penjelasan terdahulu, op amp ideal
mempunyai virtual ground pada terminal masukan negatifnya, maka:
v1 v2 vn
i1  i2  ....... in 
R1 R2 Rn

Semua arus ini dijumlahkan akan menghasilkan arus i yang mengalir


melalui Rf:
i = i1 + i2 + …… + in (6)

Tegangan keluaran: vo = 0 – iRf = - iRf

R R R 
Jadi:
v o   f v 1  f v 2  .......  f v n  (7)
R 1 R 2 R n 

Tegangan keluaran merupakan penjumlahan masukan yang diberi bobot


tertentu
Rangkaian weighted summer pada gambar 8 hanya dapat menjumlahkan
tegangan masukan dengan polaritas yang sama. Agar dapat menjumlahkan
tegangan masukan yang berbeda polaritas maka dapat digunakan dua buah
op amp seperti pada gambar 9. Asumsikan op amp ideal, sehingga tegangan
keluaran adalah:
 R  R   R  R  R  R 
v o  v1 a  c   v 2  a  c   v 3  c   v 4  c  (8)
 R1  Rb   R2  Rb   R3   R4 

Gambar 9. Rangkaian weighted summer yang dapat menjumlahkan


tegangan dengan polaritas berbeda
Konfigurasi Non Inverting

Gambar 10. Konfigurasi non inverting


Penguatan Loop Tertutup

Gambar 11. Analisis rangkaian non inverting


1. Asumsikan op amp ideal dengan penguatan tidak terhingga, dan ada
hubung singkat antara kedua terminal masukan. Jadi perbedaan signal
masukan:
vo
v id  0 untuk A  
A
2. Jadi tegangan pada terminal masukan non inverting sama dengan
tegangan pada terminal inverting, yaitu vi.

3. Arus yang melalui R1 adalah v1/R1.

4. Karena impedansi masukan op amp tidak terhingga, arus masukan


akan sama dengan nol.

5. Arus yang melalui R2:sama dengan v1/R1

6. Tegangan keluaran adalah:


 vi 
v o  v i   R2
 R1 
vo R
 1 2 (9)
vi R1

Karena arus pada terminal masukan inverting op amp sama dengan nol,
maka rangkaian yang terdiri dari R1 dan R2 pada konfigurasi non inverting
berfungsi sebagai pembagi tegangan pada bagian umpan balik.

 R1 
v i  v o   (10)
 R1  R2 

Karena penguatan op-amp tidak terhingga dan adanya hubungan singkat


antara kedua terminal masukan op-amp, maka:

 R1 
v o    v i
 R1  R2 
Jika vi meningkat, vid akan naik, dan vo akan naik sebagai akibat dari
penguatan op-amp yang tinggi (idealnya tidak terhingga).
Tetapi sebagian dari kenaikan tegangan keluaran vo diumpanbalikkan ke
terminal masukan inverting melalui pembagi tegangan R1 dan R2. Akibat
dari umpan balik ini akan mengurangi kenaikan vid dan menyebabkan vid
kembali ke nol. Karakteristik ini memberikan nama lain pada umpan balik
ini sebagai ‘degenerative feedback’. Hal ini berlaku juga jika tegangan
masukan menurun.

Karakteristik dari konfigurasi non inverting


1. Penguatan dari konfigurasi non inverting: positif
2. Impedansi masukan dari penguat loop tertutup: tidak terhingga
3. Tegangan keluaran dari penguat non inverting sama dengan tegangan
yang diambil dari sumber tegangan ideal A(v2 – v1)
4. Resistansi keluaran dari konfigurasi non inverting: nol
Efek dari penguatan loop terbuka yang terbatas

Asumsikan op-amp ideal tetapi mempunyai penguatan loop terbuka A. Maka


penguatan penguatan loop tertutup dari rangkaian penguat non inverting:
v 1   R2 R1 
G o  (11)
v i 1  1   R2 R1 
A

Perhatikan bagian penyebutnya sama dengan pada konfigurasi inverting. Ini


menunjukkan bahwa kedua konfigurasi mempunyai loop umpan balik yang
sama.
Bagian pembilangnya berbeda; -R2/R1 untuk konfigurasi inverting dan
1+R2/R1 untuk konfigurasi non inverting.

Agar penguatan mendekati ideal, maka:


R2
A  1  (12)
R1
Kondisi ini sama dengan pada konfigurasi inverting
The Voltage Follower

Impedansi masukan yang tinggi pada konfigurasi non inverting


memungkinkan rangkaian ini dipakai sebagai penguat penyangga yang
menghubungkan sumber dengan impedansi tinggi ke beban dengan
impedansi rendah. Pada banyak pemakaian, penguat penyangga tidak
memerlukan penguatan, tetapi dipakai sebagai pengubah impedansi atau
sebagai penguat daya. Untuk kasus ini dapat digunakan R2 = 0 dan R1 = ∞
untuk mendapatkan penguat dengan penguatan sama dengan satu.
Rangkaian ini disebut ‘voltage follower’, karena tegangan keluaran mengikuti
tegangan masukan.
Pada kasus ideal vo = vi, Rin = ∞, dan Rout = 0

Karena pada rangkaian voltage follower semua keluaran diumpanbalikkan


ke masukan inverting, rangkaian disebut mempunyai 100% umpan balik
negatif. Penguatan op-amp yang tidak terhingga menyebabkan vid = 0 dan vo
= vi.

Karena konfigurasi non inverting mempunyai penguatan lebih besar atau


sama dengan satu, tergantung dari pemilihan R2/R1, rangkaian ini disebut
‘voltage follower with gain’.
Difference Amplifier

Difference amplifier adalah penguat yang memperkuat perbedaan antara


kedua sinyal masukannya dan idealnya menolak sinyal yang sama pada
kedua masukannya.

Gambar 12. Representasi sinyal masukan pada penguatan differensial


yang dinyatakan dalam komponen mode sinyal perbedaan dan sinyal
yang sama (difference mode dan common-mode)
vo = Advid + Acmvicm (13)

Ad = penguatan penguat differencial


Acm = penguatan common-mode (idealnya sama dengan nol)

Efisiensi sebuah penguat differensial tingkat penolakan sinyal common-mode


dibandingkan dengan sinyal differensialnya.
Ad
CMRR  20 log (14)
Acm

CMRR = common mode rejection ratio


Single Op-Amp Difference Amplifier

Gambar 13. Penguat differensial

Untuk merancang sebuah penguat differensial diawali dengan mengamati


penguatan penguat dengan konfigurasi non-inverting, (1 + R2/R1), dan
penguatan konfigurasi inverting, (-R2/R1). Dengan mengombinasikan kedua
konfigurasi, dapat diperoleh perbedaan antara kedua sinyal masukan.
Syarat: harus dibuat besaran kedua penguatan sama agar bisa menolak
sinyal common-mode.
Hal ini bisa diperoleh dengan meredam sinyal masukan positif untuk
mengurangi penguatan dari jalur positif dari (1 + R2/R1) menjadi (R2/R1),
seperti yang terlihat pada gambar 13, peredaman pada jalur masukan positif
diperoleh dengan pembagi tegangan (R3, R4).

R4  R2  R2
1   
R3  R4  R1  R1

Yang juga dapat dituliskan dalam bentuk:

R4 R2

R3  R4 R1  R2

Keadaan ini dapat dipenuhi dengan memilih:


R4 R2
 (15)
R3 R1
Gambar 14. Pemakaian prinsip superposisi dalam menganalisis rangkaian
pada gambar 13.
Untuk menghitung tegangan keluaran vo sebagai fungsi vi1 dan vi2 gunakan
prinsip superposisi.
1. vi2 = 0; hubungkan dengan ground terminal di mana vi2 akan dihubungkan,
kemudian hitung tegangan keluarannya, vo1. Nilainya dapat diperoleh dari
rangkaian pada gambar 14(a) yang dikenal dengan konfigurasi inverting. R3
dan R4 tidak mempengaruhi penguatan, karena tidak ada arus yang
melaluinya, jadi:
R2
v o1   vi1
R1

2. vi1 = 0; rangkaian menjadi seperti pada gambar 14(b) yang merupakan


rangkaian dengan konfigurasi non-inverting dengan tambahan pembagi
tegangan yang terdiri dari R3 dan R4 terhubung pada sinyal masukan vi2.
Tegangan keluaran vo2 sama dengan:
R4  R2  R2
vo2  v i 2 1    vi 2
R3  R4  R1  R1
R2
vo   v i 2  v i 1   R2 v id (16)
R1 R1

Jadi rangkaian berfungsi sebagai penguat diferensial dengan penguatan Ad

R2
Ad  (17)
R1

Untuk memenuhi persamaan (15), biasanya dipilih:


R3 = R1 dan R4 = R2
Gambar 15. Analisis penguat diferensial untuk menentukan penguatan
common-mode Acm ≡ vo/vicm
Jika rangkaian dihubungkan dengan sinyal common-mode pada masukan
seperti pada gambar 15, maka:

1  R4 
i1  v
 icm  v icm 
R1  R3  R4 
R3 1
 v icm (18)
R3  R4 R1

R4
vo  v icm  i 2R2
R3  R4

Ganti i2 = i1 dari persamaan (18)

R4 R R3
vo  v icm  2 v icm
R3  R4 R1 R3  R4
R4  R2 R3 
 1  v icm
R3  R4  R1 R 4 
Jadi:
vo  R4  R2 R3 
Acm    1   (19)
v icm  R3  R4  R1 R4 

Jika rancangan dengan resistor yang perbandingannya seperti pada


persamaan 15, maka:
Acm = 0

Selain menolak sinyal common-mode, penguat diferensial harus


mempunyai resistansi masukan yang tinggi. Untuk menentukan resistansi
masukan antara kedua terminal masukan, disebut differential input
resistance Rid, perhatikan gambar 16. Asumsikan:

R3 = R1 dan R4 = R2

v id
Rid 
ii
Gambar 16. Mencari resistansi masukan dari penguat diferensial untuk
kasus R3 =.R1 dan R4 = R2

Karena tegangan pada kedua terminal selalu sama, maka:

vid = R1ii + 0 + R1ii

Maka: Rid = 2R1 (20)


Integrator dan Diferensiator

Konfigurasi Inverting dengan Impedansi

Gambar 17. Konfigurasi inverting dengan impedansi pada jalur umpan balik
dan jalur masukan.

Penguatan loop tertutup:


Vo  s  Z s
 2 (21)
Vi  s  Z1 s 
Integrator inverting

Gambar 18. (a) Integrator Miller atau integrator inverting.


(b) Respons frekuensi dari integrator
Dengan mengganti impedansi pada jalur umpan balik Z2 dengan kapasitor
dan impedansi pada jalur masukan Z1 dengan sebuah resistansi, maka
diperoleh rangkaian seperti pada gambar 18(a).

Sinyal masukan adalah sinyal yang berubah dengan waktu vi(t). Dengan
adanya ground semu pada masukan inverting dari op-amp akan
menyebabkan vi(t) tampak pada R, jadi i1(t) akan menjadi vi(t)/R. Arus ini
akan mengalir melalui kapasitor C, menyebabkan muatan terakumulasi di C.
Jika diasumsikan rangkaian mulai beroperasi pada t = 0, maka pada waktu t
muatan yang tersimpan pada kapasitor C:
t
QC   i1 t  dt
0

Dan tegangan kapasitor vC(t) akan berubah dengan:


t
1
v C  t    i1 t dt
C0
Jika tegangan awal pada C = VC, maka
t
1
v C  t   VC   i1 t  dt
C0

Tegangan keluaran vo(t) = - vC(t), maka:


t
1
v0 t     v I  t  dt  VC (22)
CR 0

Jadi tegangan keluaran sama dengan integral-waktu dari masukan, dengan


VC sebagai kondisi awal dan CR adalah konstanta waktu dari integrator.
Tanda negatif berarti integrator ini adalah integrator pembalik.

Operasi rangkaian integrator ini dapat dinyatakan dalam domain frekuensi


dengan menggantikan Z1(s) = R dan Z2(s) = 1/sC untuk mendapatkan fungsi
transfer:
Vo  s  1
 (23)
Vi  s  sCR
s = jω:
Vo  j  1
 (24)
Vi  j  jCR

Besaran fungsi transfer:

Vo 1
 (25)
Vi CR

dan fasa:
φ = +90° (26)
Plot Bode untuk respons besaran integrator dari persamaan (25) terlihat
bahwa dengan naiknya ω menjadi dua kalinya (naik per oktav), besaran
turun menjadi setengahnya (turun 6 dB). Jadi plot Bode adalah garis lurus
dengan kemiringan -6 dB/oktav (atau -20 dB/dekade). Garis ini memotong
garis 0 dB pada frekuensi yang membuat |Vo/Vi| =1
1
int  (27)
CR

ωint adalah frekuensi integrator yang nilainya kebalikan dari fungsi waktu
integrator.

Kesimpulan

1. Integrator merupakan filter low-pass dengan frekuensi pojok sama


dengan nol.

2. Pada ω = 0, besaran transfer fungsi integrator sama dengan tidak


terhingga, jadi pada dc, op-amp beroperasi dengan loop terbuka.
Diferensiator Op-Amp

Gambar 19. (a) rangkaian diferensiator. (b) respons frekuensi dari


diferensiator dengan konstanta waktu CR
Jika sinyal masukan sama dengan vI(t) dan adanya ground semu pada
terminal masukan inverting, maka tegangan ini akan tampak pada kapasitor
C. Jadi arus yang melalui C sama dengan C(dvI(t)/dt), dan arus ini melalui
resistor umpan balik R dan memberikan tegangan keluaran vo(t):
dv I  t 
v o  t   CR (27)
dt

Transfer fungsi pada domain frekuensi dapat diperoleh dengan mengganti


Z1(s) = 1/sC dan Z2(s) = R.

Vo  s 
 sCR (28)
Vi  s 

s = jω
Vo  j 
  jCR (29)
Vi  j 
Besaran fungsi transfer:

Vo
 CR (30)
Vi

dan fasa:
φ = -90° (31)

Plot Bode untuk respons besaran diferensiator dari persamaan (30) terlihat
bahwa dengan naiknya ω menjadi dua kalinya (naik per oktav), besaran
menjadi dua kalinya (naik 6 dB). Jadi plot Bode adalah garis lurus dengan
kemiringan 6 dB/oktav (atau 20 dB/dekade). Garis ini memotong garis 0 dB
pada frekuensi yang membuat |Vo/Vi| =1 pada ω = 1/CR, di mana CR
adalah konstanta waktu dari diferensiator.

Diferensiator merupakan rangkaian high-pass dengan frekuensi pojok sama


dengan tidak terhingga.

Anda mungkin juga menyukai