Materi Hiperglikemia Hiperosmolar Pada Anak
Materi Hiperglikemia Hiperosmolar Pada Anak
HIPEROSMOLAR
PADA ANAK
• lebih sering pada orang lanjut usia, dengan dengan HHS, dengan angka kematian sebesar 23%-37%.
rata-rata usia onset pada dekade ketujuh • Lebih sering pada perempuan dibandingkan dengan laki-
tinggi (10-50%)
Faktor Pencetus
DM Tipe 2
Infeksi → pneumonia, infeksi saluran kencing, sepsis),
Penyakit vaskular akut → penyakit sere-brovaskular, infark miokard akut, emboli
paru
Trauma, luka bakar, hematom subdural, Heat stroke
Kelainan gastrointestinal → pankreatitis akut, kholesistitis akut, obstruksi intestinal
Obat-obatan → diure-tika, steroid, agen antipsikotik atipikal, glukagon, interferon,
agen simpatomimetik seperti albuterol, dopamin, dobutamin, dan terbutalin
Faktor Pencetus
DM Tipe 1
Menghentikan suntikan insulin ataupun pengobatannya tidak adekuat (20-40%
kasus KAD)
Pada pasien muda: permasalahan psikologis, gangguan makan berperan 20% dari
seluruh faktor yang mencetuskan ketoasidosis
Faktor yang bisa mendorong penghentian suntikan insulin pada pasien muda
meliputi ketakutan akan naiknya berat badan pada keadaan kontrol metabolisme
yang baik, ketakutan akan jatuh dalam hypoglikemia, pemberontakan terhadap
otoritas, dan stres akibat penyakit kronis
Pencetus Status Hiperglikemia Hiperosmolar
Defisiensi Insulin yg ↑ Glukagon Stress
↑ Katekolamin
Pa
relatif fisiologi
↑ Kortisol
↑ Growth Hormone
fis Hyperglikemia
Manifestasi klinis dapat terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa minggu
Hiperglikemia: poliuria, polidipsia dan polifagia
Dehidrasi: ditemukan tanda-tanda dehdrasi sedang-berat, berat badan menurun,
lemah, anoreksia, nyeri otot, penurunan kesadaran, penurunan perfusi, hipotensi,
syok
Asidosis: nyeri perut, nausea dan muntah-muntah. Pada SHH asidosis yang terjadi
jauh lebih ringan dibandingkan pada KAD sehingga gejala-gejala akibat asidosis
jarang ditemukan.
Kehilangan Elektrolit pada SHH
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan awal laboratorium sama seperti pada KAD, Meliputi:
Kadar gula darah
Analisis gas darah
Kadar keton darah (β-hidroksi butirat)
Urine reduksi dan keton
Fungsi ginjal,
Elektrolit serum (natrium, kalium) dan darah tepi lengkap.
Peningkatan anion gap ditemukan pada kira-kira setengah penderita HHS yang terutama
disebabkan oleh asidosis laktat.
Dari hasil pemeriksaan tersebut derajat hiperglikemia, kelainan fungsi ginjal dan derajat asidosis
sudah dapat mengarahkan diagnosis
Pemeriksaan Laboratorium
Tujuan tatalaksana:
Rehidrasi agar tercapai stabilitas hemodinamik
Koreksi kelainan elektrolit
Penurunan kadar gula dan hiperosmolalitas darah secara
bertahap
Tatalaksana
Deteksi faktor-faktor pemicu
Mencegah komplikasi
Indikasi pemberian → apabila secara klinis pemberian cairan rehidrasi saja tidak
menurunkan kadar gula darah secara adekuat (penurunan kadar gula darah <50 mg/dl per
jam)
Insulin diberikan dengan dosis 0.25-0.5U/kg/jam (kecepatan penurunan kadar glukosa darah
<50mg/dl per jam dan kadar kalium serum > 3.5 mEq/L)
Monitoring dilakukan setiap jam dan dosis disesuaikan agar kecepatan penurunan gula
darah berkisar antara 50-75 mg/dl per jam.
Tujuan tatalaksana → Menurunkan kadar glukosa darah antara 250 mg/dl hingga 300
mg/dl.
Apabila kadar glukosa telah mencapai <300 mg/dl maka tambahkan dektrosa 5% dalam
air (D5W) dan kecepatan insulin diturunkan.
Penurunan kadar gula darah >100mg/dl per jam dianggap terlalu cepat hingga insulin
boleh dihentikan.
NATRIUM
Hilang melalui urin selama terjadinya diuresis osmotic
Hiperglikemia → pergeseran natrium dari intrasel ke ekstrasel → kadar natrium pada saat
diagnosis dapat normal rendah atau tinggi.
Untuk setia kenaikan gula darah 100 mg/dl di atas nilai normal (kesepakatannya adalah 100 mg/dl)
maka terjadi penurunan kadar natrium sebesar 1.6 mEq/L.
Perlu dikoreksis dengan rumus :
Pemberian insulin dapat memicu semakin beratnya hipokalemia karena terjadinya pergeseran
kalium dari ekstrasel ke intrasel.
Hipokalemia akan menyebabkan terjadinya aritmia yang fatal selain kelemahan otot-otot
pernapasan
Pemberian insulin sebaiknya dimulai apabila kadar kalium serum > 3.5 mEq/L.
Pemberian kalium dilakukan sejak awal tatalaksana rehidrasi dengan asumsi tidak adanya anuria.
Dosis yang dianjurkan adalah 40 mEq/L dengan kecepatan tetesan 0.5 mEq/kg/jam (ISPAD
Guideline DKA 2009).
Hal Yang perlu dimonitoring
Hourly: serum glucose, vital signs, clinical assessment of hydration status
Perlu diwaspadai → Edema serebri yang manifes rata-rata 4-12 jam saat terapi dimulai
Tanda: nyeri kepala, letargi dan penurunan kesadaran (koma)
Pemberian cairan rehdrasi yang cepat dan berlebihan
Pemberian bikarbonat