Anda di halaman 1dari 10

PETILASAN

PRABU JOYOBOYO
DISUSUN OLEH :
 Ayu Atika Savitri
 Dea Ayu Erasa Fitri
 Noor Adi Prakoso
 Syifa’tiar Nathania
Prabu Joyoboyo

Prabu Joyoboyo adalah sosok yang terkenal sebagai seorang raja pada
zaman Kerajaan Kediri. Beliau terkenal karena Kediri mencapai masa kejayaan
pada zaman pemerintahannya yaitu pada tahun 1135-1157 M. Semasa hidupnya
Prabu Joyoboyo memiliki permaisuri yang bernama Dewi Sara. Dari hasil
perkawinanya, Prabu Joyoboyo memiliki tiga orang puteri yaitu Dewi Pramesti,
Dewi Pramuna, Dewi Sasanti, dan seorang putra yang bernama Raden Jayawijaya.

www.presentationgo.com
Lokasi Petilasan Petilasan ini terletak 6 Km Sebelah Utara
Simpang Lima Gumul, Kabupaten Kediri.
Tepatnya di Desa Menang, Kecamatan Pagu. Di
Simpang Lima Gumul, ikuti jalur ke utara. Atau
beralamat dijalan Butolocoyo No.296, Menang,
Pagu, Kediri, Jawa Timur.

www.presentationgo.com
Petilasan
Pada umumnya yang disebut sebagai
petilasan adalah tempat tinggal, tempat
beristirahat, tempat pertapaan, atau tempat
terjadinya peristiwa penting.

www.presentationgo.com
Petilasan ini ramai dikunjungi oleh wisatwan lokal maupun luar daerah, ada yang hanya
sekedar berkunjung atau berwisata sejarah, ada yang memang datang dengan niat untuk
berwisata religi. Ada pula yang datang untuk mengadakan kenduri biasanya sebagai ungkapan
syukur karena ada harapan yang terkabul saat dia sembahyang ditempat ini.

Mengingat bahwa Prabu Joyoboyo adalah tokoh yang sakti, maka banyak masyarakat
yang datang kepetilasan untuk meminta berkah. Tidak hanya terbatas pada warga sekitar saja
tetapi juga masyarakat luar Kediri. Bagi masyarakat, terdapat empat tempat yang dianggap
sakral yaitu loka muksa, loka busana, loka makuta, dan sendang tirtokamandanu.

www.presentationgo.com
Sendang Tirtokamandanu
Sendang Tirtokamdanu meruapakan sendang yang dipaki Oleh Prabu Joyoboyo sebelum ia muksa, Tirto berarti
air dan Kamandanu berarti kehidupan. Jadi Tirtokamandanu dapat diartikan sebagai air kehidupan.
Dalam hal ini adalah hidup kembali menjadi seorang yang suci. Masayarakat percaya air sendang tersebut
mampu mensucikan. Oleh sebab itu, sebelum masyarakat berdoa meminta berkah mereka akan mandi disendang
tirtokandanu terlebih dahulu.

www.presentationgo.com
Pemuksan
Pemuksan dapat diartikan sebagai tempat muksa dari Prabu Joyoboyo.
Menurut legenda yang ada, Joyoboyo tidak dikatakan meninggal tetapi ia muksa
yaitu menghilang Bersama jasadnya. Dalam pemuksan ini terdapat loka muksa,
loka busana, dan loka makuta. Masayarakat percaya terhadap hal tersebut,
karena sampai sekarang jasad joyoboyo tidak diketemukan.

www.presentationgo.com
Latar belakang Prabu Joyoboyo
melakukan muksa
Prabu Joyoboyo memiliki tiga orang putri dan seorang putra. Tiga orang putri tersebut
adalah Dewi Sasanti, Dewi Pramuna, Dewi Pramesti, dan seorang putra bernama Jayawijaya.
Namun, pada saat ketiga putrinya telah dewasa dan menikah. Mereka bertiga diceraikan dan
menjadi janda.padahal, saat Dewi Pramasti diceraikan, ia sedang hamil.

Pada masa kehamilan Dewi Pramasti yang telah mencapai Sembilan bulan, Dewi Pramasti tidak juga
melairkan. Ia malah terus menerus kesakitan selama tujuh hari tujuh malam. Melihat keadaan putrinya yang
demikian, maka Prabu Joyoboyo dan istrinya memohon petumjuk dewata. Waktu itu, Prabu Joyoboyo mendapat
bisikan bahwa ia harus melepaskan kedudukannya sebagai titisan batara wisnu. Demi cucu dan mengingat bahwa
usianya telah semakin lanjut, maka ia segera ngraga sukma yaitu melepaskan sukma titipan dewa wisnu.

Tidak lama kemudian lahirlah seorang putra yang diberi nama Anglingdarma. Lahirnya
Anglingdarma ditandai dengan suasana alam yang benar-benar menakutkan . Melihat
keadaan tersebut, Prabu Joyoboyo meamanggil seluruh perwira dan kerabat, beliau
mengumumkan kelahiran Anglingdarma, tapi bersamaan itu pula para perwira dan kerabat
kaget Prabu Joyoboyo Muksa, kembali ke alam kelanggengan.

www.presentationgo.com
Jangka Prabu Joyoboyo
Jangka Joyoboyo adalah atau sering disebut Ramalan Jayabaya adalah ramalan
dalam tradisi Jawa yang salah satunya dipercaya ditulis oleh jayabaya, Ramalan ini
dikenal pada khususnya di kalangan masyarakat Jawa yang dilestarikan secara turun
temurun oleh para pujangga. Asal usul utama serat jangka Jayabaya dapat dilihat pada
kitab Musasar yang digubah oleh Sunan Giri Prapen. Sekalipun banyak keraguan
keasliannya tapi sangat jelas bunyi bait pertama kitab musasar yang menuliskan
bahwasannya Jayabaya lah yang membuat ramalan-ramlan tersebut.

Isi Ramalan
1.Tanah Jawa Kalungan wesi – Pulau Jawa berkalung besi
2.Pasar ilang kumandhang – Pasar kehilangan suara
3.Akeh janji oora ditepeti – Banyak janji tidak ditepati
4.Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang – Perahu berjalan diangkasa
5.Sekilan bumi dipajeki – Sejengkal tanah dikenai pajak

www.presentationgo.com

Anda mungkin juga menyukai