Anda di halaman 1dari 39

Farmakologi Kelomopok 2.

3
Kelompok

• Marsa Auryn Anggia Andriani (4111181026) • Tiara Deva Rizka (4111181085)


• Yudhika Ahlansyah (4111181031) • Chantika Dewi Ulayya Ramadhini (4111181034)
• Hilmi Syamaidzar Lukman (4111181086) • Muh. Surya Darma Prihandoko (4111181009)
• Gilang Dwika Mahendra (4111181063) • Yuan Putri Anita (4111181015)
• Muhammad Aldianysah (4111161083) • Amanda Nursabila Rahayu (4111181022)
• Aliyana Fitria Zulfa (4111181112) • Muhammad Aqil Akram (4111181079)
• Renita Laira Mahuri (4111181035) • Triyani Pebri Sumarni (4111181134)
• Nurra Alrahmy Haniar Sutardi (4111181102) • Adhi Pratomo (4111181122)
• Sutan Bagas Prakasa (4111181081)
Jelaskan fisiologi pembentukan
urin 1
• Filtrasi
Proses ini terjadi di glomerulus . Pada proses ini
terjadi proses filtrasi sel darah dan protein. Dalam
keadaan normal, 20% plasma yang masuk ke
glomerulus tersaring.
Hasil : Urine Primer
• Reabsorpsi
Proses ini terjadi di tubulus kontortus proksimal.
Pada proses ini terjadi penyerapan Kembali zat
yang masih dibutuhkan oleh tubuh seperti glukosa,
protein, asam amino.
Hasil : Urine Sekunder
• Sekresi
Proses ini terjadi di tubulus kontortus distal. Pada
proses ini kapiler peritubulus dimana darah yang 80
% tidak masuk ke glomerulus tidak di filtrasi akan
terdapat zat yang tidak terpakai dan dipindahkan ke
tubulus kontortus distal untuk dikeluarkan dari tubuh
Hasil : Urine
2. Jelaskan klasifikasi obat-obat diuretik dan bandingkan efek
obat-obat diuretik berdasarkan tempat kerja, eksresi natrium,
eksresi air dan volume urin, keseimbangan kalium,
2
keseimbangan kalsium dan keseimbangan ion bikarbonat
klasifikasi obat diuretik

• THIAZIDE   hydrochlorothiazide, indapaminde, dan chlorthalidone.


• DIURETIK LOOP  bumetanide dan furosemide
• POTASSIUM-SPARING DIURETICS/DIURETIK HEMAT KALIUM  amiloride,
eplerenone, spironolactone, dan triamterene.
• DIURETIK OSMOTIK  mannitol.
• CARBONIC ANHYDRASE INHIBITOR/PENGHAMBAT KARBONIK
ANHIDRASE  acetazolamide. 
Efek obat diuretik osmotik

• Tempat kerja  Bekerja pada tubulus proksimal dan ansa henle bagian desenden
• Ekskresi natrium  Meningkatkan ekskresi natrium dan air
• Ekskresi air dan volume urin  Meningkatkan ekskresi air karena bekerja
meningkatkan tekanan osmotik pada lumen tubulus dan meningkatkan volume urin
• Keseimbangan kalium  Kalium yang dieksresikan bertambah banyak
• Keseimbangan kalsium  Kalsium yang diskeskresikan bertambah banyak
• Keseimbangan ion bikarbonat  ion bikarbonat yang diekskresikan bertambah
banyak

Contoh diuretik osmotik adalah mannitol, urea, gliserin, dan isosorbide


Efek obat diuretik loop

• Tempt kerja  menghambat reabsorpsi NaCl dalam ansa henle ansendes


segmen tebal.
• Ekskersi natrium Keseimbangan ion bikarbonat  Penghambatan terhadap
kotranspor Na+. Beberapa loop diuretics yang merupakan sulfonamid (misalnya
furosemide, bumetanide, dan torsemide) mempunyai daya hambat enzim
karbonik anhydrase yang lemah sehingga dapat meningkatkan ekskresi HCO3-
• Ekskresi air dan volume urine  filtrat yang direabsorpsi 20-30%, diuresis lebih
banyak dibanding diuretic jenis lain
• Keseimbangan kalium  meningkatkan ekskresi ion kalium
• Keseimbangan kalsium  tempat kerja utama di ansa henle,dapat menurunkan
kalsium dengan menghambat reabsorpsi kalsium
Diuretik loop biasanya diberikan secara oral dan digunakan untuk
mengurangi edema perifer dan edema paru pada gagal jantung
sedang sampai berat. Obat ini diberikan secara intravena untuk
pasien yang mengalami edema paru akibat gagal ventrikel akut.
Tidak seperti tiazid diuretik loop efektif pada pasien dengan
penurunan fungsi ginjal.
Efek obat diuretic hemat kalium

• Tempat kerja  hilir tubuli distal dan ductus koligentes daerah cortex
• Ekskersi natrium dengan ekskresi air dan volume urine  memblok
penukaran ion Na+ dengan ion H+ dan K+ , menyebabkan retensi ion K+
dan meningkatkan sekresi ion Na+ dan air
• Keseimbangan kalium  memblok penukaran ion Na+ dengan ion H+ dan
K+ , menyebabkan retensi ion K+ ( kalium di pertahankan)
• Keseimbangan kalsium  kalsium yang disekresikan mengalami peningkatan
• Keseimbangan ion bikarbonat  Ion bikarbonat mengalami peningkatan
Efek obat Penghambat Karbonik Anhidrasi

• Tempat kerja  bekerja pada tubulus renalis ginjal (tubulus proksimal)


• Eksresi natrium  meningkatkan eksresi natrium bersama air
• Eksresi air dan volume urin  meningkatkan eksresi air dan volume urin
• Keseimbangan kalium  eksresi kalium meningkat bersama air  hipokalemi
• Keseimbangan kalsium  kadar kalsium dalam urin tidak berubah atau meningkat.
• Keseimbangan ion bikarbonat  eksresi ion bikarbonat meningkat bersama air 
alkalinisasi urin

• Obat yang termasuk dalam golongan ini yaitu, asetazolamida, diklorfenamida,


metazolamida
Efek Obat Tiazid

• Tempat kerja  Tempat kerja utama di hulu tubuli distal


• Ekskresi natrium Diuretik tiazid bekerja menghambat simporter Na+
• Ekskresi air dan volume urin Filtrat yang direabsopsi 6-11%, eksresi air
meningkat, volume urin meningkat
• Keseimbangan kalium Meningkatkan ekskresi ion-ion k+ dan menurunkan
eksresi asam urat.
• Keseimbangan kalsium Tiazid dapat menurunkan eksresi kalsium urin dan
dapat menyebabkan peningkatan serum kalsium sedikit demi sedikit dengan
tidak adanya gangguan yang diketahui dari metabolisme kalsium.
Semua tiazid dapat diberikan per oral, tetapi terdapat perbedaan dalam
metabolisme mereka. Klorotiazid, senyawa induk golongan ini, tidak terlalu larut-
lemak dan harus diberikan dalam dosis relatif besar. Ini adalah satu-satunya tiazid
yang tersedia untuk pemberian parenteral. HCTZ lebih poten dan perlu digunakan
dalam dosis yang lebih rendah. Klortalidon diserap secara perlahan dan memiliki
masa kerja lebih panjang. Meskipun indapamid terutama diekskresikan oleh sistem
empedu namun cukup banyak bentuk aktifnya yang dibersihkan oleh ginjal untuk
menimbulkan efek diuretik pada DCT.
FUROSEMID 3 A
Farmakokinetik

-Bioavailabilitas forusemid sekitar 60 sampai 70%.


-Waktu paruh furosemid sekitar 2 jam, dan lebih panjang pada neonatal
dan pasien dengan gangguan ginjal atau hati.
-Furosemid 99% terikat dengan albumin plasma. Sekitar 65% furosemid
diekskresikan didalam urin dalam bentuk tidak berubah, sisanya
berkonjugasi dengan asam glukuronat di ginjal, dan t ½ forosemid
diperpanjang pada pasien dengan penyakit ginjal.
-Awal kerja obat terjadi dalam 0,5-1 jam setelah pemberian oral, lama
kerja 6-8 jam, kadar darah maksimal dicapai 0,5-2 jam setelah
pemberian oral, waktu paruh biologis ±2 jam
Farmakodinamik

menghambat sistem transport Na+/K+/Cl- di ascending limb tebal


pada lengkung henle. Dengan menghambat pratranspor ini, diuretik
tersebut menurunkan reabsorbsi NaCl dan juga mengurangi potensial
positif lumen normal yang didapat dari daur ulang K+. Efek diuretik
furosamid dapat menyebabkan penurunan natrium, klorida, air dan
mineral lainnya
HCT 3 B
(Hidroklorotiazid)
Farmakodinamik

Hidroklorotiazid merupakan diuretik golongan thiazid yakni diuretik dengan potensi


sedang,yang bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi natrium pada bagian awal
tubulus distal. Sistem transpor ini dalam keadaan normal berfungsi membawa
Na, selanjutnya dipompakan keluar tubulus dan ditukar melalui kanal klorida. Efek
farmakodinamik tiazid yang utama ialah meningkatkan ekskresi Natrium, klorida
dan sejumlah air. Efek natriuresis dan kloruresis inidisebabkan oleh penghambatan
mekanisme reabsorpsi elektrolit pada hulu tubuli distal. Laju ekskresi Na maksimal yang
ditimbulkan oleh tiazid jauh lebih rendah dibandingkan dengan apa yang dicapai oleh
beberapa diuretik lain, hal ini disebabakan Na dalam cairan filtrat telah direabsorbsi lebih
dulu sebelum mencapai tempat kerja tiazid.
Derivat tiazid memperlihatkan efek penghambatan karbonik anhydrase dengan potensi
yang berbeda-beda. Zat yang aktif sebagai penghambat karbonik anhidrase, dalam dosis
yang mencukupi, memperlihatkan efek yang sama seperti asetazolamid dalam eksresi
bikarbonat. Efek penghambatan karbonik anhidrase ini tidak berarti secara klinis. Efek
penghambatan enzim karbonik anhidrase diluar ginjal praktis tidak terlihat karena tiazid
tidak ditimbun di sel lain.
Farmakokinetik

Semua thiazide diabsorbsi pada pemberian secara oral, umumnya efek obat
tampak setelah 1 jam. Tetapi terdapat perbedaan dalam metabolismenya.
Semua thiazide disekresi oleh sistem sekretorik asam organik dan bersaing
pada beberapa hal dengan sekresi uric acid oleh sistem tersebut. Sebagai
hasilnya, kecepatan sekresi uric acid dapat menurun, dengan diikuti
peningkatan kadar uric acid serum. Pada steady state, produksi uric acid
tidak dipengaruhi oleh thiazide. Klorothiazide didistribusikan ke seluruh
ruang ekstrasel dan dapat melewati sawar uri, tetapi obat ini hanya
ditimbun dalam jaringan ginjal saja. Dengan suatu proses aktif, tiazid
diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke dalam cairan tubuli. Jadi klirens ginjal
obat ini besar sekali, biasanya 3-6 jam sudah diekskresikan dari badan.
Klorotiazid dalam badan tidak mengalami perubahan metabolik.
Spironolakton

Farmakokinetik
Absorbsi: Di absorpsi dalam saluran gastrointestinal dengan
bioavailabilitas sekitar 90% serta ikatan protein plasma yang tinggi
yaitu sekitar 90%.
Metabolisme: Di metabolisme di Liver menghasilkan kanrenon dan
7ɑ-spironolactone dan 6-β-hydroxy-7ɑ sebagai metabolit aktif
Eksresi : Dieksresikan terutama dalam urin dan feses
Distribusi: Mampu melewati plasenta dan air susu ibu (sebagai
kanrenon)
Farmakodinamik
Obat ini merupakan antagonis aldosteron. Dengan pemberian
antagonis aldosteron, mampu meningkatkan retensi kalium dan
eksresi natrium di tubulus distal.
Spironolakton 3 C
Spironolakton

Farmakokinetik
Absorbsi: Di absorpsi dalam saluran gastrointestinal dengan
bioavailabilitas sekitar 90% serta ikatan protein plasma yang tinggi
yaitu sekitar 90%.
Metabolisme: Di metabolisme di Liver menghasilkan kanrenon dan
7ɑ-spironolactone dan 6-β-hydroxy-7ɑ sebagai metabolit aktif
Eksresi : Dieksresikan terutama dalam urin dan feses
Distribusi: Mampu melewati plasenta dan air susu ibu (sebagai
kanrenon)
Farmakodinamik
Obat ini merupakan antagonis aldosteron. Dengan
pemberian antagonis aldosteron, mampu meningkatkan
retensi kalium dan eksresi natrium di tubulus distal.
FUROSEMID 4 A
Indikasi

udem karena penyakit jantung, hati, dan ginjal. Terapi tambahan


pada udem pulmonari akut dan udem otak yang diharapkan
mendapat onset diuresis yang kuat dan cepat.
Kontraindikasi

gagal ginjal dengan anuria, prekoma dan koma hepatik, defisiensi


elektrolit, hipovolemia, hipersensitivitas.
Efek Samping

sangat umum: gangguan elektrolit, dehidrasi, hipovolemia,


hipotensi, peningkatan kreatinin darah. 
Umum: hemokonsentrasi, hiponatremia, hipokloremia, hipokalemia,
peningkatan kolesterol darah, peningkatan asam urat darah, gout,
enselopati hepatik pada pasien dengan penurunan fungsi hati,
peningkatan volume urin. Tidak umum: trombositopenia, reaksi
alergi pada kulit dan membran mukus, penurunan toleransi glukosa
dan hiperglikemia, gangguan pendengaran, mual, pruritus,
urtikaria, ruam, dermatitis bulosa, eritema multiformis,
pemfigoid, dermatitis eksfoliatif, purpura, fotosensitivitas.  
Jarang:  eosinofilia, leukositopenia, anafilaksis berat dan reaksi
anafilaktoid, parestesia, vakulitis, muntah, diare, nefritis
tubulointerstisial, demam. Sangat jarang: anemia hemolitik,
anemia aplastik, agranulositosis, tinnitus, pankreatitis akut,
kolestasis intrahepatik, peningkatan transaminase.
Tidak diketahui frekuensinya: hipokalsemia, hipomagnesemia,
alkalosis metabolik, trombosis, sindroma Stevens-Johnson, nekrolisis
epidermal toksik, pustulosis eksantema generalisata akut (Acute
Generalized Exanthematous Pustulosis/AGEP), reaksi obat dengan
eosinofilia dan gejala sistemik (Drug Reaction with Eosinophilia and
Systemic Symptom/DRESS), peningkatan natrium urin, peningkatan
klorida urin, peningkatan urea darah, gejala gangguan fungsi
mikturisi, nefrokalsinosis dan/atau nefrolitiasis pada bayi prematur,
gagal ginjal, peningkatan risiko persistent ductus arteriosus pada
bayi prematur usia seminggu, nyeri lokal pada area injeksi.
Indikasi, Kontraindikasi,
dan Efek Samping HCT 4 B
Indikasi Pemberian HCT

• Edema (Mengurangi edema)


• Hipertensi (Untuk mengontrol tekanan darah tinggi)
• Diabetes Insipidus
• Pencegahan Batu Ginjal pada pasien yang memiliki level Calsium
yang tinggi dalam darah
Kontraindikasi Pemberian HCT

• Gangguan hati berat


• Gangguan ginjal berat (kreatinin klirens < 30 mL/menit)
• Hipokalemia
• Hiperkalsemia
• Ibu Hamil
• Ibu Menyusui
• Hipersensitivitas terhadap obat derivat sulfonamide
Efek Samping Pemberian HCT

• Efek Samping:  • reaktivasi cutaneous lupus


• Anoreksia erythematosus
• penurunan nafsu makan • reaksi anafilaksis
• Diare • kejang otot
• reaksi seperti cutaneous lupus • Sakit kepala/Headache
erythematosus • BAK terus menerus
Indikasi, Kontraindikasi, Efek 4C
samping dari Spironolakton
Indikasi

• Hipertensi
• Edema refrakter
• Gagal jantung kongestif
• Hipertensi hiperaldosteronisme primer
• Hipertensi hiperaldosteronisme sekunder
(asites, sirosis hepatis dan sindrom nefrotik)
Kontraindikasi

• Anuria
• Gangguan ginjal
• Hiperkalemia
Efek Samping

• Ginekomastia
• Hiperkalemia
• Mastodinia
• Gangguan menstruasi
• Penurunan libido pada pria

Anda mungkin juga menyukai