Anda di halaman 1dari 27

KEKERASAN SEKSUAL

KELOMPOK 5 :
S R I D E V I ( 2 0 4 4 3 3 0 8 11 )
S U C I AT R I WA H Y U N I ( 2 0 4 3 3 0 8 1 2 )
TRIVINA EFRILIA(204330813)
VA N I N O P R I YA N T I ( 2 0 4 4 3 3 0 8 1 4 )
WA L F I A H Z U L K A R E T N O ( 2 0 4 4 3 3 0 8 1 5 )
W I N D U R E S WA R I ( 2 0 4 4 3 3 0 8 1 6 )
W U L A N P E R M ATA S A R I ( 2 0 4 4 3 3 0 8 1 7 )
YA U M E L H E S N I TA H ( 2 0 4 4 3 3 0 8 1 8 )
YONA FIRDALI RANTI(2044330819)
YULASTRI YENI(2044330820)
PENGERTIAN

Kekerasan seksual adalah segala kegiatan yang


terdiri dari aktivitas seksual yang dilakukan secara
paksa oleh orang dewasa pada anak atau oleh anak
kepada anak lainnya. Kekerasasan seksual meliputi
penggunaaan atau pelibatan anak secara komersial
dalam kegiatan seksual, bujukan ajakan atau
paksaan terhadap anak untuk terlibat dalam
kegiatan seksual, pelibatan anak dalam media audio
visual dan pelacuraran anak (UNICEF, 2014).
Faktor resiko seseorang menjadi korban kekerasan seksual

– Berusia muda
– Pernah dianiaya saat kecil
– Menjadi korban kekerasan seksual sebelumnya
– Pekerja seks Memiliki banyak pasangan seksual
– Hidup di lingkungan masyarakat yang sanksi terhadap
pelaku kekerasan seksual rendah
– Masyarakat yang menganut peran gender tradisional
– Norma sosial yang mendukung kekerasan seksual
Masyarakat dengan ideologi seks sebagai hak laki-laki
Faktor resiko menjadi pelaku kekerasan seksual

– Memiliki keterampilan sosial yang buruk


– Hubungan yang tegang dengan orang dewasa
– Perasaan tidak berdaya saat pernah menjadi korban
– Hubungan yang tidak memuaskan dengan orang
dewasa
– Harga diri rendah Kerentanan dalam hal
maskulinitas
– Perasaan terhina Kesendirian
– Masalah keterikatan emosional Masalah seksual
Tindak kekerasan seksual terbagi dalam 15 bentuk sebagai berikut :

1. Pemerkosaan Perbudakan seksual


2. Pemaksaan perkawinan
3. Pemaksaan aborsi
4. Prostitusi paksa
5. Penyiksaan seksual
6. Praktik tradisi Eksploitasi seksual
7. Pemaksaan kontrasepsi
8. Kontrol seksual
9. Penghukuman nuansa seksual
10. Perdagangan perempuan Intimidasi seksual
11. Pemaksaan kehamilan
12. Pelecehan seksual
Dampak psikologi

Kekerasan seksual memiliki dampak serius bagi korban dari segi psikologi :
 menyebabkan penurunan harga diri
 menurunnya kepercayaan diri
 Kecemasan
 ketakutan terhadap perkosaan atau terhadap tindak kriminal lainnya.

Pada anak dapat terjadi gejala:


Depresi
 Rasa tidak berdaya
 Merasa terisolasi
 Mudah marah
 Ketakutan
 Kecemasan
 Hingga penyalahgunaan zat adikti
DAMPAK FISIK

Dampak fisik dari kekerasan seksual dapat berupa gangguan kehamilan


akibat kehamilan yang tidak diinginkan yang merupakan efek dari
perkosaan, gangguan kesehatan seksual atau reproduksi dapat berupa
penyakit menular seksual, dan risiko bunuh diri pada korban kekerasan
seksual. Kekerasan seksual juga dapat berdampak pada kehidupan sosial
korban berupa masalah dengan kebudayaan korban yang menjadikan
gangguan interaksi dengan orang sekitar, masalah harga diri dimana
dibeberapa negara pemerkosa diwajibkan menikahi korban untuk
menebus kesalahan untuk menjaga nama baik keluarga korban, hal ini
cenderung menyebabkan masalah rumah tangga, dan masalah dalam
penilaian sosial (WHO, 2017). Dampak yang ditimbulkan oleh kekerasan
seksual tidak hanya mempengaruhi setelah korban mengalami kekerasan
seksual, namun dapat mempengaruhi sampai ke kehidupan mendatang
korban, sehingga pemulihan korban dari dampak kekerasan seksual
membutuhkan waktu yang lama.
Pengurangan resiko kekerasan seksual

Pendidikan ketrampilan dan pengetahuan mengenai seksualitas


Kemampuan perlindungan diri pada anak dapat mengurangi risiko anak menjadi korban
kekerasan seksual (WHO, 2017). Masa usia dini sering dikatakan sebagai masa keemasan
atau The Golden Age Moment. Usia 0 sampai dengan 8 tahun adalah masa di mana anak
memiliki kemampuan penyerapan informasi yang sangat pesat. Kepesatan kemampuan
otak anak dalam menyerap berbagai informasi di sekitarnya juga diiringi dengan rasa
ingin tahu yang sangat tinggi. Rasa ingin tahu yang sangat tinggi ditunjukkan anak
dengan aktif bertanya tentang berbagai hal yang mereka temui, serta mencari tahu
berbagai jawaban yang mereka inginkan dengan bereksplorasi. Salah satu rasa ingin
tahu yang sangat tinggi pada anak usia dini adalah berkaitan dengan seks. Anak
dibawah usia 8 tahun masih belum dapat membedakan informasi yang mengandung
unsur seksual dari media sosial dan kenyataan. Pendidikan kognitif mengenai seksualitas
sangat penting untuk diberikan pada anak usia ini untuk dapat mencegah anak salah
menerima informasi melalui media (Collins, 2017).
Pendidikan
Jenis Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan
BENTUK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
Kekerasan Seksual

CONTOH PERKOSAAN: GENG RAPE, PERKOSAAN TERHADAP DISABILITAS


KORBAN BERDASARKAN USIA
PELAKU BERDASARKAN PROFESI
PENANGANAN KASUS
HAMBATAN

GEOGRAFIS: KETERSEDIAAN AKSES LAYANAN

“Di kabupaten Muna, Sultra, korban di BAP


Polisi di polsek tapi listrik sering mati. Kalau
mati, korban disuruh pulang padahal untuk
sampai polsek, korban harus naik ketinting
yang jauh. “ (Sumber Cerita Pendamping)
HAMBATAN

PENYELESAIAN KASUS SECARA ADAT -> KEADILAN


BAGI KORBAN BELUM TERPENUHI

Penyelsaian KDRT di Bali diselesaikan secara adat.


(sumber LBH Apik Bali)
HAMBATAN

PELABELAN

Saat korban perkosaan diperiksa polisi, penyidik yang


memeriksa mengatakan ," Lha apa kamu ngak tahu kalau
orang pergi ke hotel ya mesti akan melakukan hubungan, lha
kenapa kamu juga ngak berteriak waktu di paksa"
(sumber : SPEKHAM)
HAMBATAN

KETERSEDIAAN LAYANAN PADA KELOMPOK KHUSUS ;


CONTOH DISABILITAS -> KEADILAN BAGI KORBAN BELUM TERPENUHI

Nona N, perempuan disabilitas tuli, 16 tahun, diperkosa oleh


bapaknya, kemudian dijual oleh bapaknya kepada teman
bapaknya hingga hamil. Kehamilan tersebut dipaksa
digugurkan oleh bapaknya. Kasus N belum bisa diproses
secara hukum karena polisi tidak memiliki penerjemah untuk
disabilitas tuli.
(Sumber : Lembaga CIQAL)
CONTOH KASUS KEKERASAN SEKSUAL TIGA
ANAK DIBAWAH UMUR
KRONOLOGI

Menurut Umi kalsum ,salah satu orang tua korban anaknya


mengalami kekerasan seksual yang dilakukan oleh tetangganya yang
merupakan mantan guru ngaji anak perempuanya,Umi Kalsum
menyebutkan kejadian yang dialami putrinya terbongkar saat anak
pertamanya sedang bermain telepon genggam di depan rumah
terduga yang di kenal warga dengan panggilan Udin. Menurut Umi
anaknya dan kedua temanya diajak kedalam kamar pelaku, disanalah
terjadi tindakan kekerasan seksual seperti ditindih dan diraba oleh
pelaku. pernah juga korban diajak menonton filem dewasa atas
kejadian itu para orang tua melaporkan kejadian tersebut dan
melakukan visum di RS Polri Kramatjati (Selasa, 15 Desember 2020
13:07 WIB di jalan semeru,grogol,Jakarta Barat) dan sekarang ketiga
anak tersebut sudah dalam pendamping unit pelayanan perempuan
dan anak (PPA) Polres Metro Jakarta Barat.
Bentuk-Bentuk Kekerasan Seksual yang Kerap Terjadi di Masa
Pandemi COVID-19
Liputan6.com, Jakarta Kekerasan seksual adalah tindakan berbau seks  yang tidak diharapkan korban
dan dapat dilancarkan dalam berbagai bentuk oleh pelakunya. Tidak hanya secara fisik, kekerasan seksual
dapat juga dilakukan secara verbal, psikis, bahkan finansial. Bahkan, di masa pandemi COVID-19  ini,
ditemukan beberapa bentuk kekerasan seksual lain yang kerap terjadi. Menurut ahli hukum dari Universitas
Indonesia Dr. Lidwina Inge Nurtjahyo, S.H., M.Si, kekerasan seksual pada masa pandemi biasanya dilakukan
secara daring. Ia memberi contoh kasus yang terjadi pada mahasiswanya yang mendapat pesan berbau seks di
akun Instagramnya. Padahal, mahasiswa tersebut tidak pernah mengunggah konten yang berbau asusila.
“Mahasiswa saya punya akun Instagram kemudian dia mendapat komentar berbau seks dari orang tertentu,”
kata Lidwina dalam webinar Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA)
ditulis Senin (14/12/2020).
Pelaku yang memata-matai (stalking) menimbulkan rasa tidak nyaman dan tidak aman pada mahasiswa
sampai ia mengubah akun instagramnya berkali-kali. “Ini juga merupakan bagian dari kekerasan seksual”
Mengirim Konten Intim Bentuk kekerasan lainnya yang sering terjadi di masa pandemi
adalah bullying dengan mempergunakan aspek tubuh atau seksualitas seseorang.“Atau pengiriman konten
intim yang bertentangan dengan kehendak korban misal melalui Whatsapp, Line, dan sebagainya yang
bertentangan dengan kehendak korban.” Bentuk lain yang bisa membuat korban menderita adalah penyebaran
konten terkait dengan korban (data privasi) tanpa harus eksplisit mengandung konten seksual. “Ini belum tentu
berupa konten seksual jadi bisa saja terjadi pada kasus di mana seorang perempuan dimanfaatkan pacarnya.”
Misal, sang pacar meminjam uang secara daring kemudian tidak dapat membayar. Pada akhirnya, si
perempuan lah yang diteror dan disebarluaskan data diri seperti foto dan nomor kontaknya serta diberi tulisan
bahwa perempuan tersebut bersedia melakukan prostitusi sebagai bayaran utang sang pacar. “Jadi ini terkait
penyebarluasan konten data pribadi korban tapi sebetulnya tidak harus selalu terkait dengan aspek
seksualitasnya,” pungkasnya.
PENANGANAN KORBAN KEKERASAN SEKSUAL

Pentingnya Dukungan Keluarga


Bentuk perhatian keluarga dan sahabat dapat
berupa:
 Ketersediaan waktu mereka untuk mendengarkan
cerita korban dan berkomunikasi dengan korban.
 Penerimaan terhadap kejadian yang telah menimpa
korban.
 Tidak menyalahkan korban atas peristiwa yang
dialaminya, dan memberikan rasa aman kepada
korban.
Ada dua macam terapi pengobatan yang dapat dilakukan oleh penderita :
pendekatan farmakoterapi dan psikoterapi. Terdapat tiga jenis psikoterapi
yang digunakan untuk penanganan, yaitu:

1. Manajemen ansietas
 Relaksasi. Korban belajar mengontrol ketakutan dan kecemasan serta
membantu merelaksasikan otot-otot di tubuh.
 Terapi mengatur pernapasan. Terapis membantu korban untuk melatih
bernapas dengan perut secara perlahan-lahan.
 Belajar berpikir positif. Terapis membantu korban belajar untuk
menghilangkan pikiran negatif dan mengganti dengan pikiran positif
ketika menghadapi hal-hal yang membuat stres.
 Terapis membantu korban belajar bagaimana mengalihkan pikiran
ketika korban sedang memikirkan hal-hal yang membuat korban stres.
 Terapis membantu korban belajar bagaimana mengekspresikan harapan,
pendapat dan emosi korban tanpa menyalahkan atau menyakiti orang
lain.
2. Terapi kognitif
Pada terapi kognotif, terapis membantu untuk mengubah kepercayaan
yang tidak rasional yang mengganggu emosi serta kegiatan-kegiatan
korban.
3. Terapi exposure
Pada terapi ini, para terapis membantu menghadapi situasi yang
mengingatkan pada trauma dan menimbulkan ketakutan yang tidak
realistis dalam kehidupannya.
Jika ada orang terdekat Anda yang mengalami kejadian kekerasan
seksual, segera berikan dukungan kepada mereka untuk bisa bangkit dan
semangat kembali dalam menjalani kehidupannya. Apabila memang
dukungan orang terdekat belum cukup membantu, Anda dapat
menemani untuk konsultasi lebih lanjut dengan psikolog agar dapat
dibantu bersama-sama untuk menangani trauma psikis tersebut.

Anda mungkin juga menyukai